"Kemarin lo ketemu sama tuh cowok?" tanya Rean membalikkan tubuhnya menghadap pada Rena,
Rena menggeleng cepat. "Kemarin juga gue terakhir sama lo kan?" ucap Rena mengingat kejadian kemarin.
"Tapi ya kali tuh idol ngadi-ngadi?" tanya Gio yang ikut mengeluarkan suara.
"Hm, iya si, bener juga," ucap Jeno yang ikut-ikut.
"Udah deh, mending lanjut hormat. Dan lo, Ren, jangan jauh-jauh dari gue. Makin hari ada aja cowok aneh yang deket sama lo," ucap Rean yang melanjutkan hormat.
Aldi yang sedari tadi menyimak langsung tersenyum bersamaan dengan yang lain. "Cie yang perhatian," goda Aldi tersenyum jahil pada Rean.
"Perhatian sama cemburu beda tipis loh," timpal Jean yang diakhiri dengan tertawa kecil.
Rena yang melihat teman-temannya itu senang karena mereka mulai berbaur pada Rean, ya meskipun Rean hanya berekspresi datar, tapi setidaknya ia mempunyai teman selain dirinya, Josen, dan Yunbi. Rena sendiri sedikit ragu, apakah Rean ini menganggap Josen dan Yunbi ini temannya atau bukan.
***
Rena berjalan seorang diri dengan membawa tumpukan buku tugas kimia yang akan di bawa ke ruang guru, ia sedari tadi mengumpat ketua kelasnya karena ia melemparkan tanggung jawab, dan menyuruh yang piket untuk mengumpulkan buku tugas itu. Rena menyadari kalau pagi tadi ia belum piket karena datang kesiangan.
Rena berjalan dengan sangat hati-hati saat menuruni anak tangga, karena ia tak ingin terjatuh hanya karena pandangannya terhalang oleh tumpukan buku itu, di tambah ia tak ingin mempermalukan diri sendiri karena jatuh di tempat umum. Ia akui, ia memang ceroboh, tapi sebisa mungkin ia lebih extra berhati-hati.
Saat sudah sampai bawah, ia menghela napas karena ia berhasil menuruni anak tangga dengan sempurna, ia kembali berjalan sampai di depan pintu ruang guru yang tertutup. Saat ia ingin membuka pintu, ia di kejut kan oleh cowok yang tiba-tiba saja berada di tengah-tengah pintu. dan itu menyebabkan tumpukan buku itu terjatuh.
"Ah, aduh, maaf." Saat itu juga, Rena baru menyadari kalau murid baru yang sedang trending adalah Rezvan, salah satu anggota idol yang paling ia sukai. Mulutnya masih melongo karena ini pertama kalinya melihat cowok yang paling ia fans sedekat ini, yang biasanya terhalang oleh layar, sekarang tak ada halangan apapun untuk memeluk tubuhnya. Dalam beberapa detik, cewek itu mengerjapkan matanya dengan menggeleng pelan.
"Apa sih yang ada di otak lo, Ren," ucapnya dalam hati.
"Lo … enggak apa-apa?" tanya cowok itu yang membuat Rena sadar sepenuhnya. Cewek itu mengangguk-angguk cepat, dan langsung mengambil buku-bukunya yang terjatuh. Jantungnya berdebar tak karuan, badannya terasa panas dingin saat Rezvan menolongnya. Tangan Rena pun bahkan sedikit bergetar karena grogi.
"Ini bukunya," ucap Rezvan yang memberikan beberapa buku dan ia berikan cewek yang sedang gugup itu.
"Ah, i-iya, thanks," ucap Rena tersenyum kikuk. Rezvan tersenyum dengan menganggukkan kepalanya, ia bergeser ke kanan untuk memberikan Rena jalan untuk masuk ke ruang guru. Rena hanya membungkukkan badannya sedikit sambil melanjutkan langkahnya masuk ke ruang guru untuk menumpuk tumpukan buku itu, untung saja di ruang guru tidak banyak yang menyadari kejadian di luar ruangan. Setelah menumpukan buku itu, ia kembali berjalan.
"Bolos ke kantin enak keknya ini," gumam Rena yang merasa haus, juga lapar. Jujur saja ia belum memakan makanan apapun sejak tadi malam, tadi sewaktu istirahat pun Rena tak bisa membeli makanan karena harus mendengarkan ceramah dari Bu Mone, saat guru itu selesai menceramahi, bel masuk berbunyi, ia tak mungkin membolos, karena guru kimia lebih killer dari Bu Mone.
