webnovel

Buah Api Keramat Sutra Emas

"Hmmm? Racun yang mereka miliki bisa membunuh Rookie Tingkat Lima? Sayangnya di antara kita tidak ada yang selemah itu!" Vivadhi Ranata berseru sambil maju menerjang dua ekor ular yang ada di hadapannya dengan tangan kosong.

[Pixiu Claw !!!]

Dua ekor ular yang sudah meloncat siap untuk mematuk sang lelaki itu langsung putus kepalanya dan tubuh mereka pun berubah menjadi energi murni yang langsung diserap oleh sang lelaki, sambil meninggalkan empat keping koin emas di tempat mereka masing – masing.

Dua ekor ular lainnya yang sudah pingsan menerima tamparan keras dari Faladhina Kiseki pun dengan segera menyusul dua ekor rekan mereka, diubah menjadi makanan Ilmu Ajian Seni Kekayaan Pixiu dan meninggalkan delapan keping koin emas.

Total enam belas keping koin emas berhasil dikumpulkan oleh Vivadhi Ranata yang dibaginya dua dengan Faladhina Kiseki.

Mereka berdua kemudian kembali melanjutkan perjalanan mereka dan sesampainya di tujuan, Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki melihat sebatang Pohon Besar yang sedang terbakar.

Bukan, bukan terbakar, lebih tepatnya, api berwarna merah keemasan yang sedang melalap Pohon Besar tersebut sebenarnya adalah daun – daun dari pohon itu sendiri.

Pada batang utama dari pohon tersebut terdapat sebuah ukiran sebuah wajah yang terlihat sangat hidup dengan sepasang lubang hitam yang membentuk dua buah mata yang besar serta mulut yang terbuka lebar sambil memamerkan taring - taring besar yang dimiliki olehnya.

Terlihat sebuah lidah api yang berkobar membara siap menjilat - jilat apa pun menyala dengan terang di dalam rongga mulut dari Pohon Besar tersebut.

Dan di bagian dalam rongga mulut Pohon Besar tersebut terdapat juga sebiji buah berwarna merah keemasan yang terlihat seperti sebuah permata hasil kondensasi dari daun - daun dan lidah api yang tumbuh pada pohon tersebut yang menggantung pada langit - langit di dalam rongga mulutnya.

Vivadhi Ranata pun menggunakan Ajian Pandangan Surga yang dimiliki oleh dirinya untuk melihat buah tersebut.

[Buah Api Keramat Sutra Emas / Golden Silk Sacred Flame Fruit]

[Buah ajaib hasil kultivasi dari sebatang Pohon Api Keramat Sutra Emas berusia 1.000 tahun yang berada di Tahap Rookie Tingkat Lima ini dapat membuat siapa pun yang memakannya dapat memiliki dan menguasai Api Keramat Sutra Emas di dalam tubuhnya.]

[Catatan Penulis: Gambar Ilustrasi dari Pohon Buah Api Keramat Sutra Emas bisa dilihat di kolom komentar atau pada komentar di Judul Chapter ini.]

"Hm? Api Keramat Sutra Emas? Ada api keramat di tempat seperti ini?" gumam Faladhina Kiseki yang matanya berbinar setelah melihat buah tersebut.

"Kamu mau buah itu, Kis? Ambil saja." Kata Vivadhi Ranata yang melihat kekasihnya tersebut terlihat begitu berhasrat untuk memiliki benda tersebut.

"Boleh kah? Kalau begitu, aku tidak akan sungkan – sungkan." Dengan sigap, Faladhina Kiseki melompat ke arah Pohon Api Keramat Sutra Emas yang menghujankan daun – daun apinya ke tubuh sang wanita.

"Hmph. [Frost Ray]" Faladhina Kiseki membalas dengan melancarkan salah satu mentra serangan dari Kitab Seribu Satu Mantra yang telah dipelajari olehnya.

