Ken mendengar isak tangis dari dalam kamar yang di pakai Naura untuk istirahat. Ken turun ke lantai dasar dan masih ada satu pelayan yang berjaga.
"Ambilkan air hangat!" pinta Ken.
"Baik, Tuan!"
Ken mengeluarkan serbuk obat dari saku jas yang di pakainya. Setelah pelayan itu datang dengan membawa air hangat, Ken memasukan obat itu ke dalam air yang dimintanya.
"Apa yang akan Tuan lakukan pada gadis itu? Andai aku bisa menolongnya," batin pelayan itu.
Ken membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Naura langsung bersembunyi di balik selimut ketika mendengar langkah kaki mulai mendekat. Naura menyeka airmatanya supaya Ken tidak menyadarinya.
Ken menyibakkan selimut yang di pakai Naura untuk menutupi dirinya yang masih meringkuk takut.
"Duduklah!" pinta Ken.
"..."
"Naura, jangan membuatku untuk memaksamu dengan cara kasar!" bentak Ken.
Naura tidak berkutik. Naura hanya terus menangis sembari meringkuk di atas ranjang yang hampir membuatnya ternoda lebih dalam.
"Apa aku yang tidak suci ini, masih pantas untuk menikah dengan Delice?" batin Naura.
"Kau yang memintaku melakukan ini!" ucap Ken.
Ken memasukkan air hangat itu ke dalam mulutnya, lalu mencengkaran rahang Naura tanpa memperdulikan Naura yang terus meronta-ronta.
"Emmmmm... Emmmm... Emmmmm..." Naura menolak saat Ken mau memaksanya untuk meminum air itu dengan bibirnya.
"Uhuk... Uhuk... Uhuk.." Naura hampir tersedak saat air itu masuk ke dalam dalam tenggorokannya melalui bibir Ken.
"Apa kau masih menganggapku main-main? Mau aku melakukannya lagi ata kau minum sendiri?" Ken menyodorkan gelas air itu pada Naura.
Dengan tanga yang gemetar, Naura terpaksa menerimanya lalu meminumnya hingga habis dari pada Ken memaksanya dengan cara yang menjijikan bagi Naura.
"Aku sudah meminumnya, apalagi yang kau inginkan?" Naura memberanikan diri untuk membuka suara.
"..."
Ken hanya diam, sedangkan Naura merasakan pandangannya mulai kabur dan rasa ngantuk yang luar biasa.
"Akhirnya, kau tenang juga dan tidak melawanku," gumam Ken.
***
MARKAS UTAMA NAGA HITAM
Kedatangan Delice dan Loid seperti sebuah hadiah berlian bagi anggotanya karena tidak ada sebuah masalah rumit yang tidak bisa Delice atasi.
Seluruh anggota utama berkumpul dan menyambut Delice dengan sekumpulan wanita seperti pertemuan-pertemuan biasanya.
"Tuan, Anda semakin muda dan segar!" puji Jared, pemegang naga hitam selama Delice tidak ada di markas.
"Jar, kau bekerja dengan sangat baik."
"Tuan, Anda terlalu memujiku."
"Aku hadiah untukmu!" Delice memberikan sebuah kotak pada Jared.
"Tidak perlu repot-repot, Tuan."
"Terimalah!" ucap Delice.
"Baiklah! Terimakasih, Tuan!" Jared menerima kotak itu membukanya.
Mata Jared hampir keluar dari tempatnya setelah menerima hadiah sebuah tangan dengan cincin yang menempel pada jarinya.
"Tuan, apa maksudnya ini?" tanya Jared dengan menyembunyikan tubuhnya yang hampir gemetar.
"Itu adalah akibat karena mengkhianati. Aku yakin kau tidak akan melakukan itu, jadi kau tidak takut, bukan?" sindir Delice.
"Ten... Tentu saja, Tuan!" jawab Jared.
Wajah Jared murung sepanjang malam. Pria yang begitu senang dengan alkohol, malam ini bahkan sama sekali tidak menyentuhnya.
Delice tidak akan melakukan hal keji pada Jared, karena mau bagaimanapun, Jared hidup di dalam naungannya. Jared salah satu orang kepercayaannya.
"Aku hanya memberimu pelajaran. Dengan inim kau tidak akan berkhianat lagi," batin Delice.
Seperti biasa, Delice akan memilih beberapa wanita untuk menemani malam panjangnya, sisanya akan di berikan pada bawahannya.
"Apa yang kalian tunggu?" tanya Delice pada anggotanya karena tidak ada satu wanitapun yang berani mereka dekati. "Aku tidak akan bermain-main lagi dengan wanita. Kalian bisa bersenang-senang," imbuhnya.
