webnovel

SEBAGAIAN PUZZLE IV

Rainata berjalan di sampingku, dia berusaha untuk menyamakan langkah kakinya denganku, aku sedikit mengarahkan mataku padanya, tak lama mata kami bertemu, alisnya sedikit terangkat seolah mengatakan ada apa? aku berbalik untuk memberitahu bahwa tak apa-apa, rambut panjangnya sampai ke punggung tempat dia meletakkan tangannya saat berjalan, pagi ini juga masih sangat dingin dia menarik lengan bajunya agar menutupi kedua telapak tangannya.

"Hei zell kau sudah boleh kembali."

"Hah?"

Aku terkejut setelah mendengar perkataannya itu.

"Memangnya kenapa?" Sambungku.

"Bukannya kau tadi nggak mau anterin aku?" Matanya sedikit menoleh kearah ku.

"Nggak mau? Oh tadi, itu aku hanya mencoba untuk basa-basi dengan Yuuki."

"Basa basi?"

"Iya, Kau tahu? kami sangat jarang berbicara selain masalah anime dan game, jadi aku tadi hanya berusaha menghibur jika agar dia enggak kesepian?"

"Kesepian?"

Dia sedikit mendekatkan wajahnya ke arahku seolah semakin penasaran dengan jawaban-jawaban singkat ku.

"Yahh...ayah dan ibuku bekerja di luar kota, mereka sangat jarang pulang, dalam setahun mungkin cuma dua sampai tiga kali, bahkan dulu pernah nggak pulang sampai 1 tahun penuh, aku mungkin nggak apa-apa, aku juga nggak peduli dengan perasaanku tapi aku sedikit kasihan dengan Yuuki, harusnya di usianya saat ini dia masih diurus dengan orang tuaku," jelasku.

Rainata kembali mensejajarkan bahunya lalu sedikit merilik kearahku.

"kenapa?" aku sedikit penasaran dengan glagat anehnya itu.

"Heemm... ternyata kau hanya seorang siscon!" Dia mengatakan itu dengan mengepalkan tangan kirinya lalu menepuknya dengan tangan kanan seolah menemukan hal baru.

"Hei..dari mana kau tahu kata itu?"

Dia kembali tersenyum.

"Hei Zell, tadi kau bilang jika kau nggak peduli dengan perasaanmu sendirikan? tapi bukannya kalau kita peduli dengan perasaan orang lain sama saja dengan kita peduli dengan perasaan kita sendiri?"

Aku sedikit terkejut mendengar perkataannya tadi.

"Aah sudah sampai."

Dia berjalan sedikit cepat di depanku, aku berhenti tepat di depan rumahnya, saat dia ingin masuk, dia membalikkan badannya ke arahku.

"Sampai jumpa besok, makasih udah mau temenin aku sampai rumah," Dia sambil melambaikan tangan kanannya yang sedikit tertutup oleh lengan baju lalu tersenyum padaku, jujur saja, akan aku akui bahwa dia sangat cantik, aku sedikit tersenyum melihat itu lalu membalikan badanku, woi, woi, woi apa-apaan tadi? dia sangat manis, tidak!! bukan itu masalahnya, masalahnya adalah kenapa aku merindinding, apa saking manisnya dia, sampai-sampai memiliki aura menyeramkan.

Sialan aku harus sadar.... Iya aku benar, aku harus sadar, okeh sadarlah. Gadis ini benar-benar menyeramkan seandainya aku adalah orang normal mungkin aku sudah tergila-gila dengannya. Benar-benar gadis menyeramkan, Aku akan berhati-hati dengannya.

Diperjalanan pulang aku bertemu dengan Ishiki di depan rumahnya.

"Hai Zell, tumben pagi-pagi keluar rumah dari mana?"

"Aku tadi mengantar Reinata ke rumahnya."

"Ngantar nata?"

"Tadi malam dia menginap di rumahku."

Dengan terkejut dia mendekati dan memintaku untuk menjelaskannya, sebenarnya males banget pagi-pagi udah ngomong panjang lebar tapi sudahlah, saat cerita ku selesai dia berkata "Ooh" lalu masuk ke rumahnya. Hei apa maksudmu? Kau menyuruh seseorang bercerita panjang lebar dan kau hanya mengatakan "Ooh" bukankah gadis itu aneh? Tentu saja dia memang aneh, apa-apaan reaksinya? Apa aku melakukan kesalahan? Tidak!! Tidak mungkin! Aku bahkan terlihat seperti orang bodoh, cih gadis sialan!

