webnovel

33. Hidden thing

Pagi yang sejuk, terasa masih sama seperti kemarin kemarin yang menyajikan permadani abu-abu yang senantiasa menghias cakrawala. Bagaimana awan hitam itu seperti sungguhan tidak mengijinkan sedikit pun celah cahaya matahari menyusup melewatinya. Dan disinilah Yerin sekarang , berada didalam mobil dengan kecanggungan luar biasa yang membuatnya hendak memutuskan untuk berteleportasi saja. Menghilang sejenak dari bumi guna menghindari pria dibalik kemudi itu sejenak.

Yerin menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menutupi betapa kacaunya kualitas tidurnya malam tadi. Mungkin jika dihitung, Yerin sudah menguap hampir sepuluh kali semenjak didalam mobil. Tentang bagaimana malamnya tadi berlalu, mungkin siapapun akan bersedia menghakiminya tanpa sungkan.

Tragedi dapur, bukan. Yerin bukan memganggap itu sebagai tragedi, malah sebuah bumbu kemanisan sebuah pertemanan antara dirinya dan pria yang Yerin tahu beberapa kali meliriknya. Yerin merasa bahwa semalam dia itu gila, entah sudah berapa kali Yerin merutuki dirinya sendiri dengan sebutan itu. Karena memang dirinya segila itu. Setelah dari dapur dengan pelukan yang kelewat hangat. Jungkook sungguhan membawa Yerin menaiki setiap anak tangga dengan menggendongnya ala bridal style. Untuk yang satu itu, Yerin sangat akui bahwa Jungkook itu kuat, pria idaman, dan perkasa. Ah untuk yang terakhir, sebaiknya Yerin tunda dulu, Jungkook jelas masih 17 dan baru masuk 18 tahun bulan depan. Jadi simpan saja dulu penilaian Yerin yang terakhir itu.

Sungguhan semalaman Yerin hanya sesekali terpejam, itupun karena terlupa. Setelah mengerjap ingin merentangkan kedua lengannya, dirinya baru sadar bahwa dia tidak berada diatas ranjang sendirian. Masih ada Jungkook yang mendekapnya dari belakang kelewat erat. Bisa dihitung Yerin hanya tidur 3-4 jam saja, itupun tidak nyenyak sama sekali.

Tidak ada ciuman panas seperti didalam drama yang dia tonton ketika dua orang pria dan gadis dewasa berada disatu ruangan terkunci, dan dengan prianya yang tidak memakai atasan. Sungguh mata Yerin semalam dimanjakan dengan sangat baik. Roti kotak-kotak dengan dada bidang yang sangat nyaman sebagai bantalan tidur atau sekedar mengusak mengais aroma maskulin yang masih tersisa. Tapi kenyataannya Yerin tidak melakukan itu. Setelah Jungkook membaringkan tubuhnya diatas kasurnya yang sudah berantakan, Jungkook langsung menarik lengannya menjauh dan berdiri tepat disisi ranjang. Harapan Yerin sebenarnya adalah Jungkook yang ikut terbaring dibelakangnya saat Yerin memilih untuk membaringkan tubuhnya menghadap jendela.

Pun Jungkook tak langsung berhambur ikut terbaring, justru dirinya sengaja melepas kaus atasnya baru kemudian ikut menyusup kedalam selimut dan memeluk pinggang Yerin hingga punggungnya mampu merasakan kehangatan yang langsung menyapa jantungnya. Dan Jungkook kini telah sungguhan memenuhi keinginannya. Pun Yerin terkejut dan hendak memutuskan untuk berbalik tapi dia rasa nantinya akan percuma, nanti dia malah yang kelimpungan sendiri, jadi Yerin memilih untuk membiarkan Jungkook mendekapnya saja dari belakang. Pun dia tidak merasa dirugikan sama sekali, malahan ini sangat menyenangkan. Betapa ia baru merasakan di rengkuh senyaman itu oleh seorang pria yang selalu mengompres energinya berpikir. Menguras semua tenaganya hanya untuk menepis semua hal tentang Jungkook yang tak mau berhenti berputar diisi kepalanya. Menyebalkan!

