webnovel

Kembaran

"Na?". Panggil Jeka sembari mengelus punggung tangan Unaya yang masih setia melingkari perutnya. Dadanya kembali berdesir kala menyentuh kulit lembut Unaya, rasanya sudah lama sekali tidak melakukan skinship seintim ini dengan gadis itu. Namun kala tangan Jeka tak sengaja menyentuh sesuatu dijari manis sang gadis, rasanya mengganjal dan pemuda itu yakini benda itu adalah cincin pertunangan Unaya. Tangan Jeka menjauh dengan hampa, agak sesak rasanya jika mengingat gadis yang memeluknya saat ini milik orang lain.

"Heum?". Gumam Unaya sembari mendongak kearah Jeka. Gadis mungil itu meletakkan dagunya dibahu Jeka hingga wajah mereka terlampau dekat. Meski Unaya hanya bisa menatap sisi wajah pemuda itu namun bahagianya bukan main.

"Kenapa kok lo gak suka sama Om Papa?". Tanya Jeka langsung. Pasalnya pemuda itu semalam diteror Jun yang galau karena sikap Unaya. Jun rasanya putus asa dan hampir menyerah karena tak kunjung bisa meluluhkan hati putri sulung wanita yang ia cintai. Jeka saja sampai pusing menanggapinya, Jun ini kalau rewel mirip seperti anak kecil. Hanya umur dan tubuhnya saja yang semakin tumbuh tapi pola pikirnya tidak. Alhasil daripada terus diteror bocah tua itu, Jeka berusaha sebisa mungkin membantu Jun untuk mendapat restu dari Unaya.

"Om Papa?". Tanya Unaya bingung karena tidak tahu siapa yang dimaksud Jeka.

"Om Jun". Sahut Jeka cepat. Terdengar helaan nafas malas dari Unaya. Gadis itu mendadak bad mood karena Jeka menyebut nama lelaki yang tidak ia sukai.

"Ya gak suka aja, gak sreg".

"Alasannya?". Unaya hendak melepaskan pelukannya namun langsung dicegah oleh Jeka. Pemuda itu tahu Unaya tidak suka dengan topik pertanyaan yang ia angkat, terlihat gadis itu mau menghindar. Mungkin memang harus pelan-pelan mengambil hati gadis keras kepala seperti Unaya. Dan sebisa mungkin Jeka tidak akan memaksa, semakin dipaksa Unaya pasti akan semakin berontak.

"Sorry, kalau lo gak suka gue ngomongin Om Papa. Gue cuma kasihan aja sama dia yang udah berusaha buat dapat restu dari lo". Ujar Jeka lirih. Pemuda itu mengendarai motor dengan satu tangan, tangan satunya ia gunakan untuk mengusap punggung tangan Unaya yang ia letakan di pahanya. Memberikan afeksi agar Unaya tidak bad mood lagi, dan tentu saja berhasil. Unaya sudah mesam-mesem tidak jelas meski masih sedikit dongkol, apalagi melihat wajah serius Jeka saat mengendarai motor dari kaca spion, Duh Unaya lemah rasanya.

"Gue tuh sebenarnya gak benci sama Om Jun, gue takut dia cuma mau morotin Mama. Apalagi usia-nya lebih muda dari Mama, you know lah Jek berondong mau sama janda beranak kalau tujuannya bukan morotin apaan coba?". Ujar Unaya jujur. Ya alasannya klise sekali memang bahkan Jeka saja dibuat terkekeh. Unaya terlalu overthingking, padahal gadis itu belum mengenal lebih jauh sosok Jun. Justru Jeka lah yang lebih tahu siapa itu Jun, pantaslah jika saat ini pemuda itu mentertawakan Unaya.

"Unaya-Unaya lo tuh lucu banget sih, pingin deh gue kasih air keras terus dijadiin gantungan kunci". Ledek Jeka sambil terbahak hingga membuat Unaya manyun.