Aku masuk ke rumahku, Yuuki tak ada di ruang tengah, sepertinya dia lagi dalam kamarnya,aku masih mengantuk, rasanya ingin tidur lagi, aku berbaring sambil nonton TV dan akhirnya tertidur.

Hari sudah mulai sore, Ishiki datang dan mengajakku pergi keluar.

"Hei Zell, hari ini aku tanding voli, kau nonton yah?"

Yahh.... Sebenarnya aku sedikit tertarik dengan voli, jadi aku selalu ikut jika Ishiki mengajakku.

"Kau ikut turnamen?"

"Nggak kok.. kami cuman latihan doang," jawabnya yang mulai menungguku di torotoar jalan raya itu.

"Bentar, aku ajak Yuuki."

"Ahhh... Aku sudah ada janji sama temanku, Kaka aja yang temenin Ishiki," Kata Yuuki yang sepertinya sudah mendengar pembicaraan kami. Aku sedikit bersiap, lalu kami pun berangkat.

Tempat lapangan voli yang biasanya Ishiki dan teman-temannya main ada di dekat rumah Ryuga, itu artinya kami harus melewati sekolah jika ingin kesana.

Sebenarnya aku tak membenci orang yang hidup dengan penuh semangat, aku menghormati mereka, lagipula tak ada salahnyakan menjadi orang yang bodo amat? tapi sering kali orang yang pikirannya tipis menyamakan sifat bodo amat sama dengan sombong, anti sosial dan lainnya, itu bukanlah kesamaan!! percayalah kebanyakan makhluk hidup, hidup dengan caranya sendiri, hidup dengan apa yang telah diberikan tuhan padanya, misalkan saja ikan batu, dia tak banyak bergerak lalu dia memanfaatkan fisiknya untuk dapat bertahan hidup, begitu juga manusia, manusia akan hidup sebagaimana dia diberi kemampuan, orang-orang yang terus-terusan bekerja keras itulah kemampuannya, dan orang-orang yang bermalas-malasan itulah kemampuannya, bisa jadi orang yang selalu bekerja keras tak mempunyai kemampuan bermalas-malasan begitu juga sebaliknya.

Sebuah smash dari Ishiki melesat ke lapangan lawan, lalu dia melihat ke arahku, kemudian melambai, tiba-tiba semua perhatian mengarah pada aku, cih sialan, aku benci ini.

Saat melihat Ishiki yang terus-terusan kerja keras untuk menang, dulu aku juga pernah berpikir kalau "Dia bisa mengapa aku tidak?" Aku pernah berusaha agar lebih kuat dalam hal olahraga, tapi aku berusaha terlalu keras dan akhirnya jatuh sakit, setelah diperiksa ternyata aku mempunyai penyakit jantung, penyakit ini bisa kambuh kapan saja, karena itu dokter menyuruhku agar jangan terlalu lelah, dan pada akhirnya orang tuaku datang ke sekolahku dan meminta agar aku tak ikut dalam kegiatan olahraga, hebat bukan? tak sama semua manusia terlahir kuat, jadi menurut pengalamanku, orang lemah yang berusaha menjadi orang kuat tak akan pernah bisa berhasil, begitulah cara kerja dunia ini, satu-satunya harapanku hanyalah belajar dan menjadi orang pandai.

"Di setiap jaman akan selalu ada orang kuat yang mengasah taringnya, dan orang lemah yang mengasah otak nya"

Itu adalah perkataan dari tokoh anime yang sampai sini masih berdengung di telingaku. Jika orang bilang

"Belajar dari masa lalu membuat kita bijaksana dan belajar dari kesalahan membuat kita dewasa" Maka itulah pelajaran yang kudapat, lebih singkatnya, "Berusaha adalah suatu kesalahan," "Usaha tak akan menghianati hasil, tapi bisa menghianati impian," Benar bukan? Kata-kata itu ku dapat dari karakter anime favorit ku.

Angin deras kembali datang, seolah kembali mengabarkan bahwa hujan akan segera datang, aku dan Ishiki pulang bersama, di perjalanan anginnya semakin deras, seandainya bisa aku ingin teleport saja.

Saat ini kami sudah di depan rumah Ishiki, aku berjalan tanpa melihat Ishiki di belakangku, tiba-tiba saja dia memegang lengan bajuku. Hei dia kenapa?

