webnovel

Tiga Belas Penyamun I

Sherrrrr...

Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang melihat hal ini seketika langsung terdiam tak berkutik memandangi tongkat bambu yang hanya tersisa sepanjang 10 cm saja di tangan kiri Nadhine Aisyah.

Sementara itu, tawa para pemuda yang mengepung mereka berdua terdengar semakin puas melihat kedua orang gadis muda belia yang telah terpaku diam tak berdaya ditelan oleh rasa takut yang mencengkeram hati mereka.

Melihat hal ini Nadhine Aisyah hanya bisa menggeram sambil membuang tongkat bambu yang telah di potong pendek tersebut dari tangannya.

Lalu dengan menggenggam sebilah parang dengan kedua tangannya, Nadhine Aisyah mengambil kuda – kuda dan mengacungkan senjata tajam tersebut sambil berdiri di depan Nadhine Alisya.

Sementara Nadhine Alisya yang berdiri di belakang punggung saudari kembarnya tersebut juga perlahan mendekat sambil memegangi ujung baju saudari kembarnya dengan tangan kanannya yang gemetaran.

"Kak.... Jangan nekat Kak..." Kata Nadhine Alisya kepada Nadhine Aisyah yang hanya lebih tua beberapa menit dari dirinya tersebut.

"Ha ha ha ha ha ha.... Gadis yang satu ini lezat juga. Orang lain pasti sudah ciut nyalinya kalau sudah bertemu dengan kita. Tapi yang ini masih berani menentang kita." Kata lelaki yang baru saja memotong tongkat bambu di tangan kiri Nadhine Aisyah.

"Hue hue hue hue. Setelah kamu selesai dengan dia, giliranku ya! Aku juga udah gak sabar untuk membuat gadis itu berteriak seperti seorang pelacur di atas selangkangan ku!" Sambil mengatakan sesuatu yang terdengar sangat vulgar, lelaki yang berdiri di samping lelaki yang memotong tongkat Nadhine Aisyah pun terus melotot memandangi sekujur tubuh sang gadis dengan tatapan mata yang seolah sedang menelanjangi seluruh tubuh muda belia milik Nadhine Aisyah.

Sementara Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya terpuruk dalam keputus – asaan, Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane yang baru saja tiba di pinggir kawah sedang melihat dan mengamat - amati situasi genting yang terjadi di bawah mereka.

Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane melihat Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang sedang dikelilingi oleh enam orang pemuda yang membawa golok besar tajam berkilat – kilat di tangan mereka.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane, sebagai sesama wanita yang masih muda tentu saja mengernyitkan dahi mereka ketika melihat hal tersebut.

Sementara Vivadhi Ranata yang sudah berusia lanjut dengan banyak pengalaman hidup yang sudah diarunginya dapat dengan tetap tenang berpikir di saat seperti itu.

Sang lelaki dengan menggunakan Ajian Pandangan Mata Surgawi Heaven Gaze miliknya melihat dan menganalisa ke enam orang Perampok yang sedang mengelilingi dua orang gadis yang dikenalnya sebagai sepasang saudari kembar yang merupakan kembang desa yang sangat populer di desanya.

"Meh, Lumayan lah, ada enam orang. Tapi kekuatan mereka cuma setara dengan Rookie Tingkat Dua dan hanya ada satu orang dari mereka saja yang setara dengan Tingkat Tiga.... Yah lumayan lah untuk jadi samsak latihan. Aku juga belum pernah mengetes kekuatanku pada orang lain. Tapi, tidak kusangka ternyata di dunia ini benar – benar ada juga orang – orang yang sekuat beruang dan gajah liar seperti mereka.... Hmmm? Ada Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya di sini? Ngapain mereka, kok bisa ada di sini?" Pikir Vivadhi Ranata di dalam batinnya sambil melihat – lihat situasi yang terjadi di hadapan matanya dengan penuh ketenangan seperti sedang menonton siaran televisi langsung saja.