"Ide yang bagus tuh," ucap seseorang yang membuat Rena terlonjak kaget dan menoleh. Ia terkejut saat masih melihat Rezvan yang masih berada disana. Rena bersusah payah menelan salivanya, tak mungkin ia mengajaknya untuk membolos, gimana kalau agensinya bakal protes ke sekolah, dan menyuruh kepala sekolah untuk mengeluarkan Rena?
Rena hanya tertawa kecil. "Gue cuma bercanda kok, haha. Lo sendiri kenapa masih disini?"
"Hm, sebenernya ada yang mau gue omongin sama lo, lo mau?" tanya Rezvan melihat Rena dengan tersenyum.
Rena terdiam, pikirannya mulai memikirkan hal yang seram, dan kemungkinan terjadi. gimana kalau ada mata-mata di dekat cowok ini, gimana kalau besok ada berita yang tidak-tidak karena ia berduaan dengan cowok idol ini? Rena seketika menggeleng cepat.
"Maaf, nanti aja yah? Gue masih ada pelajaran bentar lagi," tolak Rena halus, dan sangat halus agar cowok itu tidak tersinggung karena ucapan Rena.
Rezvan mengangguk paham, dan itu kesempatan yang pas bagi Rena untuk pergi meninggalkannya. Cewek itu mempercepat langkahnya, ia juga merasakan kalau ia sedang diikuti oleh cowok itu. Saat itu juga, Rena menghentikan langkahnya, dan langsung membalikkan tubuhnya.
Dan benar saja, cowok itu berada di belakang Rena, jaraknya pun sedikit berdekatan. Cewek itu langsung celingukan memperhatikan sekitar, memastikan kalau keadaannya aman, tak ada yang memata-matai, juga tak ada yang paparazzi.
"Kenapa ngikutin gue?" tanya Rena sedikit memiringkan wajahnya.
"Hm, gue cuma mastiin kalau lo beneran ke kelas, dan enggak belok ke kantin," jawabnya jujur diakhir dengan tertawa kecil. Rena hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.
"Gue beneran ke kelas, mending lo balik ke kelas lo," ucap Rena tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
Ucapan Rena tidak ada pengaruh apapun, Rezvan tetap mengikutinya meskipun ia tau kalau arah ini benar-benar menuju kelas bukan kantin, dan yang membuat Rena menyadari kalau cowok yang sangat ia fans itu masih mengikutinya adalah teriakan pada kaum hawa dari jendela. Ya, itu benar-benar terjadi. Kelas yang tenang, dan damai kembali terdengar berisik saat Rezvan berjalan melewati kelar mereka.
"Kenap masih ngikutin gue si? Nggak tau apa kalau jantung gue berdegup kenceng kek gini," ucap Rena dalam hati. Ia terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar.
Sesampainya di kelas, kini kelas Rena kembali gaduh saat melihat Revan. Rena yang hendak masuk ke kelas, dengan cepat Rezvan menarik lengannya sampai jarak mereka itu sangat dekat, dan membuat teriakan itu semakin histeris.
"Ke-kenapa?"
Tidak hanya teriakan mereka yang histeris, melainkan jantung Rena yang semakin berdegup dengan kencang.
"Pulang sekolah, temui gue di roftoop. Lo tenang aja, disana aman. Enggak ada yang nguping, enggak ada yang paparazzi ataupun memata-matai kita, oke?" ucap Rezvan dengan suara berbisik. Rena menghela napas, dan dengan terpaksa ia meng-iya-kan ucapan cowok yang ada di hadapannya.
"Sip, thanks … nama lo siapa?" tanya Rezvan.
"Re-Rena."
"Oh, oke, gampang gue inget. Sampai nanti Rena, jangan lupa. Okay?" ucap Rezvan tersenyum dengan menepuk ujung kepala Rena, dan langsung berjalan meninggalkan cewek yang masih menatapnya.
*** Mohon maaf kalau ada typo, akan Author revisi jika ada waktu senggang. Sekian, terima kasih ***
Thanks for Reading ^^
Jangan lupa untuk masukan ke rak kalian ya :D
Juga berikan review pada cerita ini, jangan lupa juga bintang lima yaa.
Thanks very much! :*