webnovel

Sebuah Titah, Takdir untuk Berpisah {5}

Setelah lama diam, akhirnya Xie Ming Zheng berjalan mendekat ke arah kamar Xie Liao Xuan. Tanpa aba-aba Xie Ming Zheng mendobrak pintu itu sampai terbuka seutuhnya. Dia berjalan menerobos kediaman Xie Liao Xuan sambil menebarkan pandangannya, menangkap basah hal kotor yang telah dilakukan oleh adik tirinya.

Namun, saat Xie Ming Zheng sampai di kamar Xie Liao Xuan, kamar itu tampak kosong. Membuatnya mencari-cari keberadaan Xie Liao Xuan berada. Ini tidak mungkin, jelas-jelas dia melihat Xie Liao Xuan bercinta dengan seorang wanita. Namun bagaimana bisa, dengan waktu sesingkat itu bahkan keduanya tidak ada, dan yang lebih tak masuk akal lagi adalah, kamar Xie Liao Xuan tampak benar-benar rapi. Apakah adik tirinya itu menggunakan kekuatannya untuk menyulap ini semua?

"Apa kau mencariku, Pangeran Xie Ming Zheng?" suara itu terdengar sayup-sayup, bersamaan dengan iringan kecapi dari Xie Liao Xuan.

Xie Ming Zheng tampak kaget, melihat Xie Liao Xuan duduk di kursi tempat kebesarannya. Pakaiannya pun masih lengkap seperti saat dia dinobatkan tadi, hanya meninggalkan jubah kebesarannya saja. Bahkan mahkota kebesaran itu masih tampak rapi di atas kepalanya.

Xie Ming Zheng tampak semakin emosi, dia ingin sekali membunuh sosok yang ada di hadapannya ini tapi dia tak kuasa. Hingga akhirnya, kedua tangannya mengepal kuat-kuat sambil menatap ke arah Xie Liao Xuan.

"Kenapa tatapanmu seperti itu? Apakah kau pikir kali ini kau bisa menjatuhkanku lagi?" ucapan Xie Liao Xuan terdengar menyindir. Suara kecapi itu terdengar semakin kuat, suasana di dalam tempat Xie Liao Xuan pun tampak sangat pekat. Dari sekitar tubuh Xie Liao Xuan muncul cahaya putih, dan hitam dengan bersamaan. Untuk kemudian lantunan kecapi itu berhenti saat senarnya putus dan melukai jemari Xie Liao Xuan.

"Bukankah kau sedang merayakan kemenanganmu dengan seorang wanita? Tampaknya, kau cukup jeli sampai semua yang terlihat sekarang menghilang," dengan nada santai Xie Ming Zheng duduk di salah satu kursi yang ada di sana senyumnya terukir di kedua sudut bibirnya. Namun matanya terus mencari, di mana gerangan wanita yang bercinta dengan adik tirinya tadi.

"Wanita? Apa kau sedang mengigau? Apa kau pikir seluet-seluet yang tampak dari luar menjadi begitu adanya seperti yang ada di dalam?"

Xie Liao Xuan kemudian mengeluarkan kekuatannya, sehingga membentuk kabut seperti sepasang kekasih yang sedang bercinta, untuk kemudian dia tersenyum lagi, sambil memandang ke arah Xie Ming Zheng.

"Mungkin yang kau lihat itu," lanjutnya.

"Rembulan merah jambu dan sepasang burung phoenix, adalah hal yang tak dapat kau sangkal, Yang Mulia Putra Mahkota."

"Lantas akankah aku harus bercinta denganmu malam ini, agar apa yang tampak di langit itu menjadi kenyataan, Pangeran Xie Ming Zheng?"

Xie Ming Zheng langsung melempar sebuah pisau ke arah Xie Liao Xuan. Tapi pisau itu seolah sengaja dibiarkan meleset, hanya selisih sedikit maka pisau itu melukai pipi Xie Liao Xuan. Kemudian pisau itu menembus dan tertancap pada kayu yang ada di belakang Xie Liao Xuan.

Tapi, apa yang diharapkan oleh Xie Ming Zhe tak jadi kenyataan, dia tahu kalau adiknya itu melakukan sebuah tipu daya dengan ilmunya. Dia mencoba memancing keluar wanita itu dari tempatnya sembunyi. Karena dia pikir, kemungkinan besar adalah di sekitar Xie Liao Xuan. Namun sayang, saat dia melempar pisau itu bahkan tak ada satu benda pun yang menunjukkan adanya perempuan itu. Membuatnya harus terpaksa mengalah lagi, dan memikirkan cara lainnya untuk menangkap basah saudaranya.

"Jadi, biarkan aku menikmati kecapiku. Sambil menunggu barangkali ada seorang Dewi yang sudi singgah sebentar di kamarku,"

Xie Ming Zhe langsung pergi, setelah dia mengibaskan jubahnya dengan kasar. Setelah memastikan jika saudaranya itu sudah tak ada di sana. Xie Liao Xuan langsung menahan napas dan mengibaskan tangannya.

Anqier langsung terjatuh tepat di pangkuannya, tubuhnya hanya berbalut oleh seutas kain yang sangat tipis. Xie Liao Xuan kemudian tersenyum, melihat wajah pucat pasi Anqier. Wajah ketakutan yang sangat luar biasa.

"Apa dia sudah pergi?" tanya Anqier dengan suara bergetarnya. Xie Liao Xuan hanya mengangguk. Kemudian dia menundukkan wajahnya, sambil kembali mengibaskan tangannya. Semua pintu kamar Xie Liao Xuan langsung tertutup rapat-rapat bersamaan dengan cahaya yang ada di dalam kamarnya.

