webnovel

[6] Tujuh Warna

Hari ini tepat sebulan sejak terakhir kali aku menitipkan surat pada Nita malam itu dan baru tiga hari kemudian Nita membalas suratku. Aku paham, bagaimapun dia masih perlu waktu untuk menentukan sikap hatinya. Dan aku juga gak mau terburu buru, buat apa juga, kan Nita sekelas sama aku, tiap hari aku pasti bisa melihat nya, kecuali tanggal merah kan libur heheheh.

Dan akhirnya Nita pun bersedia merawat titipanku lewat balasan suratnya,

__________________________________

Assalamualaikum, aldo

Maaf ya aku baru balas suratmu.

Dengan balasan surat ini aku mau bilang kalau aku mau menerima dan menjaga titipan itu Aldo.

Aku juga suka kamu!

Nita

Ttd

__________________________________

"WOOW"!

Sepintas kata diotakku yang bisa kuucapkan kala Nita bersedia menerima suratku. Dan itu adalah hal terbaik yang kualami saatnya ini.

Rachma Yuanita, gadis dengan senyuman indah dan bola mata hampir bundar itu akhirnya mau menjadi pacarku.

Remaja belia dengan potongan rambut sebahu dan sedikit mengombak itu akhirnya ingin menyenangkan hatiku.

Sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa bagiku saat ini. Dan pastinya aku bersyukur pada Tuhan yang telah melembutkan hati Nita untuk mau menerima ku.

Hari hari setelah pengakuan hati kami berdua kulalui seperti layaknya remaja yang lain. Penuh kebahagiaan hati yang mungkin gak bisa dituliskan dengan kata kata. Begitu banyak canda tawa dan pujian yang selalu kami hadirkan disetiap waktu pertemuan dikelas pas jam istirahat, dikantin dijalan di rumah dimanapun saat duanya hati ini bertemu selalu ada guratan memori yang meninggalkan bekas yang indah. Begitu indah hingga kadang terbawa dalam mimpi.

Seperti hari ini lepas pulang sekolah Elisa ngajak kerumahnya. Aku sama Dodik menyanggupi. Rencana mau ngerjakan tugas matematika sekalian setelah itu Elisa pengen makan rujak mangga yang kebetulan banyak dirumahnya.

"ayo al, udah ditunggu Nita! " ajak Elisa mengingatkan ku.

" iya bentar lis nunggu dodik masih ke belakang katanya! " jawab ku sambil memasukkan dua buku kedalam tas.

" ya udah tak tunggu di depan al! " Pinta Elisa padaku."  ya lis! " jawab ku.

Tak lama setelah Elisa pergi, Dodik masuk kelas dan langsung mengambil tasnya." ayo al, jadi? " tanya Dodik.

" udah ditunggu di depan dik! " jawab ku seraya berlalu keluar ruang kelas sama Dodik.

Nita sama Elisa udah nunggu didepan gerbang sekolah. Dodik mengambil sepeda angin miliknya dihalaman parkir samping belakang deretan kelas 3. Aku berjalan mendekati Nita yang melihatku.

" jadikan? " tanya Nita. Elisa juga melihatku." katanya mo rujakan? " tanya Elisa juga.

" jadi, nunggu dodik tuh! " jawab ku ke mereka berdua.

" kamu boncengan sama Elisa ya? " tanya ku pada Nita. Elisa melihatku.

" knapa al, biasanya kan bonceng kamu? " wajah Nita berubah.

" iya, knapa? " imbuh Elisa.

" laper, gak sempet ke kantin gak ada yang mo dititipin lagi hahahaha! " Nita mulai senyum tapi setelah mencubit lenganku. Dia pasti ingat waktu dulu aku hampir tiap hari titip jajan atau minum ke dia.

" ya udah besok titip apa? " tanya Nita manja, Elisa senyum.

" lah, lapernya sekarang, makannya besok, mati Nita! " kami tertawa mendengar candaku. Dan aku sangat menikmati setiap bibirnya yang mengembang melepaskan senyuman.

" ya udah sini aku bonceng! " Nita menawarkan." tapi sampe sebrang aja ya hahaha! " balas Nita yang masih mengajak bercanda membuat kami bertiga tertawa.

" lumayan! " jawab ku.

Sesaat kemudian Dodik sudah ada didepan kami dan nampak bingung melihat kami tertawa.

" kok seru, ada apa? " tanya Dodik yang baru datang.

" gak dik, itu lo Nita mo bonceng aku tapi aku gak tega malah dia maksa! " jawab ku berlagak serius. Nita senyum dan mencubitku lagi.

