"Rean, gue mau jenguk Rena nih, lo mau ikut?" tanya Yunbi bertanya pada Rean. Langkah Rean terhenti.
"Kalau mau jenguk, ya jenguk aja. Ngapain ajak-ajak?" ucap Rean melihat Yunbi sekilas, lalu berjalan meninggalkan cewek itu bersama dengan Josen.
Sedangkan Josen, cowok itu hanya tertawa kecil saat Rean yang bersikap dingin pada Yunbi, saat melihat wajah Yunbi yang manyun itu, Josen semakin tertawa terbahak-bahak.
"Dingin banget ya, neng si Rean," ucap Josen yang bermaksud menyindir.
"Ha ha ha, iya," ucap Yunbi dengan wajah datarnya.
"Udah lah, nggak usah kesel gitu. Ayo, bareng gue. Gue tuh tau maksud lo ajak Rean, biar lo bisa nebeng kan? Nggak punya duit buat naik bus, kan, lo?" tanya Josen yang merangkul Yunbi.
"Lepasin, Josen!" ujar Yunbi menepiskan tangan Josen.
"Eh, iya, maaf. Ya udah, ayo," ucap Josen yang berjalan lebih dulu dan di ikuti Yunbi di belakangnya.
Yunbi tak berani berjalan di samping Josen, karena ia tak ingin terjadi sesuatu lagi pada Josen, tak hanya Josen, tapi juga hubungannya. Yunbi masih berjuang untuk mempertahankan hubungannya, meskipun ia tau banyak yang menginginkan hubungan mereka berakhir.
Tetapi tidak untuk Yunbi.
Bagi Yunbi, semuanya belum berakhir.
Justru semuanya akan di mulai.
Setelah semua murid tau kalau Victor adalah pacarnya, Yunbi menjadi pusat perhatian beberapa murid. Dan banyak dari murid Bina Garuda ini mendukung Victor dengan Nessa, bukan Yunbi.
Yunbi sadar diri, kalau dirinya memang tak secantik dan semodis Nessa.
Sesampai di lobby, Josen sedikit terkejut melihat Rean yang masih berada di situ. Josen mempercepat langkahnya mendekati Rean yang tengah duduk di kursi.
"Lo belum balik?"
"Menurut lo?" jawab Rean dengan memutar bola matanya malas.
"Lo nunggu si—"
"Temennya Renaa!" teriak seorang cowok yang membuat mereka bertiga menoleh. Yunbi langsung membuka mulutnya lebar saat tak percaya melihat cowok yang sangat tampan di hadapannya.
"L-lo Rezvan kan?" tanya Yunbi pada cowok yang tengah memakai masker dan topi.
"Iya, kenapa?" tanya Rezvan menoleh melihat Yunbi.
"Cuma nebak, pantes sekolah jadi heboh. Orang murbarnya ganteng kek gini," ujar Yunbi dengan tersenyum menyengir.
"Murbar apaan?" tanya Josen menyernit.
"Murid baru, bego!"
Rean langsung berdiri dari duduknya, dan berjalan lebih dahulu. Rezvan pun langsung berjalan mengikuti Rean di belakang tubuhnya. Yunbi, juga Josen saling bertatapan karena bingung melihat mereka berdua yang tampak saling kenal.
Josen pun juga berjalan mengikuti Rezvan di belakangnya. Yunbi pasrah dan berjalan di belakang Josen. Mereka seperti anak-anak yang sedang berwisata, berjalan sesuai barisan yang rapi.
"Van, kok lo ikuti Rean? Kalian saling kenal?"
"Kalian temen Rena juga?" Cowok itu tidak menjawab pertanyaan Josen, dan malah balik tanya.
"Iya. Lo sendiri?" jawab Yunbi yang menyembulkan kepalanya dari belakang tubuh Josen.
"Gue juga temen Rena."
"Jadi lo mau jenguk Rena juga?" tanya Josen yang hanya di jawab dengan satu anggukan Rezvan.
"Untung aja temen Rena mau anter gue, dia baik juga ya," ujar Rezvan tersenyum.
Ketika Yunbi mendengar ucapan Rezvan yang mengatakan kalau Rean baik membuat ia ingin muntah saat ini juga. Ia masih kesal ketika cowok itu bersikap dingin kepadanya.
