Mentari sudah lama bangun dari jeda malam, mungkin dua jam lalu saat aku, Gatot, Nanang dan Punto menyusuri jalan yang mulai menanjak. Pagi itu kami berangkat ke Malang lewat jalur Trawas. Sebuah nama kecamatan dan desa yang ada di kaki gunung Arjuno dan Penanggungan.
Hamparan pemandangan gunung, bukit dan pohon besar membuat sesekali mataku teralihkan dari jalan beraspal. Udara sejuk nan terasa memeluk tubuhku yang terbungkus jaket jeans. Angin yang terhirup oleh hidung menyegarkan dada, mendinginkan jantung yang di penuhi gejolak remaja.
Bebatuan besar yang berserakan dan nampak kuat ikut menyapaku di samping jalan hingga ke dalam belukar, seakan mengingatkan pada Ke Aku an jiwa jiwa muda yang bebas dan menyukai hal baru tanpa berpikir panjang.
Dikejauhan terlihat beberapa monyet bergelayut pada cabang - cabang besar pohon pinus sambil sesekali memperhatikan kami.
Seperti curiga pada hati hati yang labil.
Hari itu, akhirnya aku memutuskan untuk kuliah di Malang. Ya, mengikuti ketiga temanku.Tentunya setelah bicara sama orang tua mengenai keputusan ku. Dan ini adalah perjalanan menuju kesana. Sebuah perjalanan yang akan menjadi fase baru dari hidupku.
Punto mengajak kami tinggal di rumahnya yang gak ditempati yang jaraknya juga gak jauh, sekitar lima kilo dari kampus, di daerah Tlogomas.
"Daripada buat bayar kost mending buat makan...Hidup itu buat makan!" Kata Punto kala itu dan kami juga setuju soal aspirasinya yang satu ini hehehe.
"BERHENTI DULU.. NGOPI!! " teriak Punto memberi komando. Ku ikuti dan juga yang lain. Dan motor parkir di sebuah warung kecil dari bambu tanpa cat. Alami.
" kopi apa teh panas? " tanya bapak penjual dari balik rombong.
" kopi aja, empat pak! " Punto memesan sambil meletakkan tas ransel dari kain doreng dan duduk.
"satu gulanya dikit aja pak!" Pinta Nanang sambil meletakkan helm di atas spion motornya.
"knapa Nang? " Tanya Gatot sambil meletakkan gitar di punggung.
" ya kan aku udah manis Tot! "Jawab Nanang seraya membuka jakenya. Dilempar kejok motor. Kami tertawa.
Aku duduk di geladak kayu menghadap lereng bukit yang ada di seberang warung. Menikmati anugerah Tuhan akan semua Ciptaan Nya yang begitu meneduhkan mataku ini.
"hayo nglamun.. " Gatot menepukku dari samping dan duduk di sebelahku.
" inget aja tot! " jawabku singkat.
" Sapa.... Nita ya..!? " Gatot menebak, dan tebakan itu benar.
Entah apa yang sudah merasukiku saat itu, tiba tiba saja bayangan wajah Nita memanggil semua memori masa lalu. Aku teringat saat pertama kali aku melakukan perjalanan ke Tuban bertahun lalu. Dan berhenti ngopi di sebuah warung yang hampir sama seperti saat ini. Seperti sebuah de javu.
Atau mungkin semua kenyamanan yang dihadirkan alam ini yang begitu indah yang menyebabkannya?
Entah, saat ini aku kembali merasakan sebuah kenyamanan yang dulu pernah kurasakan saat akan bertemu dengannya. Rasa nyaman saat akan di dekatnya, rasa nyaman saat akan menatap wajahnya, dan nyaman ketika akan memeluknya. Atau...Entahlah... Kali ini aku benar-benar tak tahu jawabannya. Ingin rasanya bertanya pada Tuhan tentang hatiku saat ini, tapi malu. Dia pasti mengira aku bodoh.
"sudah al.. Kan udah ada Kristin.. Lupakan Nita..! " Lanjut Gatot. Aku gak membalas, cuma sekali menoleh padanya.
Mudah, memang mudah mengatakan itu buat seseorang yang gak pernah diposisiku.
Gampang memang mengucapkannya. Dan aku gak menyalahkannya. Ini sebuah pilihan, dan aku telah memilih untuk menjalaninya. Aku dan hatiku! Bahkan seorang sahabatpun tak bisa meng Kudeta nya. Tidak juga seorang Gatot, sahabat ku.
Hampir satu jam kami berhenti dan meredakan lelah di warung itu sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Dan sekitar satu jam berikutnya motor kami memasuki wilayah Kabupaten Batu, Malang siang itu.
Kota Batu ini memberikan suasana berbeda padaku, cuacanya cerah, sinar matahari juga lumayan panas tapi sejuk di kulit. Karena memang Batu sendiri terletak di daerah dataran tinggi. Lalu lalang kendaraan juga lumayan ramai namun terkesan damai. Banyak wajah yang kutemui nampak tersenyum. Sepertinya penduduk disini senang menyambutku Hehehe...
