webnovel

Different Attitude

Si kembar menatap ke arah seorang pria yang menghadang jalan mereka, pria berambut merah dengan manik hitam gelap membuat mereka berdua menatapnya bingung. Mereka jelas bisa melihat sebuah senyuman dari pria itu.

"Salam pada Bintang Kekaisaran Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri.."

Si kembar terdiam hanya menatap bingung akan maksud pria itu menghalangi jalan mereka sekarang.

"Saya Ardion Frey Devonte" lanjut pria itu menuduk dan langsung menatap ke arah si kembar yang langsung tersenyum ramah.

Rimonda melirik Ramon yang ternyata juga menyadarinya, bahwa pria di hadapan mereka adalah keluarga dari Duke Lawton. Mereka jelas sudah mencari tau soal keluarga Duke dan salah satu keluarga Duke Lawton yang masih ada.

Keluarga Count Devonte, adalah keluarga yang hancur. Sejak kematian Count dan Countess Devonte dua tahun lalu, dan pria di hadapan mereka adalah satu-satunya anak dari keluarga Count Devonte. Anak yang memiliki sikap tenang berbanding terbalik dengan Giselle.

Mereka tidak tau apa alasan Dion menemui mereka, tapi sepertinya ini ada hubungannya dengan keluarga Duke. Entah itu benar atau tidak tapi mereka harus berhati-hati dengan Dion saat ini.

"Senang bertemu dengan anda Sir Devonte" ucap Ramon menatap ke arah Dion yang masih saja tersenyum.

"Saya dengar Yang Mulia telah menyelamatkan banyak orang, saya sangat senang mereka telah selamat dan terima kasih karena anda sudah menyelamatkan mereka"

Dion mendekati Rimonda dan langsung menyentuh tangan Rimonda dengan sebuah senyuman yang semakin lebar. Dan Ramon langsung menepis tangan Dion yang terlihat tidak peduli. Tenyata dugaan mereka benar jika ada alasan Dion mendekati mereka seperti ini.

Dan ini jelas ini ada hubungannya dengan Duke Lawton, ternyata Duke Lawton begitu licik untuk mengunakan Dion sebagai pionnya. Memikirkan hal itu tentu membuat si kembar merasa kasihan pada Dion tapi apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu Dion.

Oh.. tunggu! Sepertinya ada satu hal yang bisa si kembar lakukan dan Rimonda langsung tertawa kecil melirik ke arah Ramon.

'Kau tidak mungkin tega untuk membuangnya begitu saja bukan?'

'Apa kau ada rencana?'

Bukan jawaban yang di dapatkan Rimonda dan Ramon seakan tidak peduli dengan ucapan Rimonda yang tadi. Merasa sia-sia akhirnya Rimonda mengalah dan mengangguk menatap ke arah Dion yang masih saja menunggu.

"Tentu terima kasih, tapi bukankah para bangsawan kelas atas tidak ada hubungannya dengan wabah penyakit yang ada di pinggiran ibu kota"

Rimonda tersenyum tipis menujukkan bahwa dia mengejek Dion yang langsung terdiam dengan pandangan datar. Ternyata memang benar ini hanyalah sebuah jebakan, lebih tepatnya untuk membuat Dion menjadi mata-mata mereka.

"Saya memang seorang bangsawan tapi Yang Mulia tentu tau bagaimana keluarga saya" Dion menatap ke arah Rimonda dengan tatapan tajam, sebelum akhirnya dia tersenyum lebar dengan mata yang tertutup rapat.

Jelas sekali jika itu hanyalah sebuah senyuman yang di paksa, dan Rimonda mulai tertarik untuk membuat pria itu lebih meresa kesal lagi.

"Oh.. kau benar, keluarga Count Devonte sudah berakhir sekarang. Apakah kau tidak berniat membangun keluargamu lagi? Sepertinya akan bagus jika keluarga Count Devonte kembali bangkit!"

Rimonda tersenyum ramah dengan tawa yang di tahan di bibirnya, tawa mengejek karena dia berhasil membuat Dion merasa marah. Dion jelas menyadarinya, dia sadar bahwa Rimonda mengejek tentang keluarganya yang hancur karena kebodohan Count sendiri.

