"KEN! KEN! KEN!" teriak Delice memanggil Ken hingga berulang-ulang kali.
"Iya, Tuan!" jawab Ken.
"Ayo kita ke kantor!" ajak Delice.
Delice masuk ke dalam mobil. Saat mobilnya melewati sebuah kursi di taman mansion, Delice melihat Naura yang duduk termenung seorang diri.
"Berhenti!" ucap Delice. Loid yang sedang mengemudi, langsung menghentikan mobilnya.
Delice keluar dari dalam mobil dan duduk di sebelah Naura. Delice mengangkat tangannya untuk menyentuh ujung kepala Naura tapi, niat itu di urungkan. Delice menarik kembali tangannya lalu memasukannya ke dalam saku jas.
"Bagaimana kalau dia menolak seperti tadi?" batin Delice.
Delice tidak ingin merasakan sakit di dada untuk kedua kalinya. Sehingga memilih menyembunyikan tangan yang sudah pernah di tolak oleh Naura.
"Naura, kenapa kau di sini?" tanya Delice.
"Tuan?" Naura menoleh ke arah Delice.
"Ikutlah denganku!" pinta Delice.
"Kemana?" tanya Naura.
"Aku akan mengajakmu jalan-jalan. Kau mau?"
Naura menerima uluran tangan Delice. Delice sedikit terkejut karena Naura tidak menepis tangannya lagi.
"Dia... Dia tidak menolaknya?" batin Delice.
Delice tersenyum tulus tanpa ada rencana kejahatan untuk pertama kalinya. Delice bahkan membuka pintu mobil untuk Naura seperti menyambut seorang putri.
"Apa aku punya hak untuk marah? Bukankah seharusnya aku senang kalau pria ini memiliki wanita lain sehingga tidak akan mengurungku terlalu lama? Kenapa aku merasa begitu kesal?" batin Naura.
Ken ataupun Loid, diam dan fokus dengan jalan. Sedangkan Delice fokus dengan kertas-kertas berhuruf dan berangka sangat kecil. Naura fokus menikmati jalanan yang sudah lama tidak di lihatnya.
"Apa dia begitu bosan? Hanya jalanan kota saja, dia terlihat begitu senang," batin Delice.
"Loid, kita ke kantor dulu sebentar. Aku ada perlu," ujarnya.
"Siap, bos!" jawab Loid.
"Ken, kau temui Mr. Hep di Lounches. Aku akan pergi membawa Nyonya jalan-jalan," pinta Delice.
"Laksanakan!" jawab Ken.
Setelah sampai di kantor, Delice mengajak Naura untuk mengikutinya, karena Loid harus mengantar Ken menuju pertemuan menggantikannya.
"Ayo masuk!" pinta Delice.
Semua mata karyawan menoleh ke arah wanita yang di bawanya. Delice dikenal sebagai Atasan yang tegas, bijak, tidak bisa bercanda dan yang pasti tidak segan-segan memberikan hukuman bagi Karyawan yang lalai.
Rumor tentang Delice memiliki wanita juga tidak ada. Sehingga karyawan-karyawan yang melihat Delice membawa seorang wanita, ingin tahu seperti apa type seorang bos besar yang selama ini menolak kedatangan wanita manapun yang mencarinya di Kantor.
"Ayo masuk! Jangan hiraukan orang-orang itu," ujarnya sangat lembut.
Naura masuk ke dalam ruangan Delice. Naura melihat ruangan Delice yang terbentang luas.
"Aku sudah mengambil apa yang harus aku bawa. Nanti kau tunggu saja di lobby. Aku akan mengambil mobil di parkiran dan menjemputmu," ucap Delice.
Bagi Naura, ini adalah sebuah kesempatan kedua untuknya kabur. Tapi, karena Hanin masih di tangan Delice, Naura tidak bisa melakukannya.
Saat Naura menunggu di lobby. dua orang pemuda menghampiri. Dua orang pria itu terus mengganggunya.
"Hai, manis!" tangan pria itu hendak menyentuh pipi Naura tapi Naura menepisnya dengan kasar.
"Wahhhhh... Galak seperti ini yang sangat menyenangkan!" ujar dua pria itu sembari tertawa.
Naura ingin lari, kabur dari dua pria itu. Tapi, jika Naura berlari, itu artinya Naura harus berlari dengan jarak yang sangat jauh. Bagaimana kalau Delice mengira dirinya ingin kabur? Bagaimana jika Hanin yang menggantikannya menjadi tawanan? Hal itu yang membuat Naura bimbang, karena melawanpun tidak akan bisa menang.
"Kemarilah, sayang!" goda pria itu.