" iya ta Nita? " tanya Dodik menggoda seraya tertawa."  aku juga mau! "imbuhnya diikuti cubitan tangan Elisa mendarat dilengan si Dodik. Aku ganti tertawa sama Nita.

Sebentar kemudian kami berempat meninggalkan depan sekolah ke rumah Elisa yang jaraknya gak seberapa jauh dari sekolah kami.

Aku membonceng Nita dan Dodik membonceng Elisa.

___

Suatu hari, siang itu dilapangan basket yang letaknya ada ditengah deretan kelas. Aku habis jam olahraga. Untuk mengisi sisa waktu menunggu jam istirahat aku main basket dengan beberapa teman. istirahat dengan main basket, bareng anak kelas tiga juga. Campur.

"sini had, Lempar! " sambil tangan kuarahkan keatas meminta bola.  Hadi melihatku dan akan melempar bola padaku yang sudah bersiap menerima, dibelakangku ada anak kelas lain yang gak kukenal sedang mengawalku." hei cepet! " hadi yang masih mendrible bola melihat lagi."  al awas! " teriak Hadi sambil melemparkan bola padaku.

Dan bola pun tepat ditanganku , aku menguasainya sambil bergerak mundur menahan serangan lawan dibelakangku ketika tiba-tiba kakiku terantuk kaki anak yang berdiri dibelakangku, dan akupun terjatuh dengan tangan kiri menawan tubuh. "ahh!"  teriakku pelan.

Aku melihat tangan kiriku yang sepertinya patah, kupegangi sambil menahan sakit yang mulai terasa ngilu dibagian itu.

Sedetik kemudian tubuhku yang masih terduduk sudah dikerumuni banyak anak yang melihat kejadian itu.

" knapa al? " tanya Hadi yang langsung mendekati dan duduk didekatku seraya melihat ke arah tangan ku.

" sakit! " jawab ku pelan. Semakin banyak anak yang datang menjadikan ku tontonan disiang itu.

Tak lama, "ehh kenapa ini" suara Pak Hasyim, guru olahraga bertanya padaku, aku menoleh keatas. "jatuh pak!"  jawab ku.

Tak lama Nita juga sudah didepanku sambil membungkukkan badannya memegang bahuku. Aku menoleh pada wajahnya yang nampak sangat gelisah. Wajah ayu itu berubah sedih dan pucat. Aku jadi semakin gelisah melihat wajah ayu kekasih pujaan itu mendadak mengernyitkan alis matanya.

"Aldo pak , patah kayaknya ! " ada yang berteriak dibelakangku.

" ke dokter al! " pinta pak hasyim. Pak wahyudi guru bahasa inggris sudah memegang bahu kananku. Aku dibantu berdiri. Nita mengikuti ku dibelakang saat pak Hasyim dan Pak wahyudi membawaku kerumah sakit umum yang ada didepan sekolah sambil berjalan tertatih menahan nyeri.

Aku dan Nita menunggu dibangku depan UGD. Ia terus memperhatikanku, sebentar mengelus rambutku. Terasa lebih ringan ngilu ditanganku.

"kamu ga papa?.. Kok bisa" tanya Nita yang duduk disamping.

"jatuh, basket "jawab ku sambil meringis menahan nyeri.

Nita nampak masih syok, memegangi tangan kananku menunggu pak hasyim dan pak wahyudi keluar dari ruangan dokter.

" sepertinya patah..Nita !" ucapku membuat wajah Nita semakin cemas.

Ia gak bisa berkata, matanya kulihat mulai berkaca kaca.

" gak papa kok, jangan nangis kan cuma sebentar, besok juga udah sembuh lagi' Aku berusaha menenangkan Nita yang pastinya cemas saat itu.

Tak lama berselang, Pak hasyim dan dokter datang memeriksa tangan kiriku.

"auuw..! " aku meringis menahan sakit saat dokter memegang bagian tangan kiriku yang bengkak.

" sakit? " tanya dokter setengah tersenyum. Aku cuma melihat dokter itu sebentar." dikit! " jawabku tapi sambil nyengir.

Nita sedikit bergeser sambil terus melihatku menahan sakit karena tanganku dipegang oleh pak dokter.

"ya udah saya periksa dulu ya!.... Suster..! " suara dokter memanggil.

Seorang suster mendekat mengikuti ucapan dokter langsung membawa ku ke ruang operasi. Aku sempat melihat Nita sebelum masuk ruangan dengan dibawa kursi dorong yang dibawa perawat.

"ditunggu didepan ya" suara perawat menahan Nita menyarankannya tidak ikut masuk dan menunggu diluar ruangan.

Ternyata bukan satu tapi dua tulang tangan kiriku ternyata retak dan harus digip kata dokter.

_____________

09112o

Chương tiếp theo