Walaupun mantra itu adalah mantra dasar, tapi dengan kekuatan sang wanita yang berada di Tahap Rookie Tingkat Delapan melatari serangan magis tersebut, maka tidak butuh waktu lama sebelum semua api yang ada di Pohon Api Keramat Sutra Emas tersebut nyaris padam akibat terguyur oleh hawa dingin yang dengan ganas menyerang si Pohon tersebut.

Dengan mudah, Faladhina Kiseki pun memetik Buah Api Keramat Sutra Emas dari pohon yang sudah hampir habis daunnya dengan mulutnya yang menganga terbuka lebar tanpa daya tersebut.

Sang Wanita lalu pergi meninggalkan pohon tersebut setelah menyimpan Buah Api Keramat Sutra Emas yang baru saja dipetik oleh dirinya ke dalam kantung dimensi pribadi miliknya.

[Druidcraft] [Healing Touch]

Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki kemudian meninggalkan Pohon Api Keramat Sutra Emas yang sudah sekarat dan hampir mati tersebut setelah merapal mantra penyembuh untuk membantu memulihkan pohon yang baru saja mereka rampok tersebut agar si Pohon tidak mati.

Kenapa tidak dibunuh saja?

Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki tidak sampai hati untuk membunuh Pohon Api Keramat Sutra Emas yang baru saja mereka rampok tersebut.

Lagipula pohon besar tersebut juga sudah sama sekali tidak sanggup memberikan perlawanan apa – apa.

Tentu saja, akan lain lagi ceritanya kalau Pohon tersebut masih mau melawan mereka, jika hal itu sampai terjadi maka pastilah pohon tersebut akan segera berubah menjadi enam belas keping koin emas di tangan Vivadhi Ranata dan menjadi makanan Ajian Ilmu Seni Kekayaan Pixiu yang dimiliki oleh sang lelaki.

Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki kemudian melanjutkan perjalanan mereka ke arah barat, menuju ke tempat selanjutnya yang ditunjuk oleh [Guidance] dan [Detect Magic].

Semakin ke barat mereka berjalan, pemandangan yang mereka berdua lihatdan rasakan pun semakin berubah.

Dari Padang Rumput yang hangat, perlahan – lahan rumput yang ada di sekitar mereka menjadi semakin menipis, seiring dengan semakin turunnya juga suhu udara di lingkungan baru yang mereka datangi.

Hingga akhirnya dari Padang Rumput tempat mereka berangkat, kini perlahan berubah menjadi Padang Tundra dengan angin dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang belulang bertiup menghujam tubuh mereka.

[Endure Elements]

Dengan mantra sederhana ditambah dengan dasar kultivasi mereka, Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki menyusuri Padang Tundra yang terlihat sepi tanpa ada seekor hewan pun tersebut.

Padang Tundra itu tidak terlalu luas, baru berjalan satu mil saja, Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki telah sampai lah di tempat yang merupakan pusat dari Padang Tundra tersebut.

Kenapa mereka begitu yakin kalau tempat itu adalah Pusatnya?

Karena ada sebongkah kristal es sebesar rumah yang menutupi sebutir permata berwarna biru kristal bersemu putih kehijauan berukuran segenggaman tangan orang dewasa di tengahnya.

[Hati Giok Hujan Beku / Frost Rain Jade Heart]

[Dengan mengasimilasikan permata ini di dalam dada, para kultivator dapat mengendalikan air, salju, dan es. Namun dalam mengasimilasikan diri dengan permata ini, para kultivator harus terlebih dahulu menghapuskan segala niatan dan kesadaran yang sudah ada di dalam permata tersebut agar tidak jatuh ke dalam pengaruhnya.]

"Hmmmm.... Sepertinya ini akan menjadi oleh - oleh yang bagus untuk Chikane." Kata Vivadhi Ranata sambil bergerak maju untuk mengambil permata giok es tersebut.

....

Chương tiếp theo