BRAAAAKKKKKKK
Dengan amarah yang membara, sebuah pisau menancap di punggung Tuan Max hingga tembus pada dadanya. Naura syok melihat pembunuhan tepat di depan matanya.
Ken menyingkirkan tubuh Tuan Max yang sedang kesakitan karena Delice tidak mengincar titik vitalnya. Bukan cara Naga Hitam kalau membunuh dalam satu kali serang.
"Sialan kau! Bagaimana bisa kau masuk ke sini?" teriak Tuan Max.
"Berhentilah berbicara. Lebih baik kau menghemat tenagamu," seru Loid.
"Sorry!" ucap Delice sembari melepaskan ikatan tali pada tanang Naura.
Naura memandangi wajah tampan dan tubuh berotot milik Delice. Panas yang di rasakan Naura pada tubuhnya, terasa begitu nyaman saat tangan Delice menyentuh pipinya.
"Nyaman. Lakukan lagi!" Naura menuntun tangan Delice supaya menyentuh pipinya lagi.
"Naura, kau..." Naura langsung mencium bibir Delice saat wajah Delice mendekat.
Delice mendorong Naura dengan kasar. Setelah melepaskan diri, Delice menggendong Naura.
"Apa yang kau berikan padanya?" bentak Delice.
"Jangan teriak-teriak, aku takut," bisik Naura dengan manja.
"Naura, apa tanganmu tidak bisa diam?" bentak Delice pada Naura.
"Percuma saja kau berusaha. Dia akan mati menelan hasratnya!" ucap Tuan Max.
BUKKKK... BUKKKK... BUKKK...
Delice menendang Tuan Max bertubi-tubi sembari tetap menggendong Naura. Amarahnya sudah tidak tertahankan lagi.
"Bawa dan cincang tubuhnya! Aku ingin melihatnya mati dengan cara yang paling keji!" ucap Delice memberikan perintah pada Loid dan Ken.
"Dasar gila darah! Kau pikir aku takut kalau kau menyiksaku? siksa saja!" ucap Tuan Max meskipun tubuhnya sudah di seret oleh Loid.
"Naura, diamlah!" pinta Delice.
Delice memasukan Naura ke dalam bathtub yang berisi air dingin. Meskipun tidak tega, tapi Delice harus melakukannya demi kebaikan Naura.
BYUUUURRRRR
"Aduhhhh... Dingin..." rancau Naura tapi tidak juga sadar dari efek obatnya.
"Apa sudah terasa lebih baik?" tanya Delice.
BYUUURRRRR
Naura menarik Delice dan Delice akhirnya ikut basah bersama Naura. Naura memeluk Delice dengan manja. Delice yang terbuai, segera membawa Naura ke atas ranjang supaya lukanya yang baru saja mengering tidak terlalu lama terkena air.
"Naura, aku tidak ingin melakukan dalam keadaanmu yang seperti ini," Delice berusaha menormalkan pikiran.
"Delice, apa kau tidak menyukaiku?" Naura memainkan jarinya di dada bidang Delice.
"Katakan sekali lagi, siapa aku!"
"Kau? Kau sudah pasti Delice."
"Apa kau menginginkan melakukan hal ini denganku?"
"Asal itu Delice, aku mau!"
"Sayang, kau sendiri yang menyerahkan dirimu padaku. Jadi jangan salahkan aku!"
***
"Tangan mana yang kau pakai untuk menyentuh wanita milik Delice?" Ken menginjak tangan Tuan Max.
"AAAAHHHHH... Melihat ekspresimu, kau ternyata menyukai wanita yang sok suci itu," dalam kesakitannya, Tuan Max masih sempat memprovokasi Ken.
"Katakan sekali lagi, aku tidak segan-segan untuk merobek mulutmu!"
"Kau ingat-ingat saja, setiap wanita yang berada di sisi Delice, pasti sudah bekas."
KREEEEEKKKKKK SRAAASSS
Ken memotong tangan kanan Tuan Max dalam sekali tebas. Ken sangat tidak menyukai ucapan Tuan Max yang menyamakan Naura dengan wanita lain yang tidak memiliki harga diri.
"Apa kau masih ingin membual?" tanya Ken.
"Aku sudah memasukkan obat perangsang yang tidak ada penawarnya selain bercinta. Menurutmu, seorang Delice sedang bersama dengan seorang wanita yang sedang bergairah, apa yang akan dia lakukan?" teriak Tuan Max.
KREEEEKKKKKKKK
Ken merobat bibir bagian kanan Tuan Max tanpa memberinya ampun sedikitpun. Provokasi yang diharapkan Tuan Max adalah supaya Ken melepaskannya tapi yang terjadi adalah sebaliknya.