Kenyamanan yang hanya bertahan kala Yerin mengingat bahwa Jungkook adalah temannya, namun jika sudah mengingat bahwa Jungkook adalah seorang pria, tentu itu menjadi beban tersendiri bagi Yerin. Namun sepertinya ia harus tidur, didalam rengkuhan Jungkook yang akhirnya bisa membawanya pada alam mimpi, meskipun hanya 3 jam sampai matahari benar-benar menyapanya.

"Noona, tadi tidak sarapan. Haruskah kita mampir ke toko sebentar?" ucap Jungkook sembari sesekali melirik lewat kaca spion.

Entahlah, hari ini Yerin lebih memilih untuk duduk di jok belakang. Alasannya beragam, dari mulai harus menghubungi nenek, menelfon paman, atau lainnya lagi adalah dia harus mengganti sepatu. Banyak alasannya, Yerin mengatakan pada Jungkook untuk duduk dibelakang saja, katanya takut mengganggu konsentrasinya menyetir kalau ada dirinya disamping pria itu. Padahal disisi Jungkook tidak pernah merasa terganggu oleh kehadiran atau pun kesibukan Yerin yang Jungkook tahu itu dibuat-buat. Sebagai alasan agar dia bisa menjaga jarak dengannya.

Jungkook cukup mengerti untuk semuanya, ada canggung dan malu atau malah tidak malu sama sekali, semua itu terangkum jelas dalam raut Yerin yang bisa dibilang wajah dingin. Wajah dingin dengan aura mahal. Ya, seperti itulah yang Jungkook lihat dari Kim Yerin.

"Aku sudah meminum susu Jung, santai saja." ucap Yerin dengan nadanya yang santai. Sembari kakinya sibuk digerak-gerakkan dengan gelisah sedangkan jemarinya beberapa kali mengetik dilayar ponsel. Entah apa yang diketik atau untuk siapa, Yerin tidak tahu. Dia hanya sedang mencoba menyibukkan diri.

Tentu disisi lain, Jungkook mengerti lagi, Yerin sedang berusaha begitu keras menyembunyikan kegugupannya. Menyamarkan serangan kepanikannya dalam kesibukkan di ponselnya yang ia pun tidak mengerti. Seingatnya ponsel Yerin hanya berisi 3 nomor kontak. Tidak ada kemungkinan besar untuk Yerin mengirimi pesan untuk tiga nomor yang ada di ponsel Yerin.

Pertama, jelas bukan untuk Jungkook karena dia sudah berada dimobil yang sama, lagian untuk apa mengiriminya pesan, sedangkan untuk bicara akan sangat mudah. Tinggal hanya mengeluarkan suara, itu sudah membuat Jungkook menoleh.

Kedua, nenek Kim. Tidak mungkin juga. Karena nenek Kim adalah orang paling sibuk, bahkan ponselnya sengaja diserahkan pada sekretaris pribadinya itu. Jeon Ara. Sekretaris pribadi yang sudah bekerja hampir 10 tahun bersama nenek Kim. Semenjak dari masih gadis berusia 20an hingga sampai menikah dan sekarang memiliki satu orang putra dari pernikahannya yang baru berumur 5 tahun.

Dan ya, tidak mungkin juga bagi Yerin mengirimi pesan pada neneknya karena sudah pasti terabaikan begitu saja.

Dan yang terakhir pada kontak terakhir, supir pribadi. Tidak mungkin, lagi lagi Jungkook menyangkal semua perkiraannya. Dan semuanya berakhir pada kemungkinan terlogisnya, bahwa Yerin masih seperti hari kemarin, dunia luar masih terlalu abu-abu bagi Kim Yerin. Meskipun jika didepannya dia adalah gadis manis tanpa rasa canggung sedikitpun seperti tadi malam, namun tetap saja semuanya berubah saat dirinya mulai menyambangi aspal jalan, atau sekedar hanya menapakkan kaki di lantai universitas. Bahkan sikap terbukanya pun mendadak hilang begitu saja tergantikan oleh sikap Yerin yang bahkan lebih seperti seorang yang habis cabut gigi bungsu. Diam seribu bahasa, meskipun Jungkook sungguhan mengerti apa yang sedang berbenah didalam isi kepala Yerin.

Satu kesimpulan yang dapat Jungkook tarik adalah; Yerin sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

[]

Chương tiếp theo