Dan perjalanan roda roda motor kami berlanjut, sekitar dua puluh menit. Sebelum akhirnya kami sampai di rumah Punto, di sebuah komplek perumahan. Di daerah Tlogomas.
Punto membuka pagar besi hampir dua meter yang terkunci itu. Digeser, berat sepertinya karena udah lama gak di gunakan. Lalu motor kami bergantian masuk halaman dan parkir disamping bangunan rumah yang beralas tanah.
"parkir sini Pun? " Nanang bertanya sambil memarkir motor.
"sementara kalo siang motor taruh luar aja, malem atau pas ujan baru di masukin belakang Nang! "
Aku mengikuti Punto yang membuka kunci rumah. Masuk dan juga membuka kedua kamar yang terkunci. Gatot dan Nanang juga melihat ke sudut lain ruangan.
" aku kamar depan aja Pun! " pintaku.
" sama aku al, biar Punto sama Nanang hehehe. " imbuh Gatot seraya meletakkan tasnya di atas meja kecil pojok kamar lalu keluar lagi.
" ya dah terserah " jawab Punto yang langsung masuk kamarnya di belakang kamarku.
Aku langsung meletakkan tas di samping ranjang bawah dan menggantungkan jaket di belakang pintu kamar.
" kok udah bersih Pun? " Tanyaku sambi merebahkan tubuh kelantai yang beralas karpet merah marun.
" iya, seminggu lalu udah kubersihkan al! " jawab Punto yang sudah di ruang tengah sama yang lain.
" ohh,.."
Penat dan lelah setelah lebih dua jam perjalanan membuat mataku ingin terpejam meskipun samar - samar masih kudengar mereka ngobrol di ruang tengah. Tak kuperdulikan.
---[]---
"ikut gak..? " Punto membuka pintu kamar mengajakku malam itu.
" kemana? "
" cuci mata.!!. " Jawab Punto sambil tertawa " masak dirumah teros dari tadi..? " lanjutnya.
"iya,.. kemana nyuci matanya itu?" Tanyaku bercanda.
"Matahari, al! " Sahut Gatot dari ruang tengah sedang mengenakan jaketnya.
" gak dulu Pun.. Besok aja..kamu duluan! " jawabku sambil beranjak mengambil gitar yang bersandar ditembok.
" ya udah kamu jaga rumah! " Pintanya seperti serius sambil menahan tawa. Aku senyum.
Entah kenapa dengan perasaan ku saat ini. Tiba tiba saja gundah. Mungkin karena suasana yang baru di kehidupanku. Berbeda dari yang biasa kujalani.
Ada perasaan tenang yang aneh. Dan sepertinya ada yang kurang disini. Ya... Ada yang belum ada disini.
Sekejap saja bayangan wajah ayu bertahun lalu itu hadir. Sekelebat senyum dan tawa yang dulu begitu akrab mengisi hari- hariku itu menyeruak diotakku. Sepertinya aroma rambut sedikit ikal itu juga lewat di indera penciumanku.
NITA!..
Bayangan itu silih berganti hadir, berputar di kepalaku. Aneh, sebuah perasaan yang aneh.
Hingga tak kuasa lagi aku menahannya. Gitar kuletakkan di karpet. Lalu berdiri, beranjak keluar kamar. Berjalan beberapa langkah melewati beberapa rumah, dan sampai disebuah WARTEL di komplek perumahan itu.
"halo.. Assalamualaikum " jawab wanita diseberang telepon. Ibunya Nita.
" walaikum salam.. Bu ini aldo.. Emm.. Nita ada? "
" oh aldo to..iya Nita nya ke surabaya al.. Dari kemaren ke rumah tantenya...minggu depan baru pulang! "
" oh ya bu.. "
" ada pesan kamu.. Nanti ibu sampaikan? "
" emm.. Gak ada bu.. Nanti aja kalo udah pulang Nita nya.. "
" ya udah nanti ibu sampaikan kalo dia pulang al "
" ya bu terima kasih.. Assalamualaikum. "
Kuletakkan tangkai gagang telepon setelah Ibu Nita menjawab salamku. Aku tak segera beranjak dari bilik itu. Ku lemparkan pandangan ke jalan. Ada semacam perasaan kecewa terselip disana, dihatiku.
Ada semacam rasa rindu yang terabaikan.
Aneh sekali hati ini saat itu." Ngapain juga rindu sama dia? Bukannya aku sudah bukan pacarnya?" Kalimat dalam benakku. Dan juga Nita sudah mengecewakanku. Dia mengkhianati cintaku. Atau karena aku sudah mulai bisa melupakan apa yang terjadi dulu? Memaafkan luka itu? aku tak tahu pasti. Mungkin saja. Cuma mungkin!
Aku kembali berjalan kerumah Punto, membuka pintu kamar. Merebahkan tubuh ke kasur dan tape compo kuhidupkan. Aku memilih kaset Sheila on Seven, dengan lagu "DAN" Menjadi temanku di kamar malam itu.