"Temen Rena?" pikir Josen saat Rezvan mengatakan temen Rena. Karena disini semua adalah teman Rena, namun saat melihat Rean, ia baru menyadari, kalau yang dimaksud adalah Rean.
"Oh, cowok itu namanya Rean. Gue Josen, dan cewek itu Yunbi. Bebas si mau anggep kita temen lo juga atau enggak," ujar Josen tersenyum.
"Temen Rena, juga temen gue."
Rean menghentikan langkahnya ketiak sudah berada di depan motor miliknya. Ia melihat ke Rezvan dengan bingung. "Lo nebeng gue?"
Rezvan mengangguk. "Iya, nanti pulang gue naik taksi kok, tenang aja," jawab Rezvan yang hanya di jawab dengan anggukan kecil oleh Rean.
Rean langsung mengeluarkan motornya, dan menaiki motornya seraya memakai helmnya. Rezvan langsung tanpa disuruh oleh cowok itu. Yunbi pun juga langsung naik saat Josen sudah menyalakan mesin motornya.
"Nih, pake," ucap Josen yang memberikan helm. Yunbi mengambil helm itu, dan Josen langsung melajukan motornya. Saat motornya sudah berkumpul dengan pengendara lainnya, Yunbi langsung memakai helm itu.
***
Wanita paruh baya itu keluar rumah dengan membawa sayur bayam jagung, hanya satu ia mengintip sela-sela pagar, dan melihat pintu pagar yang sudah kembali tergembok.
Anne menghela napas karena ia bingung harus memanggil Rena dengan cara apa. Bel rumahnya pun sengaja ia matikan, dan jendela kamar yang ia tutup rapat-rapat.
Anne tampak khawatir dengannya, tadi ia hanya memakan dua suap saja, hanya itu makanan yang masuk ke dalam perutnya hari ini.
Wanita paruh baya itu menoleh saat mendengar suara deru motor yang sangat tak asing di telinganya. Ia sangat hafal dengan suara motor anaknya.
Dan dalam hitungan detik, motor itu terparkir di depan rumah Rena. Rezvan turun dari motor, begitu juga dengan Yunbi. Ia melepas helmnya, dan tersenyum pada wanita paruh baya itu.
"Tante mamanya Re—EH, Rean! Lo mau ke mana?" tanya Yunbi saat melihat Rean yang berjalan masuk ke rumah sebelah Rena.
"Rumah Rena yang ini, atau yang itu?" tanya Yunbi lagi. Dia tampak bingung. Dia bahkan mengira kalau yang baru saja keluar itu adalah mama Rena, bukan Rean.
Yunbi tidak mengetahui kalau rumah Rena dan Rean itu sebelahan, ralat. Rena pernah memberitahu, tapi gadis itu lupa. Josen yang mendengar itu seketika tertawa bersamaan dengan Josen.
"Yun, lo nggak tau apa?" tanya Josen yang masih tertawa melihat wajah Yunbi yang tampak bingung.
"Tau apa?"
"Itu rumah Rean sendiri, Maemunah. Rumah Rena tuh yang ini," jawab Josen memberitahu dengan tawa yang semakin terbahak-bahak.
"Sial, gue lupa. Gue takut aja kalo Rean salah rumah," ucap Yunbi menyengir.
"Tante … mama Rena?" tanya Yunbi melihat ke arah Anne.
"Mama ngapain di depan rumah Rena? Rena belum makan?" tanya Rean yang melihat sang mama membawa nampan. Yunbi yang mengetahui kalau wanita paruh baya itu ternyata mama Rean hanya mengangguk-angguk paham.
Anne menggeleng. "Rena baru makan dua suap tadi pagi, sampai sore ini dia belum makan apapun. Mama udah bikin makanan, tapi mama nggak yakin kalau dia bakal makan," jawab Anne dengan nada khawatir-nya.
"Rena ada masalah, Tan?" tanya Yunbi yang memberanikan diri untuk bertanya. Karena Yunbi yakin, Rena tak hanya sakit demam.
"Tante juga tidak tau, dia mengurungkan diri di kamarnya," jawab Anne berbohong. Karena Anne tau kalau Rena tak suka masalahnya di umbar begitu saja, jadi ia memilih untuk Rena yang menjelaskan saja.
"Mama masuk aja, biar Rean yang panggil Rena," ucap Rean yang hanya di jawab satu anggukan oleh Anne.