Lagi, Xie Liao Xuan melumat bibir Anqier, kemudian menarik kain yang menutupi tubuh wanitanya. Tangannya sudah bergerilya kemana-mana, sampai Anqier mengeluarkan desahannya. Kemudian, bibir Xie Liao Xuan berpindah ke leher Anqier, mencumbunya dengan penuh nafsu.

Malam ini agaknya keduanya menikmati malam-malam panjang berdua. Malam-malam penuh cinta, malam-malam yang disaksikan oleh keagungan langit.

*****

"Jadi, apa maksud dari Raja lautan berada di sini?" sebuah jamuan untuk Raja Laut yang datang hari ini agaknya cukup meriah. Terlebih, saat Raja Langit tahu, apa yang dibawa oleh Raja Laut agaknya sangat berlebihan. Ini bukan seperti seorang teman lama yang ingin bertemu, akan tetapi lebih dari itu.

"Aku hanya ingin memberi ucapan selamat kepada putra keduamu, karena secara resmi telah dinobatkan menjadi Putra Mahkota. Semalam, aku tak bisa mengucapkannya secara pribadi. Jadi, aku datang ke sini hari ini,"

Raja Langit lantas tertawa, kemudian dia menyuruh salah seorang dayang istana untuk memberitahu putranya jika ada tamu yang ingin bertemu. Kemudian, dia menuangkan arak ke dalam gelas milik Raja Laut.

"Kau terlalu sungkan, minumlah," ajaknya.

Seorang gadis yang tampak malu-malu itu pun terus-terusan menyenggol lengan ayahnya, membuat ayahnya melirik ke arah putrinya dengan sungkan.

"Oh, perkenalkan ini putriku. Namanya Lim Ming Yu, bukankah dia cantik?" tanya Raja Laut.

Raja Langit mengangguk setuju, kemudian dia memerhatikan ke arah putri dari temannya itu. Sekarang dia mulai tahu apa maksud dari tujuan temannya datang ke sini.

"Dia adalah putriku satu-satunya, agak manja, akan tetapi ilmu bela dirinya sangat luar biasa. Dia bisa melakukan banyak hal. Dan dari hal-hal yang lain itu, dia sangat senang dalam urusan menulis syair cinta,"

"Wah, putrimu benar-benar luar biasa," jawab Raja Langit lagi.

"Lalu, apakah putramu, Putra Mahkota Xie Liao Xuan telah memiliki calon pasangan untuk dijadikan Ratu di istana langit?" tanya Raja Laut yang berhasil membuat Raja Langit menaruh gelasnya.

Dia benar-benar bingung harus berkata apa, sebab baginya sebenarnya, kebahagiaan putranya adalah hal utama yang harus diutamakan, lebih dari siapa pun. Namun demikian, bagaimana dia harus mengatakan itu? Di saat temannya bahkan sudah membawa putrinya ke sini. Bukankah suatu penghinaan jika dia berkata jujur? Dan yang akan terjadi adalah, peperangan antar dua kubu. Kerajaan langit, dan kerajaan lautan. Sungguh, Raja Langit benar-benar tidak ingin itu terjadi.

"Oh, sepertinya belum," jawabnya ragu. Sebab dia juga belum pernah melihat kalau putranya itu sedang tertarik dengan salah satu Dewi yang ada di sini.

"Kalau begitu, demi persahabatan kita. Apa kau setuju jika putriku ini menjadi pendamping dari Putra Mahkota sebagai penerus dari kerajaan langit? Biarkan putriku ini menjadi seorang Ratu untuk putramu."

Lama, Raja Langit masih diam. Kemudian, dia mengangguk dengan ragu. Sebuah senyum ia tampakkan, meski hatinya benar-benar bimbang.

"Yang Mulia Raja...," bisik Dewa Li Qian Long. "Apa tak seharusnya masalah ini Anda tanyakan dulu kepada Putra Mahkota? Tentu, persetujuannya adalah hal yang utama. Terlebih, apakah Yang Mulia Raja melihat fenomena langit semalam? Bisa jadi jika Putra Mahkota telah memiliki pilihannya sendiri."

"Diamlah kau, Dewa Li. Apa kau tak tahu aku sedang bicara dengan siapa? Dan bukankah sudah menjadi hal lumrah jika seorang Raja mengatur sebuah pernikahan kerajaan untuk anak-anaknya?"

Mendengar hal itu Dewa Li Qian Long langsung terdiam, setelah dia meminta maaf, dia pun langsung kembali ke tempatnya. Meski dalam hatinya, dia benar-benar gundah, dengan sutuasi sekarang ini.

Dan tak lama setelah itu, Xie Liao Xuan pun datang. Dia mengenakan pakaian berwarna biru dengan jubah putih yang menjuntai tanah. Langkahnya pelan, namun tampak gagah, parasnya lembut namun tampak tegas. Matanya menangkap sosok Raja Laut beserta seorang wanita, tapi Xie Liao Xuan masih tidak mengerti maksud dari itu semua. Sementara Lim Ming Yu menatap Xie Liao Xuan tanpa kedip. Melihat paras calon Raja Langit nanti. Wajahnya sangat sempurna, bahkan setiap inci dari wajahnya benar-benar tanpa celah. Mata Lim Ming Yu terbelalak, saat mata Xie Liao Xuan menatap ke arahnya.

Chương tiếp theo