"Ishhhh... gak lucu! Selain itu gue juga gak mau Mama berubah dan ninggalin gue lagi kayak pas nikah sama Papa lo". Kata Unaya dengan nada sarat akan kesedihan. Jeka langsung menghentikan tawanya begitu menangkap raut sendu Unaya dari spion motor. Pemuda itu tahu sekali perasaan Unaya, pada dasarnya Unaya tidak mau Mama-nya membagi kasih sayang. Mungkin terdengar kekanakan tapi itulah bentuk kasih sayang Unaya pada Mama-nya, gadis itu tidak mau kehilangan kasih sayang maupun perhatian sang Mama.

"Unaya, lo kan udah gedhe suatu saat nanti pasti bakal berumah tangga dan ninggalin Mama. Begitu juga dengan gue, Yeri, dan Jeni. Kalau saat itu tiba apa lo gak kasihan Mama sendirian dan gak ada yang ngerawat? Lo tega gitu Mama menua sendiri?". Perkataan Jeka sukses membuat Unaya bungkam. Memang benar suatu saat nanti Unaya akan menikah dan tinggal dengan suaminya, tapi tetap saja gadis itu belum rela Mama-nya menikah lagi. Unaya masih mau bermanja-manja dengan Mamanya setelah sekian lama berpisah.

"Kan gue mau ngajak Mama tinggal bareng kalau gue udah nikah nanti. Gue bisa tinggal sama suami dan Mama". Seru Unaya berusaha menyangkal pendapat Jeka.

"Tapi gue maunya kita tinggal berdua, eh?". Jeka merutuki dirinya yang keceplosan. Sementara itu Unaya menatap Jeka dengan jahil saat tahu arah perkataan pemuda itu.

"Ma-maksudnya kalau udah berumah tangga harus mandiri dong. Gak boleh ngerepotin orangtua, apalagi kalau sampai orangtua tahu masalah rumah tangga anak-anaknya. Lagipula gue kenal Om Papa dengan baik Na, Om Papa itu sekretaris Papa gue. Dia sekarang yang handle perusahaan Papa. Udah mulai buka perusahaan hiburan juga namanya Jun-Hit Entertainment. Dijamin Om Papa gak bakal morotin Mama Sonia". Kata Jeka panjang lebar yang terdengar seperti mempromosikan Jun.

"Ya tetep aja gue gak suka! Om Jun gak punya perusahaan sendiri, dia cuma nerusin perusahaan Papa lo kan? Merintis usaha juga dari duit Papa lo. Fix gue semakin gak suka sama Om Jun, gak ada usaha banget sih!". Gerutu Unaya. Jeka menghembuskan nafas berat, mungkin memang terlalu cepat jika pemuda itu membujuk Unaya untuk menerima Jun. Ya sudah lah biar mengalir saja.

Jeka menarik tangan Unaya untuk memeluknya lebih erat lagi sebelum menambah kecepatan motor agar segera sampai di kampus.

--Ex-Bangsat Boys--

Begitu sampai di kampus, semua mata langsung tertuju pada Unaya. Bisik-bisik mulai terdengar, secara Unaya ini kan selebgram yang tengah naik daun jadi wajar saja membuat siapa saja yang melihat langsung histeris. Apalagi dengan posisi berjalan beriringan bersama Jeka si cassanova kampus kesayangan dosen. Mendadak fans Jeka khawatir kalau ternyata Unaya ada hubungan lebih dengan pemuda itu.

Unaya mulai risih mendadak kejadian saat SMA terulang kembali. Selalu saja setiap ia berhubungan dengan Jeka, orang-orang langsung heboh dan menganggapnya musuh. Unaya mendongak untuk menatap Jeka yang terlihat santai, kentara sekali sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Lebih tepatnya Jeka sudah terlampau sering menjadi sorotan jadi ya cuek saja.

Genggaman ditangan Jeka terlepas hingga membuat pemuda itu menoleh kesamping dan mendapati Unaya dengan bibir manyun. 

"Kenapa?". Tanya Jeka hendak meraih kembali tangan Unaya namun siempunya langsung menjauhkan tangannya.

"Ishhh... bukannya diomelin tuh orang-orang yang gunjingin gue, malah diam aja!". Omel Unaya sembari mengeluarkan nafas lewat hidung hingga poni gadis itu sedikit terbang. Jeka tersenyum tipis kemudian beringsut merangkul bahu Unaya.

