webnovel

TingEr dan FanSui

--------

Tak lama kemudian.

Akhirnya walau marah dan kesal tapi TingErdan temannya FanSui tak bisa melawan lagi, daripada terjadi keributan konyol hanya karena hal tak penting akhirnya keduanya mengalah dan kini duduk satu meja dengan FeiEr dan lainnya.

"Kalian mau kemana? Xi'an? FeiEr memang kau sudah boleh keluar lembah yah? Dan HongEr, kau masih kecil kenapa ikut-ikut keluar, wah tuan putri ternyata begitu berani mengijinkan ia keluar yah, padahal terakhir aku berkunjung tuan putri sama sekali tidak mengijinkan HongEr keluar, untuk belanja ke kota bersama kami saja tidak boleh tapi..hemm"

FeiEr menoleh pada HongEr,

"Tanya sendiri pada anak nakal ini, bagaimana ia bisa lolos dari larangan nyonya besar"

HongEr menggaruk kepalanya, kakaknya itu mungkin tidak akan pernah melepaskannya, ia akan terus membahas masalah ini sampai ia bosan.

TingEr tertawa, wajah imut HongEr yang menjadi kesayangan semua orang termasuk juga dirinya memang sangat dirindukan, ia terakhir bertemu dua saudara itu tahun lalu di perayaan tahunan ulang tahun klan karena TingEr yang adalah perwakilan murid dari klan Lembah Api, tahun ini juniornya yang pergi jadi ia tidak punya kesempatan bertemu mereka lagi, tidak disangka akan bertemu di sana, TingEr memangkukan dagunya melihat HongEr sepuasnya.

"Duh HongEr kau makin manis, makin besar juga makin tampan, sudah punya kekasih belum?"

FeiEr menepuk pundak TingEr.

"TingEr kau cari mati yah? Ibunda bilang HongEr tidak boleh punya kekasih, sampai ia dewasa kekasihnya adalah Ibunda seorang"

HongEr memenuhi mulutnya dengan makanan hingga mengembung, membuat TingEr Makin gemas.

"Hehehe dia imut sekali"

Di tempat duduknya sejak tadi FanSui tak habis melihat FeiEr, sejak kecil ia sudah mengagumi FeiEr, walau lama tidak bertemu tapi ia tidak bisa memungkiri kalau ia merindukan pemuda itu.

"Oh yah kenalkan ini teman baru kami, SongEr, ia kebetulan menolong HongEr di saat yang sangat tepat"

SongEr mengepalkan tangannya di depan dada.

"Bukan masalah besar, hanya kebetulan lewat"

FeiEr melirik TingEr dan FanSui kembali.

"Oh yah Ting, FanSui kalian mau kemana? Kok sampai ke sini?"

FanSui menambatkan rambutnya ke belakang telinganya, gadis muda dengan gerakan lebih lembut dan anggun dari TingEr itu adalah putri ke tiga dari pak Tua ErTu, ketua klan Lembah Api yang terkenal dengan keahlian menempa senjatanya, karena lembah itu terkenal dengan senjata buatannya yang kuat dan tahan lama hingga senjata yang banyak digunakan pendekar deretan atas JiangHu adalah buatan mereka.

"Kami diundang dalam sayembara seni beladiri, kami menjadi perwakilan klan"

"Kenapa kalian tidak pergi bersama paman OuHuo dan lainnya?"

Paman OuHuo adalah salah satu penjaga klan Lembah api yang memiliki ilmu beladiri nomor dua setelah ketuanya.

TingEr menggeleng, mulutnya sudah penuh dengan makanan.

"Tidak perlu, lagipula paman OuHuo sedang sibuk, banyak kegiatan di klan, dan ada permintaan senjata khusus dari pembeli luar negara yang membutuhkan pengawasan paman, kesempatan ini tidak boleh dilewatkan"

"Pembeli luar negara? Lembah Api melayani pembuatan senjata dari luar negara juga?" Tanya LuYan.

FanSui mengangguk.