"Besok pertandingan final," katanya sambil menatapku, jujur saja aku masih belum bisa mengatasi fobia sosial ku entah ini terjadi padaku saja atau juga orang lain, rasanya sangat sulit bagiku untuk menatap mata orang lain yang berbicara padaku, kecuali dengan Yuuki, rasanya bikin keringat dingin.

"Doain aku ya.." Sambungnya, angin kembali kencang mengarahkan rambut Ishiki ke arah depan dan membuat mataku kemasukan sesuatu, kayaknya ada pasir di rambutnya sehabis latihan tadi, aku menggelengkan kepalaku dan menutup sebelah mata, Ishiki sedikit memiringkan badannya dan mulai mendekat.

"Kau nggak apa-apa?" Tanyanya lagi, Aaa... dia benar-benar sengat dekat denganku, aku benar-benar tak pernah sanggup melihat wajah orang lain yang sedang menatapku, ini dia, ini dia lingkaran sihir yang selalu mengelilingiku, di sini sangat panas, siapa saja tolong aku!! aku melihat wajahnya yang sedang bingung, kali ini aku benar benar menatap wajahnya, bukan, bukan hanya aku, dia juga sedang menatapku, lebih tepatnya kami sedang bertatapan, ternyata dia manis juga, tidak, dia sangat cantik bagiku, bahkan terlalu cantik, tak lama, setelah aku merasakan perang batin itu, aku merasakan air hujan yang mulai jatuh ke tangan.

"A..a..Aku nggak apa-apa, oke, semangat buat besok," Kataku sambil berjalan membelakangi nya untuk menyembunyikan perasaan anehku ini, lalu berjalan menuju ke rumahku.

Saat aku masuk ke dalam rumah, di luar hujan sudah mulai lebat, TV ruang tamu menyala tapi Yuuki tak ada, aku duduk di sofa depan TV itu, dan memainkan HPku.

"Ooh udah pulang ka?" tanya Yuuki datang dari dapur sambil membawa secangkir susu panas, sepertinya dia tahu cara menikmati waktu. Dia memang adikku.

"Hmm.." Reaksi ku, mataku kini malah fokus melihat film drama yang sedang Yuuki tonton, jika dilihat... yaa.. Mungkin ini adalah film romeo and juliet.

"Ooh kakak belum pernah melihat film inikan?"

"Iya, aku hanya pernah dengar, film ini menceritakan tentang orang yang mati gara-gara bodoh kan?"

Yuuki sedikit terkejut mendengar jawabanku tadi.

"Dari mana kaka mendengarnya?"

"Bukannya film ini menceritakan romeo yang menyukai seorang gadis yang ingin dijodohkan dengan orang lain, lalu karena nggak mau dijodohkan si gadis pura-pura mati yang tanpa sadar udah ikut ngebohongin romeo juga?,Bukannya kebodohan sigadis ini benar-benar di luar batas?, lalu si romeo juga, aku nggak mengerti mengapa dia bunuh diri, kebodohan juga benar-benar tak bisa di toleransi, walaupun menurutku cerita ini sangat bagus tapi aku nggak menerima kebodohan mereka."

Itu mungkin adalah pendapat pribadiku, Yuuki tersenyum kecil sambil menatapku.

"Kaka emang punya berbedaan pandangan dengan orang-orang."

Jika dipikir-pikir aku tak berbeda pendapat dengan orang lain, aku hanya melihat dari sudut pandang yang berbeda, entah itu dari orang waras, orang pintar, orang bodoh, orang yang sudah pernah mengalami cinta yang dimaksud atau belum, lalu memaparkannya. Benar, itulah aku, aku yang selalu berusaha berpikir sebelum bertindak, aku yang selalu mencoba untuk terlihat keren, aku yang selalu mencoba mengerti, walau sebenarnya aku benar-benar merasa muak dengan itu semua, tapi itulah diriku... Aku juga berusaha untuk mencoba menerima diriku sendiri.

Aku tersenyum setelah mendengar kata itu lalu menatap kearah atas.

"Mati atas dasar cinta kah.. haaahh.."  aku sedikit menggumam dalam hati lalu menghela napas karena memikirkannya, tiba-tiba saja wajah Imut Ishiki muncul di kepalaku, cihh.. Aku menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan nya, lalu aku menatap ke atas, woi, woi, woi, apa-apaan tadi? apa Semacam genjutsu?

Chương tiếp theo