Aksara berjalan lamban melewati trotoar di depan sekolahnya yang cukup ramai. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan matahari berinar amat terik siang ini.
Pemuda itu melenguh kecil, halte bis seakan jauh sekali dari tempatnya sekarang. Jika ia tau siang hari akan sepanas ini ia pasti lebih memilih bersekolah menggunakan motor milik Arjuna yang menganggur di rumah.
Sudah empat hari kepergian abah. Rumah itu masih kelabu dan masih kehilangan kehangatannya. Mas Yudhis mengunci dirinya di kamar, sedang Mas Abim sebaliknya, mencoba menyibukkan diri di luar rumah. Arjuna, ah pemuda itu hanya lontang lantung tidak jelas di rumah, dan lebih sering melamun.
Ibuk, beliau sudah lebih baik. Sudah tidak terus menerus menangis seharian. Setidaknya Aksara tidak perlu sekhawatir itu.
Rumah masih ramai dan suasana duka masih merundung. Masih banyak yang belum bisa mengikhlaskan abah.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com