webnovel

MUSUH BARU

Freya menatap tajam Guntur. Atmosfer terasa mencekam, namun hanya cowok itu yang merasakan. Freya seperti siap menerkamnya.

"Ya, nanti sore gimana kalau kita jalan bareng? Udah lama juga, kan kita semua ga kumpul-kumpul." Usul Milano, Freya mengaduk jus jeruk di depannya.

"Kali ini gue traktir deh, Freya mulu yang traktir tar bangkrut." sahut Arkan terkekeh.

"Gue ga akan bangkrut, Ar. Paling jatuh miskin nanti."

"YE SAMA AJA!"

Freya tertawa kecil, masih menatap Guntur seram.

"Tur, lo tumben jadi diem gini." Trian yang menyadari sikap temannya terheran, biasanya juga cowok itu selalu tertawa atau beragumen dengannya seperti biasa.

"Ga apa-apa. Gue..lagi ga enak badan aja."

"Lah, lo sakit?" Galen bertanya risau.

Guntur pucat pasi, dia menggeleng lemas. "Udah gausah khawatir, ga kenapa-kenapa kok."

"Kalo lo ga kuat mending masuk UKS dulu." Kata Arkan.

Guntur tetap menolak, "Nanti juga baik 'kan." cowok itu selalu menghindar dari tatapan Freya. Cewek itu bringas sekali, Guntur memang harus waspada.

"Tumben sepupu lo ga nimbrung kesini." Freya mengalihkan, melirik Milano di samping Galen.

Cowok itu tersenyum, "Mungkin banyak tugas yang harus di kerjain, dia kalo ada tugas sekolah emang suka langsung di kerjain, takut lupa katanya." Jelasnya.

Trian batuk sok cool, "Tapi, Ya. Ekhem...ngomong-ngomong soal Nayla, dia boleh ikut nongki bareng kita, kan?"

"Boleh."

Trian kegirangan, dia begumam, "Yess."

"Mau modus lo sama sepupu gue." Milano menyambar tak suka.

Trian merapatkan bibir, dia menghela napas. "Calon sepupu ga boleh gitu."

"Najis gue punya calon sepupu kayak lo!"

Semua tertawa. Kecuali Freya yang tetap saja mencurigai temannya.

Guntur tak sengaja menatap kelereng cokelat itu, dengan susah menelan ludah. Guntur menunduk dalam, padahal dia sama sekali tidak bersalah. Freya hanya salah paham, lagipula mana mungkin Guntur berani berbohong.

>>>>>

Freya menatap lelaki yang sedang di kunci oleh tangannya yang terlentang ke arah tembok, membuat cowok lebih tinggi darinya menatap takut.

"Lo mau apa, Ya?" suaranya gemetar, Freya acuh.

"Lo pikir karena apa gue gini!"

Guntur menelan ludah, "Serius, Ya. Gue ga denger apa-apa tadi." sekali lagi dia mengelak, Freya mana mungkin membiarkan orang yang sudah menguping pembicaraannya tadi dia biarkan pergi begitu saja.

Guntur tidak sengaja melihat Freya yang sedang menelfon serius dengan seseorang lewat handphone . Saat Freya menoleh Guntur justru merasa syok, dia sama sekali tidak bermaksud untuk menguping.

"Gue emang lewat, tapi pas lo udah matiin telfonnya." Jelas Guntur.

Freya masih belum percaya, Guntur bisa saja berbohong karena tidak mau Freya menghajarnya.

"Apa yang lo denger tadi?" Freya masih mengintimidasi, tangannya semakin menempel kuat ke dinding tembok disana.

Guntur di landa ketakutan, dengan jarak yang terlalu dekat Freya terlihat mengerikan. Pantas saja jika semua murid di sekolah tidak ada yang berani.

"GUNTUR!!"

Cowok itu tersentak, dadanya naik turun karena terkejut. Freya menakutkan sekali, apa yang sudah di bicarakan Freya saat di telfon? Memangya begitu penting sampai Freya semarah itu.

"Ya, gue berani sumpah. Gue emang lewat sini. Tapi itu juga lo udah selesai telfonannya." Jelasnya sekali lagi masih gemetar.

Freya tatap menusuk, apa Guntur berkata jujur? Atau hanya mengalihkan?

"Lo tau akibat bohongin gue? atau khianatin gue?"

