"Lo siapa?"
"Gue? Pacar Rena, kenapa? Lo sendiri siapanya Rena?" tanyanya yang lagi-lagi membuat Ryu terkejut.
"Lo kan cowok yang se-kelas sama Rena?"
"Iya, gue Josen. Kenapa?"
Ryu tertawa melihat wajah Josen yang terlihat sekali kalau ia bohong. "Lo kalau mau bohong cari orang yang gampang lo kibulin deh, gue tau lo itu cuma bohong. Right?" ucap Ryu tersenyum menyeringai.
"Sialan! Lo sendiri siapa? Nggak mungkin cowok kayak lo suka sama Rena," ucap Josen yang membuat cowok itu kembali menatapnya.
"Gue? Gue …"
Ryu bingung, karena ia juga sudah berjanji pada Rena untuk merahasiakan ini pada siapapun.
"Apa? Siapa?"
"Gue cuma mau kasih ini," ucap Ryu memperlihatkan paper bag yang Josen sendiri tak tau isinya.
Saat Josen ingin menjawab, satu mobil terhenti tepat di rumah Rean, dan membuat dua cowok itu menatap mobil itu. Saat melihat Rena, Ryu langsung berdiri di samping Josen. Rena yang melihat mereka lagi hanya menghela napas.
"Kalian kenapa malem-malem di depan rumah gue?"
"Masih jam tujuh, Ren. Belum malem," jawab Josen tersenyum menyengir.
"Lo pada maunya apaan si? Pulang aja deh mendingan, gue mau istirahat."
"Lo sendiri abis dari mana sama Rean? Kok pake mobil? Emang Rean udah punya SIM?" tanya Josen melihat Rean yang baru saja keluar dari mobil.
"Gue? Punya lah, kenapa?"
"Kok bisa?"
"Palingan juga suap tuh polisi biar dapet SIM," celetuk Ryu yang membuat Rean menatap cowok yang ada di hadapannya itu dengan tajam.
"Maksud lo apa? Gue setahun lebih tua dari Rena, dan—"
"Udah ya, udah. Jangan ribut, ganggu tetangga. Mending lo semua pada pulang, gue males dengerin suara berdebat," ucap Rena yang berjalan melewati mereka, dan membuka pintu pagarnya.
"Gue udah baik loh ini nggak paksa lo pada pulang. Sekarang pilih aja, lo mau gue siram atau pulang sekarang!"
Kedua cowok itu langsung naik kembali ke motornya. "Iya, gue balik. Ini buat lo," ucap Ryu memberikan paper bag itu di atas pagar, dan langsung melajukan motornya. Begitupun dengan Josen. Rean yang melihatnya itu hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Udah jadi cewek populer ya lo, Ren," ucap Rean yang melihat Rena dari rumahnya itu. Rena hanya tertawa kecil.
"Gue enggak populer, gue biasa aja. Lo tau sendiri kan? Gue nggak mau jadi pusat perhatian," jawab Rena tersenyum pada Rean.
Rean mengangguk. "Ya udah, sana masuk. Istirahat. Lo kelihatan banget capeknya," ucap Rean menatapnya lekat.
Rena mengangguk. "Gue masuk dulu ya. Night," ucap Rena seraya berjalan masuk ke dalam rumahnya. Rean menatap punggung Rena sampai masuk ke dalam rumahnya dengan senyuman tipis.
"Night too," jawab Rean pelan.
***
Malam berganti pagi, cahaya matahari masuk dari sela-sela jendela, membuat cewek itu yang tadinya tidur dengan nyenyak kembali membuka matanya. ia menguap lebar sambil mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Matanya bergerak melihat ke jam dinding yang menunjukan pukul setengah tujuh.
Saat itu matanya terbelalak kaget. "Hah? Gue telat!" Dengan cepat ia turun dari kasurnya, dan bergegas ke kamar mandi, masih ada waktu lima belas menit agar tak terlambat.
Hanya dalam waktu sepuluh menit, Rena sudah rapi dengan seragam batik khas sekolahnya. Rambutnya ia kucir satu, dan sepatu putih yang sudah ia kenakan. Tangannya bergerak meraih tas punggungnya, dan langsung berjalan keluar kamar. Ia berdecak kesal karena ia lupa kalau bundanya tidak pulang malam ini, ponselnya pun lupa ia charger tadi malam.