"Awwwhhhhhhhhhh..." pekik pria itu.
"Kau mau aku patahkan tanganmu yang bagian mana?" Delice muncul bak super hero. Tangan pria yang hampir menyentuh Naura, di buat patah hanya dalam satu cengkraman.
Naura menelan ludahnya. Tatapan iblis dari tubuh Delice terbangun. Naura sangat trauma dengan siksaan yang Delice lakukan padanya.
BUKKK... BUKKK... BUKKK...
Delice menendang dua pria itu hingga lemas jatuh ke atas lantai. Amarahnya meradang.
"Tuan, sudah cukup! Mereka bisa mati!" Naura mencegah Delice yang memukul tanpa ampun.
"Apa kau membelanya?" bentak Delice. Naura hanya diam, menatap bola mata Delice yang di penuhi dengan amarah.
"Aku bertanya padamu! Apa kau membela dua pria bajingan ini? Apa kau menyukai sentuhannya?" bentakan Delice lebih keras dari sebulan.
"Tuan, bukan seperti itu!" ucap Naura.
"Awwwwwwwwwhhhhhh... Tuan, sakit!" pekik Naura.
Delice menarik tangan Naura dan membawanya masuk ke dalam kantor. Debaran jantung karyawan menandakan akan ada sebuah masalah yang terjadi.
BRAKKKK... PRANGGGGGGGGGG....
Delice menendang pintu yang terbuat dari kaca dengan keras, sehingga kaca pecah dan berserakan di atas lantai. Delice tetap menarik lengan Naura, menerobos puingan kaca. Kaca yang tidak jatuh ke atas lantai, menggores lengan dan kaki Naura.
"Uhhhhhhhhh..." pekik Naura dengan pelan.
Naura di ajak pergi tiba-tiba oleh Delice dan tidak di beri kesempatan untuk menggantin pakaian ataupun sendal. Naura hanya memakai sendal santai yang tipis, sehingga telapak kakinya bukan hanya tergores, melainkan tertusuk-tusuk oleh pecahan yang runcing dan seperti mengiris-iris telapaknya.
"Siapa penjaga yang bertugas hari ini?" teriak Delice.
Seorang anak muda yang berumur sekitar umur 25 tahun, menghadap Delice karena merasa dirinya terpanggil.
"Saya yang bertugas hari ini, Presdir," jawabnya dengan sopan dan bertanggung jawab.
"Apa yang kau lakukan? Bukankah kau harusnya berjaga di luar?" bentak Delice.
"Maaf, Tuan!" jawabnya, karena seorang atasan tidak akan mendengarkan apa yang di jelaskan bawahan. Karena posisi penjaga keamanan, memang bersalah.
"Besok, kau tidak usah kembali bekerja di sini!" Delice memecatnya dengan sangat tidak hormat.
Tidak ada yang bisa menghentikan keputusan Delice. Naura merasakan kakinya teramat sakit karena sepertinya, ada puingan kaca yang masuk ke dalam lukanya. Darah di kaki Naura, mengalir memberikan jejak dari kantor hingga ke dalam mobil. Goresan di lengan Naura, membuat pakaiannya menjadi basah terkena darah.
BRAKKKKK...
Delice melempar Naura dengan kasar masuk ke dalam mobil dan membanting pintu sekuat tenaga.
"Bagian mana yang di sentuh pria itu?" bentak Delice.
Naura mulai gemetaran saat ingat jarinya yang hampir remuk karena di injak dengan kasar. Apalagi, saat ini Delice melihatnya secara langsung seorang pria hampir menyentuhnya.
"Tidak ada yang di sentuhnya, Tuan. Karena... Karena Tuan datang menolongku," jawab Naura.
PLAKKKKKKKK
Delice menampar pipi Naura. Membuat pipinya terasa kebas dan membiru. Darah keluar dari hidung dan bibir Naura karena pukulan Delice sangat keras.
"Kau suka di sentuh bukan? Aku kira kau tidak menyukainya hingga aku menahan diriku. Aku akan kabulkan keinginanmu itu!" bentak Delice lagi.
"Tidak Tuan! Bukan... Bukan seperti itu. Dua pria itu yang tiba-tiba mendekat, bukan aku yang menggodanya. Tolong percaya!" mohon Naura.
Naura meronta-ronta saat tangan Delice mulai mencabik-cabik baju yang di pakainya. Delice berubah jadi iblis seketika dan tidak akan pernah paham bahasa manusia.
PLAKKKKK
"Aku bilang, aku tidak menggodanya!" bentak Naura pada Delice, setelah tangannya reflek menampar pipi Delice.
"Apa kau ingin mati?"