Saat kami berjalan keluar dari mall ini Ishiki akhirnya melepaskannya genggamannya.
Huuh...
Aku akhirnya bisa bernafas lega.
Langkah kecil kami kembali menyusuri jalan pulang seturunnya kami dari angkot yang baru saja menjauh.
Selain suasana senja yang diiringi oleh pemandangan cahaya yang memancar dari celah awan yang terlihat sangat indah, begitu juga dengan orang di sampingku.
Tepat di depan rumah Ishiki, aku diberikan senyum seolah memintaku untuk mengingatnya semalam ini.
Yah, aku juga nggak terlalu ngerti, tapi malam ini kayaknya nggak bisa tidur.
Perpisahan itu membuat senyum kaku yang dari tadi kucoba sebaik mungkin menghilang saat aku memalingkan pandanganku darinya.
Saat aku sampai di rumah, Yuuki lagi-lagi sedang duduk santai depan TV.
"Gimana jala.. ehhh... gimana ngedate nya sama Ishiknyai ka?" Tanyanya.
Aku berusaha untuk tak meladeni dan berjalan kearahnya untuk duduk. Bersender di sofa lalu menghadapkan wajahku kearah atas sambil membayangkan apa saja yang sudah aku lalui.
Aahhh... tenagaku benar-benar habis, apa jatuh cinta selalu menggunakan tenaga sebanyak ini? Apa bahagia harus selelah ini?
Sialan.
Malam Pun datang, Ishiki mengucapkan selamat malam lagi padaku lewat Voice note-nya, kemudian malam panjang berakhir.
Senin, rutinitas ku perlahan berubah, pagi hariku selalu diiringi senyum bahagia Ishiki.
Hey kalo gini terus bisa-bisa aku kena penyakit diabetes, yah walaupun dalam jujurku, aku bahagia dengan ini.
Sudah hampir satu minggu aku menjalan hubungan spesial ini dengan Ishiki, entah mengapa perasaanku mengatakan ada hal yang menghilang.
"Hari ini akan kupastikan" tekatku.
Waktu sekolah berlewat begitu saja, lonceng pulang berbunyi dengan kencang.
Seperti biasa Billy kembali membaca bukunya saat selesai pelajaran terakhir, siswa-siswi mulai berisik membicarakan acara pulang sekolah mereka, hari ini Ishiki memberitahuku jika dia akan ada latihan sore ini, jadi aku melakukan sesuatu yang sama dengan Billy.
Ryuga, dari tadi dia sibuk bicara dengan temannya, maksudku si ketua tim basket yang kemarin sempat jalan dengan Rainata.
Sudahlah, jangan dibahas lagi.
Kemudian aku meyakinkan tekatku untuk bicara dengannya.
"Ryuga bisa ngomong bentar?"
Aku berjalan cepat menghampirinya, membawa kesan bahwa ini memang hal yang sangat penting.
"Sorry, aku ada latihan."
Ryuga yang dari tadi santai sambil berbicara satu sama lain dengan si ketua basket itu tiba-tiba saja mengemasi barang-barangnya, lalu beranjak pergi.
"Oi, tunggu. "
Spontan tanganku dengan cepat menghentikan langkah kaki yang terlihat dipercepat nya itu dengan menarik lengannya.
"Lepasin!"
Suara datar Ryuga membuat perasaanku semakin gelisah, bahkan dia sama sekali tak berpaling menatapku.
"Hei, apa ini emang masalah itu?"
"Kalo udah tau ngapain nanya? Sekarang lepasin aku!"
Kali ini Ryuga mengangkat suaranya seolah membentak ku sambil menarik lengannya.
"Kalo gitu, akan aku akhiri hubunganku dengannya,"
"Hah?"
Rekasi Ryuga tak bisa aku prediksi, dia mulai membalikkan badannya setelah mendengar itu.
"Apa kau sadar apa yang keluar dari mulutmu?"
Kening Ryuga terangkat dengan jelas, dia terlihat menahan marahnya.
Yah, lebih tepatnya dia sedang marah.
"Kau ngerti aku kan? Dari awal aku nggak ngerti apa yang dimaksud cinta olehnya, aku juga nggak peduli, jika status pacaran itu menghilang mungkin persahabatan kita bisa kembali."
"Jangan bercanda!!"
Tangan Ryuga menggenggam kerah bajuku dan menyudutkan ku di dinding ruang kelas ini.
Kini perhatian semua murid di kelas mengarah pada kami, tak terkecuali Billy yang menatapku dengan satu matanya seolah bertanya dengan diriku "selanjutnya apa yang akan kau lakukan?"