Sementara itu, Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane telah bersiap untuk langsung maju menghajar ke enam orang Perampok yang dengan jelas sudah mengambil ancang – ancang untuk maju dan mengerubuti kedua orang gadis kembar yang telah mereka kepung dari segala arah.

Namun Vivadhi Ranata memberikan isyarat kepada Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane untuk tetap diam saja di belakang sang lelaki dengan merentangkan tangan kanannya yang menghalangi jalan kedua orang wanita yang berada di belakang dirinya tersebut.

"Kalian berdua tenang lah dulu, biar aku yang menangani para lelaki itu. Aku ingin mencobai ilmu Pixiu's Art of Wealth pada mereka. Kalian berdua fokus saja untuk melindungi kedua orang gadis itu" Kata Vivadhi Ranata memberikan perintahnya kepada Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane.

Setelah kedua orang wanita tersebut mengerti apa rencana sang lelaki, baru lah mereka bertiga berjalan menuruni kawah tersebut.

Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang sedang berada dalam situasi terdesak adalah yang pertama kali menyadari kedatangan Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane yang dengan penuh santai menuruni kawah gunung dengan langkah yang ringan dan mulus bagaikan orang yang sedang berjalan – jalan menikmati pemandangan alam di halaman belakang rumahnya.

Sementara enam orang pria bergolok tajam yang mengelilingi kedua orang gadis muda nan cantik tersebut baru belakangan menyadari kedatangan tiga orang pendatang baru di kawah tersebut setelah menyadari ada yang berubah dari ekspresi dan tatapan mata Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang tadinya telah terlihat begitu penuh akan rasa putus asa.

Tiga orang lelaki pemegang golok besar yang berada di depan Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya sehingga mereka memunggungi Vivadhi Ranata beserta Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane pun dengan segera membalikkan badan besar penuh otot mereka sehingga ketiga orang tersebut sekarang sedang bersama – sama menghadap Vivadhi Ranata dan kedua orang wanita cantik yang berjalan di belakang sang lelaki dengan penuh keanggungan.

Tak lama kemudian, ke enam orang lelaki yang membawa golok – golok besar di tangan mereka pun saling menatap mata masing – masing satu sama lain sebelum mereka kembali tertawa keras – keras penuh dengan kepuasan.

"Bwa ha ha ha ha ha!!!! Kukira apa, ternyata cuma tiga orang anak muda yang sok pahlawan dan tidak takut pada kami toh." Kata lelaki yang berbadan paling besar di antara ke – enam orang tersebut.

"Ha ha ha ha! Tapi kami harus berterima kasih kepada kalian. Tidak hanya dua, tapi kini kami bisa menikmati tubuh empat orang gadis muda yang begitu seksi dan lezat seperti kalian!" kata lelaki yang sedari tadi hanya mengucapkan kata – kata vulgar keluar dari mulutnya.

"Hue hue hue hue, para wanita nya cantik – cantik semua. Tapi sayang sekali kami tidak butuh laki – laki!" kata lelaki yang berjalan mengambil posisi paling depan sambil berlari ke arah Vivadhi Ranata dan mengayunkan golok besar di tangan kanan nya.

Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane hanya berdiri dengan tenang sambil berdiam diri saja ketika mereka berdua melihat lelaki yang mencoba menyerang Vivadhi Ranata.

Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane bahkan dengan tanpa rasa khawatir melihat kelima orang lelaki garang lainnya yang sedang tertawa terbahak – bahak melihat mereka.

Sementara itu, Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya menjadi pucat pasi wajahnya ketika kedua orang gadis kembar tersebut melihat bagaimana Vivadhi Ranata yang hanya berdiri diam saja tanpa memegang senjata diserang dengan beringas oleh seorang pria berbadan kekar yang memegang golok besar yang tajam berkilat – kilat di tangannya....

....

[Catatan Penulis: Golok -golok yang dipakai oleh para perampok itu sudah saya upload ya contoh fotonya, kalian bisa melihatnya di kolom komentar atau pun pada komentar judul.]

Chương tiếp theo