"Udah biarin aja anjing berkoar. Justru gue seneng kalau mereka mikir yang iya-iya tentang kita, gue risih digodain mereka mulu". Curhat Jeka. Unaya mencibir gadis satu ini kebetulan memang menyembunyikan status pertunangannya dengan Guan, lebih tepatnya Unaya tidak ingin membagi privasinya pada publik. Bagi Unaya ada tiga hal yang tidak perlu menjadi konsumsi publik; masalah pribadi, keluarga, dan pasangan. Terbukti selama menjadi selebgram Unaya jauh dari berita miring, tapi tidak tahu setelah ini. Mungkin ia bakal trending gara-gara dirangkul-rangkul Jeka begini.

"Lo gak ada cewek emang?". Tanya Unaya iseng. Jeka berdecih sebelum menjawab.

"Boro-boro punya cewek, orang tidur aja kurang. Yang penting bagi gue saat ini adalah waktu tidur yang berkualitas". Keluh Jeka dengan sendu. Maklum Jeka ini mahasiswa kura-kura alias kuliah-rapat, kuliah-rapat. Jadi tidak heran jika super sibuk, pulang juga jarang lantaran lebih banyak menghabiskan waktu diluar ditambah tiga kedai Boba yang tidak boleh absen dibelai.

Tanpa sadar Unaya bersorak dalam hati, Yes! Jeka jomblo. Masih ada kesempatan untuk nempel-nempel meski sudah punya tunangan, gak apa-apa kan Mas Guan belum jelas nyusulnya kapan. Puas-puasin aja dulu nempel sama Kakak eh adik? Eh kakak? Aduh cuma beda empat bulan jadinya bingung mau anggap Jeka Kakak atau adik :')

"Oh... i see". Komentar Unaya sembari menahan senyum. Jeka terus membawa Unaya melangkah menuju gedung UKM taekwondo, keduanya mengabaikan mahasiswa-mahasiswi yang tiada henti menggosipkan mereka.

Ckrek... ckrek...

Jeka memutar tubuhnya kala mendengar suara kamera berbunyi, pemuda itu memergoki Yuna si jurnalis kampus tengah memotretnya. Jeka tebak gadis jangkung satu ini hendak membuat rumor yang aneh-aneh. Jeka selaku ketua BEM tentu saja harus bertindak tegas jika Yuna menjalankan tugasnya sebagai jurnalis melenceng seperti itu.

Yuna yang kepergok pun hendak kabur namun Jeka sudah lebih dulu menarik ujung almamater gadis itu.

"Mau kabur kemana?". Sindir Jeka yang membuat Yuna menoleh dengan takut-takut. Sementara itu Unaya menatap Yuna dengan mata memicing seperti merasa familiar.

"Ah... lo anak SMA xxx juga ya? Temen sekelasnya Jeka". Ujar Unaya sembari membulatkan matanya antusias saat berhasil mengingat sosok Yuna.

"Eh? Iya hehe. Hai Una frozen seneng deh orang seterkenal lo masih inget sebutir debu kek gue. Kenalin gue Yuna". Yuna mengelap telapak tangannya lebih dulu dengan rok sebelum mengulurkan tangannya kearah Unaya. Yuna merasa kotor dihadapan Unaya :')

"Ah... gak usah berlebihan, gue Unaya. Salam kenal Yuna". Ujar Unaya ramah. Yuna tertawa garing kemudian melirik Jeka dengan takut-takut masalahnya saat ini pemuda itu menatapnya tajam sekali.

"Ya udah gue duluan, bye...". Yuna hendak kabur untuk yang kedua kalinya karena takut diomeli Jeka. Tapi sebelum itu terjadi, Jeka sudah lebih dulu merebut kamera yang ada ditangan Yuna.

"Eh?". Yuna hendak merebut kembali kameranya namun Jeka buru-buru menjauhkannya. Pemuda itu mengecek isi kamera yang dibawa Yuna.

