webnovel

Kembali

Zen membuka matanya disebuah ruangan yang amat terang. Saat ini Zen terbangun sambil melihat sekelilingnya. Saat ini dia berada disebuah ruangan rumah sakit terbaring dengan masih menggunakan Nerve gearnya dan beberapa selang medis memenuhi kedua tangannya.

Saat ini badannya benar – benar kurus dan saat Zen melepas Nerve gearnya, rambutnya ternyata sudah sampai bahunya. Namun anehnya kuku pada jari – jari tangan dan kakinya sangat terawat.

[Selamat telah menyelesaikan game itu Kak] kata Irene.

"Terima kasih Irene" jawab Zen

[Oh iya, Kakak berhasil menyelesaikan Main Quest dan Kakak mendapatkan sebuah main quest baru, silahkan buka menu quest untuk informasi lebih lanjut] kata Irene.

"Baiklah" kata Zen, yang mencoba bangun untuk duduk pada sandaran kasur rumah sakit ini.

<Quest>

Main Quest:

[COMPLETE]

[Menyelesaikan Sword Art Online]

[Tidak boleh mengalahkan Kayaba Akihiko sebelum mengalahkan boss lantai 75]

[Hadiah]

[EXP: 1000]

[Store point: 1.000.000]

[Acc Point: 100]

[Skill: Affinity Api]

.....

Main Quest

[Menyelamatkan Asuna]

[Masuki Game yang menjebak Asuna dalam waktu dua bulan dari sekarang. Harus menyelesaikan quest ini dari dalam game.]

[Hadiah]

[EXP: 1000]

[Store point: 1.000.000]

[Acc Point: 100]

[Skill: Affinity Air]

[Level Up]

[Level Up]

"Mengapa aku tidak bisa langsung menyelamatkan Asuna, Irene?" tanya Zen.

[Pertama, Kakak harus memulihkan diri kakak sendiri terlebih dahulu, Maka dari itu Main Quest menyelamatkan Asuna dimulai 2 bulan kemudian]

"Kalau begitu mari kita lihat statusku" kata Zen

<Status>

Status:

Nama: [Uchiha Zen]

Level: [8](0/800)

Bloodline: [God 1%]

Toko Poin: [2.834.000]

Status Poin: [301]

STR: I [4/25]

AGI: I [2/25]

INT: G [8/25]

DEX: I [0/25]

Skill: [Infinty Mana] [Clean: 0] [Heal: 0] [Creation: 1] [Fire: 1]

"Fire? Apakah itu karena affinity apiku Irene?" tanya Zen

[Ya Kak, coba Kakak bayangkan sebuah api keluar dari jari Kakak sambil memfokuskan kekuatan kakak pada ujung jari kakak] kata Irene

Lalu Zen mencoba apa yang dikatakan oleh Irene. Zen mulai membayangakan api keluar dari jari telunjuknya sambil memfokuskan kekuatannya. Sebuah api sangat amat kecil terlihat berada diatas jari telunjuknya, yang membuat Zen sangat bersemangat.

"Lihat Irene, aku berhasil" kata Zen

[Walaupun hanya api kecil, tapi itu sudah termasuk pencapaian yang bagus. Saat ini kakak belum bisa memfokuskan aliran mana Kakak, jadi api itu akan sangat kecil. Saat Kakak sudah menjalani masa pemulihan, Irene akan ajarkan cara menggunakan aliran mana Kakak.] kata Irene.

"Baiklah, terima kasih Irene" Kata Zen sambil tersenyum dan mulai melihat pemandangan dunia ini dari balik jendela kamarnya.

[Sama – sama Kak] jawab Irene.

Saat masih menikmati memandangi dunia luar yang sudah lama Zen tidak lihat, pintu kamar Zen tiba – tiba ada yang membukanya. Seorang wanita berambut sebahu berwarna hitam sedang mencoba memasuki Kamar Zen.

"Z-Zen-san" kata wanita itu yang terlihat air mata diujung matanya.

Zen yang mendengar panggilan ini langsung menoleh kearah suara yang memanggilnya itu.

"Aku kembali Suguha-chan" kata Zen dengan senyum yang terukir diwajahnya.