"Sial bener hari ini gue, semoga masih ada bus jam segini," ucap Rena berjalan cepat keluar dari rumahnya. Ia melihat rumah Rean yang sangat sepi, itu berarti rumah Rean sudah kosong.
"Kenapa Rean enggak bangunin gue sih? Biasanya juga dia suka lempar-lempar batu ke jendela gue," kesal Rena.
Ia berlari menuju halte bus dengan sekuat tenaga, ia belum sarapan sehingga ia tak bisa berlari kencang, di tambah ia masih terasa mengantuk. Dari rumah menuju halte membutuhkan waktu tujuh menit.
Sesampai di halte, ia bertanya pada petugas yang ada di sana, dan ia bilang bus selanjutnya datang pukul setengah delapan.
"Sial, apes bener hari ini. Apa gue bolos aja ya," pikir Rena yang masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan.
"Mau bareng?" tanya seseorang yang membuat Rena langsung menoleh, matanya terbelalak lebar saat melihat Rean yang duduk di atas motornya, bahkan ia sendiri tak menyadari ada sahabatnya di sana.
"Kok lo—"
"Udah, nggak usah perlu banyak tanya. Ayo naik, sebelum telat," ucap Rean memberikan helm untuk Rena, ia membenarkan posisinya sambil menyalakan mesin motornya. Gadis itu langsung naik ke atas motor sambil memakai helm.
Rean melihat Rena yang sudah duduk itu langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedikit tinggi, dan sontak membuat Rena memeluk pinggang Rean karena ia sedikit takut. Rean yang menyadari gadis itu sedikit takut, ia tak ada pilihan. Ia tak mau kalau Rena sampai di hukum hanya terlambat beberapa menit saja.
"Pegangan yang kenceng, Ren," ucap Rean yang menambah kecepatan motornya itu.
***
SMA Bina Garuda sedang digemparkan dengan murid baru yang ternyata adalah salah satu anggota idol, dan itu membuat para guru sulit mengatur kaum hawa untuk kembali ke kelasnya, mereka semua menggerombol di ruang kepala sekolah, tentu saja ada bodyguard yang ada di depan pintu ruang kepala sekolah itu.
Dan itu sangat menguntungkan kaum cowok, dan kaum yang suka terlambat. Dengan seperti ini, bel masuk di undur, karena saat ini kaum hawa akan koar-koar kalau bel sekolah masuk di bunyikan, demi kesejahteraan sekolah, dan sekolah tak mau rugi hanya karena beberapa siswi mengamuk, dan hasilnya untuk hari ini bel sekolah di untuk beberapa menit.
Yunbi yang sedari tadi melihat ke arah pintu tampak sedikit gusar, tak mungkin kalau Rena mendadak bolos, apa lagi Rean juga belum masuk, tak mungkin tipikal Rean bolos sekolah. Ya, meskipun bisa di bilang kalau Rean itu menyeramkan, tapi ia akan menolak kalau diajak membolos.
"Josen, lo marah sama gue?" tanya Yunbi yang membuat cowok itu meletakkan ponselnya di meja.
Josen sedari tadi diam, ia bahkan tidak menoleh sedikit pun pada Yunbi. Dan cewek itu khawatir kalau Josen marah kepadanya karena kejadian kemarin. Cowok itu perlahan membalikkan tubuhnya dengan tersenyum tipis.
"Gue marah sama lo? Nggak kok, gue cuma sedikit jaga jarak, biar pacar lo itu nggak salah paham. Lo nggak perlu khawatir, Bi," ucap Josen tersenyum kepadanya. Yunbi mengangguk sambil membalas senyuman Josen. Ia sedikit lega saat cowok itu berkata seperti itu.
"Kok bel belum bunyi? Udah lebih sepuluh menit," tanya Rena yang baru saja masuk ke dalam kelas. Ia juga terkejut saat melihat kelasnya hanya diisi oleh murid cowok, dan murid ceweknya hanya ada Yunbi yang sedang memainkan ponselnya.
"Pada di ruang kepsek, emang lo nggak tau?" tanya Jeno salah satu teman sekelas Rena.
Rena menggeleng pelan. "Emang ada apa? Pulang cepet?" tanya Rena asal.
Aku selalu mengagumi mu
Tapi aku takut.
Aku belum siap untuk berpisah dengan mu.