"Astaga Yun. Ini kenapa foto yang lo ambil skandal semua sih? Sekali-kali kek bikin artikel yang berbobot dikit, malu-maluin jurusan bisnis managemen aja". Omel Jeka sembari menghapus semua foto yang tidak penting dari kamera Yuna.

"Gak gitu Bos. Artikel tentang skandal kayak gitu biasanya malah banyak diminati ketimbang artikel yang berbobot, gue mah cuma lihat selera pasar aja Bos. Kalau gue gak bikin berita yang menggemparkan bisa diomelin Kak Juwi". Kata Yuna membela diri.

"Dan lo mau bikin artikel tentang gue sama Unaya?!...". Tebak Jeka yang membuat Yuna menggeleng dengan kaku, yah ketahuan. Padahal Yuna sudah memprediksi bakal seramai apa artikel tentang Unaya dan Jeka jika sudah dimuat nanti.

Jeka mengembalikan kamera yang ia bawa pada pemiliknya sebelum memerintah dengan seenaknya.

"Gak mau tahu pokoknya minggu ini gue mau artikel yang berbobot, kalau sampai artikel sampah lagi yang lo buat, gue tendang lo dari kelompok jurnalis". Jeka langsung menarik Unaya tanpa menggubris teriakan Yuna.

"Bos! Mepet banget waktunya, gue mau bikin artikel apaan. Woy!!! Bos!!". Teriak Yuna histeris. Nasib punya pemimpin yang gak bisa diresist, nyusahin aja. Yuna menghentakkan kakinya sebal sebelum melangkah dengan gontai.

"Lo masih hobi marah-marah ya? Pantas aja muka lo cepet tua gitu, padahal kita seumuran". Ujar Unaya yang terdengar seperti menghina secara halus. Jeka menatap Unaya dengan sebal sebelum menanggapi.

"Ya gimana gak marah-marah mulu kalau punya anak buah gak ada yang bener kerjanya?". Unaya mengusap lengan Jeka bermaksud menenangkan pemuda itu.

"Sewot mulu, heran deh. Sini bilang, mau apa biar gak sewot lagi". Kata Unaya dengan suara imutnya. Aduh bahasa bayi Unaya tuh bahaya banget buat Jeka, buktinya sekarang telinga pemuda itu memerah karena malu.

"Cium ubun-ubun boleh gak?". Tanya Jeka dengan tak yakin. Dari kemarin pingin kecup Unaya tapi takut disangka kurang ajar, jadilah Jeka menahan diri untuk gak kecup. Mumpung ditawarin gitu loh.

"Lo mau dikecup ubun-ubunnya? Mau ditiup sekalian biar setannya keluar?". Canda Unaya sambil cekikikan.

"Lo maksudnya, mau cium lo. Dikit". Ujar Jeka yang terlihat menggemaskan dimata Unaya. Tanpa menjawab, Unaya maju selangkah kemudian memejamkan matanya kode mau dicium. Mumpung sepi, lagi dilorong kampus. Beberapa mahasiswa juga sudah masuk ke kelas masing-masing.

Dan tanpa membuang waktu, Jeka merengkuh pinggang Unaya kemudian mendaratkan kecupan singkat dipelipis gadis itu.

"Kangen, kangen banget sama lo". Bisik Jeka. Kalimat itulah yang sejujurnya ingin Jeka ucapkan saat menjemput Unaya dibandara kemarin. Namun apalah daya Jeka masih gugup, alhasil jadi bertingkah aneh. Beruntung suasana saat ini mendukung, pas sekali untuk menyampaikan rindu.

"Satu... dua cekrekkk!!!...". Ujar seorang pemuda tampan sembari mengarahkan kameranya kearah Jeka dan Unaya yang tengah bercumbu.

"Yakin ini foto mau dikirim ke Tuan muda Guan? Yang ada cowok itu bakal dimusnahkan". Ujarnya pada rekan kerjanya. Pemuda itu melihat hasil foto yang ia bidik. Pas banget posisinya Jeka lagi ngecup ubun-ubun Unaya.

"Udahlah kita mah cuma bawahan ya nurut aja. Buruan kita cabut, ntar ketahuan". Sahut temannya memperingatkan.