Sebelum mengalami kecelakaan kereta, Count pernah melakukan korupsi yang begitu banyak. Dan sejak saat itu masa kejayaan keluarga Count Devonte mulai turun sampai Count dan Countess Devonte berniat meminta bantuan dari pihak keluarga sebelum akhirnya mengalami kecelakaan.

Setelah kasus korupsi Count Devonte menyebar luas, semua bangsawan yang ikut serta dalam kasus itu mendapatkan penurunan gelar dan keluarga Count Devonte mendapatkan pengecualian akibat Duke Lawton dan karena kematian pasangan Count dan Countess Devonte.

Dan karena itu Dion masih bisa menggunakan nama keluarganya walau keluarga sudah hancur berantakan. Walau begitu banyak bangwasan yang di turunkan gelar menjadi rakyat biasa yang merasa marah dan kesal pada keluarga Count Devonte.

Tapi setelah Dion di bawa oleh Duke Lawton semua rumor itu langsung hilang begitu saja seperti tidak pernah terjadi dulu. Dan Dion di anggap sebagai keluarga Duke terhomat walau dia masih belum mendapatkan nama Duke tapi nanti Dion akan menjadi bagian dari keluarga Duke Lawton.

"Yang Mulia, saya akan menjadi bagian dari keluarga Duke Lawton jadi saya tidak memerlukan kebangkitan keluarga saya lagi"

Jawaban Dion membuat si kembar mengangguk paham walau sebenarnya keduanya tertawa puas telah berhasil mengejek Dion saat ini. Rimonda terlihat sedih dengan manik menatap khawatir akan nasib Dion yang akan hancur bersama Duke Lawton nantinya.

"Sir Devonte, jika di perkenankan aku ingin memberi sebuah saran yang baik untuk anda. Mungkin ini terdengar kurang baik tapi aku berharap anda menjadi pemimpin keluarga anda sendiri dari pada menjadi sebuah boneka Duke Lawton"

Rimonda berucap pelan dengan manik menatap Dion yang terkejut, dia jelas tau bahwa Dion akan sadar bahwa mereka bukanlah lawan yang cocok untuknya. Dan dengan ini Dion akan pergi dengan sendirinya dan mereka tidak perlu melakukan hal yang merepotkan seperti berteman pada boneke Duke Lawton sepertinya.

Ramon menggenggam tangan Rimonda kuat dengan manik menatap tajam ke arah Dion yang terkejut. Jelas sekali dia tidak pernah memikirkan hal seperti ini terjadi, tapi nyatanya hal seperti terjadi pada dirinya sekarang. Apalagi itu karena mereka dan mereka merasa terhormat bisa mengatakan sebuah saran yang sebenarnya sangat baik.

Walau memang saran yang di katakan Rimonda terdengar kasar tapi Rimonda tidak peduli. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Dion dari sebuah kehancuran yang akan terjadi. Karena Dion bukanlah orang yang pantas mendapatkan imbas dari kejahatan Duke Lawton dan putrinya.

"Apa Yang Mulia tengah menghina saya sekarang!"

Sepertinya Dion marah sekarang tapi Rimonda dan Ramon harus bersikap tenang untuk tidak menimbulkan masalah yang lebih besar lagi.

"Tidak juga, aku tidak merendahkan anda tapi aku hanya mengatakan hal yang lebih baik dari pada menjadi sesuatu seperti yang aku katakan tadi" ucap Rimonda lagi melirik Ramon yang menghela nafas panjang.

"Aku rasa pembicaraan kita selesai sampai di sana saja, kami harus ke kelas sekarang juga" sahut Ramon menarik Rimonda yang terlihat menujukkan raut wajah sedu.

Dan Dion sendiri hanya diam membeku dengan manik yang terpaku pada kepergian si kembar.

"Apakah aku kelewatan?" tanya Rimonda merasa bersalah menatap Ramon yang terdiam tidak bisa menjawab.

Chương tiếp theo