---()---
Siang itu, sabtu. Kami memutuskan pulang,sore lepas waktu ashar. Lepas maghrib kami sudah memasuki kota. Dan aku memutuskan langsung kerumah Kristin, teman teman pun setuju.
"ada motor al.. Tuh..! " Mata Gatot melihat ke arah motor yang parkir depan rumah Kristin.
Mataku mengikuti isyarat Gatot." emang kenapa?.. Kamu cemburu ya? " jawab ku diikuti tawa Gatot yang lepas. Aku kenal motor itu juga pemiliknya.
Baru saja memarkir motor, nampak Kristin sudah berlari menjemput ku sampai ke batas pagar. Wajahnya malam itu begitu ceria.
Nampak kebahagiaan dari wajah ayu dan tatapan mata berbinar itu. Cerah sekali!
" aldooo..? "
Kristin meraih tangan ku, kulihat matanya mulai berkaca kaca.
" assalamualaikum.. Kamu kenapa? Kok nangis? Sakit? " godaku seraya sedikit menundukkan kepala.
" kangen al.. Kamu gak ada kabar, gak telpon!" Jawab Kristin sambil mengusap matanya.
" ya waktu aku telpon kamu gak ada, ya udah aku tutup " jawab ku. Kristin memukul pelan lenganku.
"ayo masuk!" pinta Kristin pada yang lain lalu menarikku ku ke teras.
"ya bentar kris...panas!!" balas Nanang sambil menyeringai di samping motornya. Gatot dan Punto juga memegang pantat dan menepuk nepuknya.
" apa kabar Vid? " aku menjulurkan tangan sambil duduk.
" baik al.. Kamu?.. Lama ya.?"
"iya... Sebulan kayaknya "
" dari mana? " tanya David.
" Malang..! " jawab ku. David mengangguk.
Obrolan kami terhenti, Kristin keluar membawa minum es sirup buatku dan teman-teman.
" iya Kris, aku pulang dulu ya, mau ke rumah temen! "Dia nampak canggung dengan kedatangan ku. Syukurlah! Dalam hatiku
Hehehe
Kristin mengambil duduk dekat dengan ku. Aku paham. Sepertinya dia sangat memendam rasa itu. Sama, tapi aku tak mau memperlihatkannya saat ini.
"kamu berangkat jam brapa tadi al?" Kristin memulai obrolan di teras. Teman teman juga sudah duduk dan menuang es di gelas.
" sore, abis dari kampus, nunggu yang lain.. " sambil kulempar pandangan ke Nanang yang asyik memasukkan kacang kemulutnya.
" al..besok kemana? " tanya Kristin
" rumah.. Knapa? "
" jemput aku ya.? Kalo kamu ga capek.. "
" capek gak Tot..? " Gatot nampak bingung dengan pertanyaanku.
"apa al..?" Tanya Gatot sambil memasukkan sisa kue dalam mulutnya. Aku dan Kristin tertawa, dia mencubit lenganku. Sakit, tapi suka.
"David masih sering kesini? "
" kadang pas dia pulang dari surabaya.. Kenapa? Cemburu? " Kristin memancingku.
" belum, kan belum jadi pacar mu! "
" aku kangen al. "Kristin tersenyum lagi semakin cantik. Semakin dewasa. Ya pasti kan sudah kelas tiga dia. Akupun kangen kris. Sama.!Tapi aku tak mau segera mengatakannya. Rasa ini masih terlalu muda usia. Dan aku tak mau lagi tergesa gesa seperti dulu. Tetap menanti, hingga Episode itu terbuka
Hari itu aku, Kristin dan teman-teman sama-sama terpuaskan, aku puas setelah perjalanan panjang dari malang, ada Kristin disampingku. Kristin, nampak sekali terpuaskan kerinduannya dengan kedatanganku. Dan teman teman pun puas setelah menghabiskan semua suguhan dimeja. Hahahaha
"aku pulang dulu ya kris,, capek! " Ucap ku sambil sedikit menggeliat." ayo! " ajakku pada yang lain yang juga nampak sudah lelah.
" iya al. " Jawab Punto.
" Ibu mana? "
" udah tidur barusan. " Jawab Kristin, aku mengangguk.
" salam buat ibu. "
Kristin mengangguk. "Ati ati ya al." Dia tersenyum. Aku baru akan melangkah. Kristin menarik tanganku. "Jangan lupa besok!" Ucapnya. Kali ini tak di lepaskan dan tatapan mata kami bertemu. Wajah kami dekat.
_____________________
KRISTIN,.
TERIMA KASIH UNTUK TETAP MENUNGGU. SETIA DALAM KESENDIRIANMU. TERIMA KASIH UNTUK MAU BERSABAR MENANTI HATI YANG BARU MENATA LAGI. MEMBANGUN KEMBALI DINDING RASA YANG PERNAH TERSERAKKAN OLEH HATI YANG PERNAH DI CINTAINYA. TERIMA KASIH SUDAH MAU MEMAHAMI.
___________________
-------- [PONZ crew - Surat Aldo, On progres]
28112o