"Tapi gue fans Una Frozen garis keras hanya ingin melihatnya bahagia!".

"Kalo sampai ketahuan lo mau nutupin soal ini, bisa-bisa keluarga lo kena imbasnya. Udahlah gak usah sok baik, kita itu dipekerjakan buat jadi jahat". Pemuda yang merupakan fans Unaya itu hanya mampu menatap punggung temannya yang menjauh dengan hampa.

"Seenggaknya gue mau lihat dulu, apakah cowok itu memang layak dimusanahkan atau enggak". Batinnya sambil mengangguk yakin. Jikalau memang Unaya idolanya bahagia dengan pemuda bernama Jeka itu, maka ia akan dengan senang hati menutupi semua ini.

--Ex-Bangsat Boys--

"Vi, ayo pemanasan! Jangan main hape mulu!". Omel Jimi pada Victor yang serius sekali menatap ponselnya. Pagi ini anak-anak UKM Taekwondo tengah melakukan pemanasan sembari menunggu pelatih mereka datang. Biasanya Jeka yang akan memimpin pemanasan, namun karena pemuda itu ijin telat maka dengan amat terpaksa Jimi lah yang menggantikan. Dan karena diberi amanat oleh Jeka untuk menggantikan sementara posisi pemuda itu, maka Jimi berusaha melakukan tugasnya dengan baik termasuk menegur anggota bandel seperti Victor ini.

"Lo juga Yo, malah ngajakin Victor judi online. Dia jadi ketagihan kan!". Kini Jimi beralih mengomeli Mario yang juga tengah serius menatap ponsel sama seperti Victor. Dua pemuda itu sedang main judi online, sekali menang jadi ketagihan. Astaghfirullahaladzim.

"Yaelah bacot mulu sih lo Jim. Kalau mau ikut ayo, gue ajarin". Sahut Mario tanpa menatap kearah Jimi. Jimi sebetulnya sudah merasa jika Mario ini memberi pengaruh buruk pada Victor, sudah mencoba terbuka pada Jeka dan Victor tentang pemikirannya ini tapi keduanya bilang tidak boleh su'udzon. Alhasil Jimi berusaha demikian tapi semakin lama kelakuan Mario semakin tidak benar.

"Bilang aja kalo lo tuh sebenarnya tertarik cuma gengsi aja, ya kan? Yaelah gak usah munafik bilang takut dosa padahal gemar nonton bokep". Celetuk Victor menyebalkan.

"Bacot! Gue aduin ke Mamah nih kalau lo pakai duit kredit panci buat judi online". Ancam Jimi yang sukses membuat Victor ketar-ketir. Bisa gawat kalau Ririn tahu soal uang kredit panci yang ia tilep buat judi online, bakal ditendang ke Pluto pasti.

"Gak asyik banget sih lo Jim ngaduan gitu kayak bocah yang dipelorotin celananya". Gerutu Victor sembari memasukan ponselnya kedalam tas kemudian mengumpati Jimi tanpa henti.

"Bodo amat! Bantuin gue mimpin pemanasan, gue aduin Bos lo main judi mulu. Kan gue udah bilang judi itu bahaya, lama-lama lo bisa tergoda janda kembang. Ngerti gak?!". Victor menendang bokong Jimi lantaran kesal kemudian beralih menatap Mario.

"Ayo Yo pemanasan. Ntar lagi". Ujar Victor.

"Rese emang nih Jimi". Gerutu Mario sebelum mengikuti langkah Jimi dan Victor untuk pemanasan.

Tak berselang lama, Jeka masuk kedalam ruangan UKM bersama Unaya. Hal itu sukses mencuri perhatian anggota UKM Taekwondo apalagi para cowok yang notabene mengidolakan Unaya. Jeka sempat mengumpat dalam hati kala menyadari mata anak buahnya berbinar begitu melihat wujud Unaya, bak melihat berlian diantara butir-butir eek kambing :')

"Astaghfirullahaladzim, itukan Una Frozen!". Pekik salah satu pemuda sambil membekap mulutnya agar tidak menjerit saking senangnya.