Suguha yang mendengar ini langsung berlari kearah Zen dan mulai memeluknya.

"Suguha-chan, bisakah kamu memeluku dengan perasaan, saat ini rasanya tulangku akan remuk" kata Zen yang merasakan Suguha memeluknya sangat erat.

Mendengar ini, Suguha melepaskan pelukannya.

"M-Maafkan aku Z-Zen-san, aku terbawa suasana" kata Suguha yang terlihat wajahnya mulai memerah karena perilakunya yang dia lakukan tiba – tiba.

"Terima kasih Suguha, telah memperhatikanku" kata Zen sambil mencoba menepuk kepala Suguha.

Suguha yang merasa kepalanya diusap, terlihat mulai kembali menangis karena dia sangat rindu dengan perlakuan ini dari orang yang berada didepannya.

"A-Aku sangat m-merindukanmu Zen-san" kata Suguha sambil meraih tangan Zen yang sedang mengusap kepalanya.

"Kamu tahu, Kakakku juga mengalami situasi yang sama denganmu." Kata Suguha.

"Apakah Kakakmu baik – baik saja?" tanya Zen.

Namun saat suguha mendengar pertanyaan Zen, dia mulai menunduk menyembunyikan perasaannya saat ini, setelah melihat Kakaknya yang memeluk wanita sebelumnya yang mulai menghantui pikirannya.

"Kenapa Suguha, apakah Kakakmu tidak berhasil selamat?" tanya Zen yang melihat ekspresi Suguha.

"Bukan seperti itu Zen-san, kalian berdua kembali dengan selamat itu sangat membuatku amat sangat senang" katanya

"Lalu mengapa dengan wajah kusutmu sebelumnya?" tanya Zen

"Ah.. I-itu karena a-aku memikirkan saat K-Kalian berdua yang terjebak didalam game tersebut" kata Suguha tergugup.

Lalu seorang perawat memasuki tempat ini dan mulai memastikan keadaan Zen.

.

.

Seminggu telah berlalu, Zen saat ini sedang duduk disebuah sofa ditengah ruangan yang dikususkan untuk memulihkan para korban yang memasuki game kematian itu. Saat ini Zen sedang ditemani kedua orang wanita yang sangat amat dikenalnya.

Setelah Zen terbangun, beberapa hari kemudian beberapa orang yang mengatakan adalah penyelidik masalah game kematian itu mendatangi Zen. Pasalnya banyak saksi yang mengatakan bahwa Zen yang berhasil mengetahui kedok dari Kayaba dan menyelesaikan game tersebut.

Zen ditanya berbagai pertanyaan tentang bagaimana dia mengetahui identitas kayaba, dan sebagainya. Zen lalu menjelaskan semuanya seperti apa yang dia jelaskan didalam gamenya. Akhirnya Zen lalu disebut sebagai pahlawan yang menyelesaikan game itu.

Namun berita Zen sebagai pahlawan langsung meredup karena pemerintah memutuskan merahasiakan tentang itu, dikarenakan 300 player lain masih belum terbangun dan salah satunya Asuna dan salah satu orang adalah orang yang Zen tidak sangka yaitu Yuna. Zen sudah mengunjunginya dan melihat mereka berdua yang masih terbaring.

"Yo Pahlawan kita, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya wanita disebelahnya

"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu Lis" jawab Zen

"Sudah kubilang namaku Shinozaki Rika, mengapa kamu terus memanggil namaku di game terus" kata Lisbeth.

"Aku hanya suka memanggilmu begitu, anggap saja itu panggilan sayangku kepadamu" kata Zen sambil tersenyum.

Mendengar ini Lisbeth langsung merona seluruhnya, sedangkan teman yang berada didepannya merasa sedikit cemburu akan keadaan yang dilihatnya. Melihat ini Zen lalu menepuk kepala wanita yang diseberangnya itu.

"Kamu sedang memikirkan apa Silica, apakah kamu juga protes aku tidak memanggil nama aslimu?" kata Zen yang melihat perubahan raut muka Silica sebelumnya.

"Tentu saja tidak Zen-san, aku senang kamu memangilku begitu" kata Silica yang mulai tersenyum

Chương tiếp theo