"Iyah bukan pembuatan massal untuk berperang, hanya senjata hias untuk menari dan pemujaan, yang memiliki detail tinggi dan desain khusus"

HongEr menikmati makanannya, ia tidak mengikuti apa yang kakaknya bicaranya, ia hanya sibuk memasukkan makanan yang sudah biasa di perutnya tanpa henti, ia begitu lapar akhir-akhir ini, SongEr menyodorkan potongan bebek rebus ke mangkuk HongEr, keduanya kompak menikmati makanan mereka tanpa terganggu apapun.

"Ini enak Hong, makan yang banyak, tunggu di mulutmu ini, sisa makanan begini jadi jorok sekali khan" SongEr mengambil serbet dan membersihkan pangkal bibir HongEr yang tersisa sedikit makanan tadi, HongEr tersenyum,

"Terima kasih kak Song"

SongEr mengacak rambut depan HongEr.

"Kau ini benar-benar makan seperti anak kecil, ini masih banyak Hong mau yang mana?"

HongEr menunjuk ke piring berisi sayur hijau tepat di depan FeiEr.

"Itu kak tolong"

Walau sibuk mendengarkan cerita dari TingEr dan FanSui tapi mata FeiEr kerap mengamati HongEr dan SongEr, ia jadi cemburu melihat adiknya tertawa manis pada orang lain selain dirinya.

"Hehehehe itu pedas kak" tawa kecil HongEr melihat ekpresi wajah SongEr yang lucu saat tergigit cabe pedas.

"Akch tidak sengaja tergigit"

"Hehehehe " tawa garing HongEr.

----------------------------------

Malam tiba.

FeiEr harus berpisah jalan dengan TingTing dan FanSui karena keduanya akan melanjutkan perjalanan ke ibu kota, beda jalur dengan FeiEr dan rombongan, SongEr yang mengatakan ia adalah seorang pengelana di dunia JiangHu menjadi dilema, tujuan awalnya adalah ibukota, tapi ia menjadi tertarik pada HongEr yang manis hingga memutuskan untuk ikut mereka jalan, lagipula tujuan kali ini kota yang sangat asing baginya, kesempatan bagus untuk menjelajah tempat baru.

Klop klop klop.

Suara sepatu kuda berjalan pelan.

Kali ini rombongan menelusuri jalan setapak yang masih jarang dilalui penduduk, walau itu jalan penghubung menuju kota berikutnya tapi penduduk cenderung mencari jalan lain, bukan tanpa sebab, jalan yang menyempit di kanan kiri di apit oleh bukit dan lembah menjadi tempat yang sempurna untuk para bandit bersembunyi dan menyerang, beruntung jalan cukup besar untuk dilalui kereta besar milik keluarga Jie.

LuYan yang duduk di atas kudanya memasang matanya awas, sinyal sebagai pengawal bertahun-tahun bergetar, ia merasakan sekelilingnya cukup berbahaya, mungkin sudah ada beberapa bandit yang mengintai dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang, FeiEr menaiki kuda di sampingnya.

"Tuan muda, hati-hati, hamba merasakan ada beberapa pasang mata mengawasi"

FeiEr mengangguk, ia sudah siap dengan satu tangan memegang pedangnya, ini cukup menegangkan baginya, walau bagaimanapun ia masih sangat baru dalam hal seperti ini, bertatap muka dengan bandit secara langsung bukan hal yang diinginkan, tapi, demi keamanan, apalagi kini ada HongEr di dalam kereta ia harus sangat waspada.

Di dalam kereta.

"Adik Hong kalau lelah tidur saja, nanti kakak bangunkan kalau sudah sampai tujuan" ujar SongEr melihat Hong yang terlihat lelah, tapi kerap melihat keluar kereta.

HongEr mengangguk, walau ia masih tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi situasi saat ini sepertinya cukup menegangkan, melihat ekspresi wajah kak Fei yang sangat jarang ditemukannya, ia jadi ikut cemas.

Benar saja, tak jauh di depan jalan kuda yang berada di bagian paling depan rombongan meringkik keras.

Heeeeee!

-----------

Chương tiếp theo