Guntur menelan ludah, jantungnya berdegup kencang. Apa dulu orang yang berkhianat pada Freya juga dengan posisi yang sama? Guntur baru pertama melihat Freya semengerikan sekarang. Biasanya Freya memang terlihat datar saja, tidak sampai seseram itu.

Guntur baru menyadari satu hal dari Freya. Berani bertindak berani tanggung jawab. Guntur bahkan tahu itu, kenapa dia sekarang menjadi sok berani? Tapi dia juga hanya kebetulan saja lewat sana, kenapa Freya terlalu berlebihan? Sepenting apa obrolannya dengan orang di seberangnya?

Arkan pernah bilang kalau Freya sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. Ah, Guntur mengingatnya. Freya pernah juga di telfon saat semua temannya berada di kelas juga tempo hari.

"Apa lo nyembunyiin sesuatu?" Guntur bertanya walau ada ragu di hatinya.

Freya menatap datar, "Ga ada sangkut pautnya sama lo semua!" cewek itu melongos pergi. Guntur meringis, bisa-bisanya dia bertanya dengan keadaan Freya yang sedang marah padanya. Guntur pasti akan kena masalah. Jika lawannya Freya, Guntur pasti akan kalah.

***

Marvin tersenyum gugup, dia melirik Freya di sampingnya. "Kenapa nyuruh kesini?"

"Lo yang waktu itu nolongin Freya dari kepungan temen Richo, kan?" telunjuk Trian mengapung, menerka wajah seseorang yang baru datang.

"Marvin. Nama dia Marvin." Freya memperkenalkan.

Arkan menatap tak suka. Kenapa Freya mengajak temannya Richo? Apa cowok itu akan menjadi mata-matanya juga? atau Freya di ancam menyuruh Marvin untuk bergabung?

Nayla yang hendak bertanya bungkam, dia tidak ingin menanyakan hal lain pada Freya jika dia tidak mau di jauhi.

"Lo semua tenang aja, dia baik kok. Jangan berpikir kalau Marvin itu adalah orang suruhan buat jadi mata-mata disini." Freya menjelaskan sebelum teman-temannya salah paham.

Milano mengangguk, "Gue Milano."

Marvin tersenyum tipis, dia masih ragu untuk terlalu dekat dengan teman Freya.

"Santai, bro. Gue sama yang lain ga gigit. Masalah itu selain Freya yang percaya, kita juga bakal percaya kok..pilihan Freya adalah yang terbaik." Kedua jempol Trian terapung, dia lebih senang jika mempunyai banyak teman di banding musuh.

"Marvin, duduk." Freya mengajak cowok itu duduk di sebelahnya.

Arkan mengepal, dia tidak suka ada orang lain masuk kedalam pertemanannya. Apalagi orang itu tidak pernah di kenal, terlebih dia seorang laki-laki. Sudah cukup Richo yang menjadi rival-nya sekarang, apa cowok itu akan menambah musuh untuknya? Tapi Arkan tidak mungkin menghajar Marvin tanpa alasan yang jelas. Cowok itu harus memikirkan cara apa yang bisa membuat Marvin jauh dari sahabatnya.

"Ga seru nih si Guntur kaga ikut." Galen menyahut, membuat temannya melirik.

"Eh, iya. Baru nyadar kurang satu." Timpal Nayla menatap satu-satu.

Freya menggedik, dia tidak peduli juga.

"Eh, Ya. Gue baru inget, kemarin tuh si Guntur ke rumah gue. Dia ketakutan gitu, dari rautnya si..soalnya gue juga ga tanya banyak. Jangan-jangan dia ketemu Richo terus di ancam." tutur Galen.

Guntur jelas saja takut. Dia 'kan memang kepergok menguping.

"Nanti biar gue tuntasin."

"Oke."

Marvin hanya diam karena tidak mengerti bahasan Freya dan temannya, lagipula kenapa cewek itu mengajaknya untuk bergabung.

"Vin, lo pesen makan aja soalnya Arkan traktir." Tukas Freya.

Arkan menatap malas, niat dia juga untuk mentraktir temannya bukan orang baru itu.

Marvin melirik Freya, dia berbisik, "Aku bayar sendiri aja nanti. Gamau repotin."

Arkan mendengar, Marvin terlalu pede. Padahal Arkan tidak akan membayar pesanan dia. Arkan prustasi lama-lama.

"Lo semua pesen aja, gue bayar semua makanan. Termasuk..lo,

Marvin."

Chương tiếp theo