Semakin lama, cengkraman dari Ryuga semakin sesak.
"Apa kau mencoba berbuat baik padaku dengan menyakiti orang yang aku sukai?"
Ryuga tanpa ragu semakin menekan dadaku, menatap tajam mataku untuk merendahkan sekuat tenaganya.
Hey, harusnya kau tau aku sudah kebal dengan mata orang-orang seperti itu.
"Aku nggak peduli siapapun itu, aku akan ikut bahagia kalo Ishiki bahagia, hanya dengan melihat senyum manis Ishiki yang datang menjemputmu ke kelas ini sudah cukup mengubur perasaan kesalku pada penghianat sepertimu."
Ryuga melepas tangannya lalu membalikkan badan bersiap untuk pergi.
"Jika kau sampai membuatnya menangis, aku nggak akan menahan diri lagi untuk memukulmu"
Ryuga berjalan menjauh dari ku, aku sama sekali tak bisa memintanya untuk menunggu atau apapun itu.
Suasana mencekam itu membuat semua orang di kelas diam, sesaat sesudah Ryuga meninggalkan kelas ini, semua orang kini meninggalkanku.
Kini aku sendirian, melamun kan apa yang sudah tak sengaja aku lakukan, duduk tak beranjak dari tempat Ryuga memojokkan ku, menundukkan kepalaku seolah depresi.
Yah... aku akui aku emang sedikit depresi.
Tak lama, sekolah sudah sepi, mungkin Yuuki sudah pulang duluan tadi.
Aku berjalan pulang sendirian dengan menundukkan kepalaku di sepanjang jalan.
Saat aku ingin melewati rumah Rainata, aku tak sengaja melihat Rainata yang berjalan bersama siketua basket itu, dia jelas sedang mengantarnya pulang.
Ya udahlah.
Aku berjalan lewat seolah tak mengenalnya.
Lagipula ini emang bukan urusanku.
Yuuki sudah ada di rumah, terdengar suara Film horor dari ruang tengah ini dari dalam kamarnya.
Waktu soreku kuhabiskan untuk bermain game online di dalam kamarku.
Tak terasa hari sudah gelap, Yuuki keluar dari kamarnya untuk memasak.
Waktu makan malam, Yuuki bercerita tentang teman-teman barunya, aku berusaha untuk menjadi pendengar yang baik.
Setelah makan malam aku bermain game ditemani sedikit hujan, udara sejuk di luar membuat kamarku ini menjadi singgasana terbaik yang aku jumpai.
Sekitar jam 10 Ishiki kembali mengirimkan ku voice note selamat malamnya, hanya dengan mendengar itu aku bahkan dibuatnya senyum sendiri di ruangan ini.
Sialan! Jika ada orang yang sedang melihatku, aku yakin mereka akan mengatakan bahwa aku orang aneh.
Tak lama setelah aku membalas ucapan selamat malamnya, di layar Hp-ku muncul Vidio call darinya.
"Zell!! Katanya kau tadi berantem sama Ryuga, kenapa?"
"Yaa.. kami nggak berantem, mu.. mungkin lebih cocok disebut beda pendapat. "
Huuh, nggak mungkin kan kalo aku berantem sama Ryuga gara-gara dia.
"Masalah apa emang?"
"Hei... ini masalah cowo, kami juga punya privasi."
Aku menjawab sambil mengarang kata sebaik mungkin.
"Oohh.."
Ishiki yang dari tadi duduk di kursi belajar mulai berjalan kearah tempat tidur sambil mengatakan itu, dia rebahan lalu mengangkat tangan untuk memperjauh jarak antar kamera dan wajahnya.
Dengan baju tidur pink, rambutnya yang terurai lepas di atas kasur membuat mataku mengarah kesana-kemari untuk menikmati pemandangan indah ini.
He..heyy tunggu, ada apa denganku? Ishiki memandangku keheranan, entah apa yang ada di dipikirannya tapi dia sedikit tersenyum.
Aaahh... kenapa ini? Apa yang terjadi padaku? Pikiranku sudah nggak bisa aku kontrol lagi, dia sangat cantik, apa aneh kalo aku... Ahh sudahlah, aku benar-benar jijik pada diriku sendiri kali ini, tu.. tunggu, apa barusan aku menghina diriku sendiri?
"Zell kamu nggak apa-apa?"
"A... aa.. aku nggak apa, udah ya, good night."
Aku langsung mematikan Vidio call dari Ishiki sebelum mendengar jawabannya.
Sial! Ada yang salah dengan ini!
Thanks udah baca sampai sejauh ini, jangan lupa Collect&review biar aku lebih semangat lanjutinnya