"Apa? Dia lebih kejam dan lebih tidak berprasaan dibandingkan Delice? Apa aku salah dalam memprovokasinya?" batin Tuan Max dalam kesakitannya.
"Kenapa kau tidak membual lagi? Kau sudah merasa salah karena memprovokasiku? Aku akan memberimu satu buah rahasia sebelum kau mati." Ken mengehela nafasnya. "Aku dan Loid yang selalu melakukan hukuman ini. Delice hanya pemberi perintah!" imbuhnya.
Mulut yang sudah robek dan tanpa sengaja pisau itu juga mengiris lidah Tuan Max, membuat Tuan Max hanya bisa diam merasakan tangannya yang semakin lemas setelah terputus dari lengannya.
"Sebelum aku menyiksamu di bagian tubuh yang lain, aku ingin mencongkel matamu yang sudah berani menatap tubuhnya!"
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Teriakan Tuan Max bertubi-tubi saat Ken menusuk sebelah matanya dengan sebilah garpu lalu menarik sembari mencongkelnya.
Ken tidak peduli dengan sakit yang dirasakan oleh korbannya. Ken hanya mementingkan kepuasannya sendiri.
"Aku tidak suka, kalau wanita yang aku sukai harus di pandang oleh cara kotor oleh orang sepertimu!" ucap Ken dengan suara yang mengerikan.
"Iblis! Dia melebihi iblis!" batin Tuan Max.
"Loid, setelah kapal bersandar, aku ingin kita datang ke rumahnya dan menikmati istri dan juga anaknya. Kita perlakukan mereka dengan perlakuan yang sama, yang dia lakukan pada Nyonya."
****
Delice melepaskan pakaiannya yang basah. Pakain yang basah sangat tidak nyaman jika menempel badan. Gaun yang di pakai Naura, menempel dan membuat lekuk tubuhnya terlihat sangat sexy.
"Sebelum melakukannya, aku ingin memastikan satu hal," bisik Delice.
Delice membuka bagian bawah gaun Naura dan memasukkan tangannya lebih dalam hingga sampai di pangkal pahanya.
"Emmmm... Uhhhhh..." rancau Naura.
Jari Delice sudah mengapai dan masuk ke dalam milik Naura yang berharga. Gejolak gairah pada Naura semakin menggebu-gebu dan tidak bisa di hindari lagi.
"Aku menginginkanmu!" bisik Naura sembari mengecup telinga Delice yang sudah memerah.
"Naura, tunggu dulu! Jangan lakukan itu, aku tidak bisa tahan lebih dari ini," suara Delice terdengar begitu berat karena harus melawan godaan yang sangat hebat didepan matanya.
Jari Delice sudah menerobos masuk, sedangkan bibir Delice menjadi pelampiasan gairah Naura.
"Aku benar-benar gila. Bagaimana mungkin sensasi ini membuatku menagih lebih?" batin Naura.
"Naura, kau masih perawan?" pekik Delice dengan terkejut. Delice menarik kembali jarinya dan membenahi dress Naura yang berantakan.
"Bukankah kau tahu, ciuman pertamaku juga denganmu?" goda Naura.
"Naura, maaf!"
PLAKKKKKK
Delice sengaja menampar Naura untuk membuatnya pinsan. Sangat berbahaya untuk Naura kalau sampai Delice melakukan hal itu pada Naura.
Delice mengatur nafasnya sembari duduk di sebelah Naura yang sudah terkapar.
Obat penenang yang selalu di konsumsi Delice adalah sebuah racun untuk pasangannya. Delice bermain wanita untuk membagi racunnya supaya kadar racun dalam tubuhnya berkurang.
Mereka semua tidak ada yang perawan. Hanya Naura yang masih perawan. Racun yang setiap hari di hirup oleh Delice bisa membuat Naura sulit untuk hamil.
"Maaf, Naura! Aku bukannya tidak ingin, tapi aku harus menjagamu dengan sangat baik seperti janjiku," gumam Delice.
TUTTTTT.....
Delice menghubungi Dokter Jean untuk menanyakan perihal kasus yang di alami Naura.
"HALLO!"
"Jean, bisakah kau datang ke tepi hulu? Sebentar lagi kapal pesiar akan berlabuh. Bawalah obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan obat perangsang yang di minum Naura," ucap Delice.
"BAIK, TUAN!"
"Maaf, Naura. Aku tidak akan melibatkanmu lagi!" ujar Delice sembari mencium kening Naura.
***
Jangan lupa follo ig sabrina_angelitta
Jangan lupa juga untuk mampir ke "JANDA MUDA" written by MAITRA_TARA
Happy reading