Loid memilih 3 wanita yang paling cantik dan sexy untuk menemaninya dan melampiaskan hasratnya. Loid maupun Ken, sering bermalam dengan lebih dari 1 wanita. Tapi, mereka lebih sering berbagi wanita.
"LEPAS! AKU TIDAK MAU! AKU BEKERJA SEBAGAI SEORANG PELAYAN, BUKAN SEORANG JALANG!" teriak seorang wanita seumuran dengan Naura, saat salah satu anggota Delice menginginkannya.
"Dante, lepaskan!" seru Delice.
"Tapi, Tuan..."
"Dante, kau boleh pilih 2 wanita sebagai gantinya."
Gadis itu mendekat ke arah Delice. Ada kesedihan di wajahnya yang mengingatkan Delice pada Naura.
"Naura, aku merindukanmu!" batin Delice.
"Tuan, terimakasih Anda sudah menyelamatkan saya!" ucap gadis itu.
"Sebagai bayarannya, kau harus melayaniku di sini," ucap Delice yang sudah mulai hilang akal sehatnya.
"Tuan..."
"Kau boleh menolaknya,"
"Saya menolak!" teriak gadis itu.
"Benar! Kau boleh menolaknya tapi aku tidak boleh untuk di tolak. Apa kau paham?"
"Aaaawwhhhhh..." pekik gadis itu ketika Delice mencengkramnya dengan kuat.
"Lakukan! Layani aku di sini!" ucap Delice.
Delice tahu, gadis itu sengaja menarik perhatiannya. Sebagai hukumannya, Delice akan mempermalukannya.
"Keterlaluan!" batin gadis itu.
"Lepas celanaku, lepas pakaianmu, dan layani aku di sini!" bentak Delice.
Jika Delice sudah mengeluarkan suara dengan nada yang tinggi, tidak ada satu anggotapun yang bisa mencegahnya.
"Tuan, bukanah ini keterlaluan kalau Anda meminta saya untuk telanjang di tempat umum?" ucap Gadis itu.
"Jadi, apa kau mau melakukannya jika di tempat yang tertutup?"
"..."
"Siapa yang mengutusmu untuk menyusup ke dalam rumahku?" bisik Delice.
"Tidak ada, Tuan! Saya bukan penyusup!"
"Kau belum mengenal targetmu, ternyata. Kalian boleh memperkosanya di sini! Aku ingin melihat wajahnya dengan ekspresi yang menjijikan!"
***
Saat pagi hari, Naura terbangun dengan sebuah tangan yang memeluknya dari belakang. Naura mengingat kejadian apa yang membuatnya tertidur dengan pulas.
"AAAAAARRRRRRHHHHHHHHH," teriak Naura sembari menyingkirkan tangan Ken yang memeluknya.
"Apa ini cara romantis yang kau lakukan untuk membangunkanku?" tanya Ken.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Naura dengan gugup.
"Kenapa? Apa kau sama sekali tidak ingat apa yang kita lakukan semalam?" tanya Ken dengan ekspresi wajah penuh dengan godaan.
"Katakan! Katakan dengan jelas, apa yang sudah kita lakukan!" Naura menggoyang-goyangkan pundak Ken.
"Apa yang harus aku katakan? Apa kau tidak melihat pakaian yang masih berserakan di atas lantai?"
Naura melihat pakaiannya dan juga ada bercak darah di seprai yang di pakainya untuk tidur. Naura melihat tubuhnya yang memang tidak memakai apapun.
"Naura!"
"Jangan menyentuhku!" teriak Naura sembari menepis tangan Ken yang akan menyentuhnya.
Naura membawa selimut masuk ke dalam kamar mandi untuk menutupi tubuhnya saat memungut pakaiannya.
"Kenapa? Kenapa aku menjadi wanita murahan? Aku sudah tidak berharga, aku sudah tidak memiliki harga diri lagi," gumam Naura di bawah guyuran air.
"Aku kotor! Aku benci dengan keadaan ini. Bagaimana mungkin aku tidak ingat apapun? Sebenarnya, apa yang terjadi? Bagaimana mungkin aku menyerakan diriku padanya?" teriak Naura.
Ken mendengar jeritan Naura dari balik pintu. Hatinya merasa ikut tercabik-cabik dan berdenyut nyeri.
"Aku memang egois, kau boleh mengutukku, Naura. Aku tidak bisa membuatmu tinggal di sisiku, tapi aku bisa mmebuatmu tidak akan pernah berada di sisinya. Biarkan sandiwara ini aku lakukan hingga aku siap melepasmu."