"Hai". Sapa Unaya ramah dengan senyum super cantik.

"Ya ampun, ya Gusti dia senyumin gue". Ujar pemuda lain dengan gaya alay bisa ditebak namanya adalah Nabati.

Kemudian suasana jadi heboh gara-gara kedatangan Una Frozen, Jeka menghela nafas berat. Pemuda itu memijit pelipisnya sebelum berteriak hingga suasana mendadak sunyi.

"Ini Unaya, dia pa..".

"Gue Unaya, kembarannya Jeka". Potong Unaya cepat-cepat. Bukan hanya Jeka saja yang kaget dengan perkataan Unaya melainkan semua yang ada disana. Lah sejak kapan Jeka punya kembaran? Kembarannya gemoy begini lagi modelan Una Frozen, begitulah batin mereka.

"Heh! Gue mau bilang kalau lo cewek gue biar gak digangguin mereka, kok malah jadi kembaran?". Bisik Jeka tidak terima dianggap kembaran.

"Gue gak mau bikin skandal aneh-aneh. Lebih aman kalau mereka tahunya lo kembaran gue". Bisik Unaya balik. Unaya mencari jalur aman saja, ia tidak mau membuat keributan. Apalagi kalau gosipnya sampai ketelinga Papa-nya dan Mas Guan, aduh bakal ribet deh.

"Hah. Terserah lo aja deh". Jeka pasrah. Pemuda itu memilih mengikuti alur yang dibuat Unaya. Jeka kembali menatap anak buahnya yang masih memasang wajah bingung.

"Unaya kembaran gue. Emang gak banyak yang tahu karena kita diem-diem, iya kan?". Jeka merangkul pinggang Unaya posesif hingga membuat gadis itu melotot kearah Jeka. Jeka modusnya bisa banget, sampai-sampai Unaya pingin getok kepalanya.

"Pantas ya pas lihat Una Frozen tuh kayak langsung keinget siapa gitu, gak tahunya kembaran si Bos". Komentar salah satu pemuda yang disetujui semuanya.

Jimi, Victor, dan Mario yang sudah mengetahui hubungan dua sejoli ini hanya bisa menahan tawa. Apalagi melihat tingkah posesif Jeka yang terang-terangan diperlihatkan.

"Selamat datang Bu Bos". Sapa Jimi kemudian berjalan mendekati Unaya dan Jeka.

"Jimiiiii...". Teriak Unaya dengan riang karena belum melihat sosok Jimi dihari kepulangannya. Jimi dan Unaya hendak berpelukan kalau saja Jeka tidak buru-buru nyempil ditengah-tengah mereka dan langsung memeluk Jimi.

"Halo Jimi, jangan macem-macem Sat!". Bisik Jeka galak hingga membuat Jimi meneguk ludah susah payah. Jimi buru-buru melepas pelukannya kemudian tersenyum singkat kearah Unaya.

"Jeka apaan sih? Gue mau peluk Jimi. Kangen tahu gak ketemu dia bertahun-tahun". Omel Unaya.

"Kembaran, gue itu tahu banget lo alergi skin ship sama cowok kecuali gue kan? Gue gak mau lo gatel-gatel". Ujar Jeka menyebalkan sembari mengusap-usap rambut dan lengan Unaya. Unaya mendengus sebal, bilang aja kalau cemburu pakai bawa-bawa alergi segala.

"Jeka, dicariin dari tadi ternyata ada disini". Ujar suara lembut gadis cantik lengkap dengan senyum manis hingga menampilkan lesung pipi-nya. Atensi mereka semua teralihkan pada sosok gadis tinggi semampai dengan rambut panjang lurusnya itu. Seketika itu juga Jeka membalas senyum sang gadis tak kalah manis. Sementara Unaya mendadak merasakan hawa PANAS!!!

HIH PANAS BANGET, NERAKA BOCOR APA YA?! Ya sejak kapan gitu Jeka bisa seramah itu ke cewek selain Unaya? Duh siapa sih tuh cewek?! Begitulah batin Unaya.

--Ex-Bangsat Boys--

Chương tiếp theo