webnovel

Dzikir Cinta

Tác giả: RirinPutriAbdullah
Hiện thực
Đang thực hiện · 116.6K Lượt xem
  • 22 ch
    Nội dung
  • 5.0
    41 số lượng người đọc
  • NO.200+
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

Chapter 1Aku ingin menikah, Mi.

Lelaki berparas Arab itu hanyut dalam sholat malam itu, tepatnya waktu ibadah Isya. Ia terlihat sangat khusyuk, sesekali terdengar suara desah pelan menahan tangis. Ya, ia banyak menangis. Ia menangis ketika membaca surat wajib dalam sholat 'Al fatihah' terutama dalam kalimat 'Ihdinash shiraathal mustaqiim'. Ia dengan sungguh-sungguh, dengan hati merendah meminta selalu dinaungi dengan rahmat petunjuk jalan yang benar dalam mengarungi samudra kehidupan kepada yang maha pemilik kehidupan.

Bacaan surat-surat pendeknya tartil, ia sangat menyukai membaca ayat-ayat perihal azab, sebagai pengingat diri bahwa sejatinya manusia hanyalah berasal dari air yang hina kemudian berkat rahmat dan kasih sayang dari Allah sajalah ia bisa menjadi makhluk yang diakui memiliki tingkat teratas dalam siklus dan menara kehidupan manapun.

Selepas sholat ia masih betah berlama-lama duduk diatas sajadah hadiah dari seseorang saudari yang sekian tahun lalu berangkat umroh. Ia terlihat khusyuk, komat-kamit mendoakan dirinya, Ibundanya, Ayahandanya, saudara saudarinya juga kaum muslimin diseluruh jagat raya. Setelah selesai ia meneruskan dzikirnya. 33 kali untuk tasbih, 33 kali untuk tahmid dan 33 kali untuk takbir ditambah satu doa penutup.

Dzikir sendiri baginya adalah laksana ruh, juga laksana minuman yang merupakan kebutuhan primer dalam tubuh, coba saja kalian sehari semalam tidak minum, sebaian orang mungkin kuat berpuasa makanan selama 4-7 hari dalam kondisi terdesak, namun untuk minum, rasanya belum ada penelitian atau penemuan mengenai hal tersebut. Ia juga selalu mengingat hadist Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengenai dzikir, Abu Musa Radiallahu 'anhu berkata :

"Permisalan orang yang mengingat Rabbnya (Berdzikir) dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya (Tidak berdzikir) seperti orang yang hidup dengan yang mati.

Setelah selesai ia berdiri, merapihkan kembali sajadah beraroma wangi molto pure yang baru saja dicuci kemudian keluar dari kamar untuk bersiap makan.

^^^

"Aku ingin menikah, Mi"

Jantung kedua orang tua itu serasa mau copot, bergemuruh dengan darah berdesir. Ada hening sesaat setelah sang bungsu mengungkapkan hal tersebut langsung dari bibir merahnya. Sang pembantu yang berusia kepala empat hampir-hampir saja menumpahkan sup tulang sapi panas ke atas meja dan bukannya ke mangkuk putih yang sudah teronggok manis, lantaran setengah tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sudah lama sekali. Sudah lama sekali mereka semua menantikan perkataan itu keluar dari laki-laki tampan berkulit putih tersebut.

"Alhamdulillah" kedua orang tua tersebut berkata serentak

"Barakallah nak" susulan kata-kata berikutnya keluar dari mulut orang tua yang mengenakan gamis putih bersih lengkap dengan peci putihnya yang jika diperhatikan akan sangat serasi dengan perabotan yang terdapat diruang makan yang lumayan besar tersebut. Putih dan bersih.

"Umi sudah lama nunggu kamu berkata seperti ini, nak. Kenapa baru sekarang"

"Iya mi, Alhamdulillah. Allah sudah menggerakkan hati Arif"

"Lalu, kamu mau perempuan seperti apa nak?"

"Terserah Umi saja, yang penting cantik dan soleha"

"Loh, yang mau menikah kan kamu, bukan Abi, kok bisa terserah Umi?"

Sontak saja tangan perempuan tua itu memukul pelan lengan lelaki tua yang baru saja bercanda tersebut. Menandakan perkataan barusan sangatlah tidak masuk akal. Ketiganya serentak tertawa kecil melihatnya.

"Ya, yang penting itu solehah Bi, sisanya ya yang mana menurut Umi baik saja. Arif yakin, Bi, Umi tak mungkin menjerumuskan anaknya. Contohnya saja sudah ada 3 kan yang sukses" sambil melirik kearah foto keluarga besar yang sengaja dipajang diruang makan

"Iya, iya. Umi paham. Pokoknya Insyaallah Umi akan carikan kamu jodoh yang terbaik. Kalau besok bagaimana? Kamu sanggup?"

"Insyaallah Mi"

^^^

Pagi, Minggu 1 Desember. Siyah duduk sendiri didepan kaca. Melirik berulang-ulang sambil tersenyum. Hiasan dinding bergantung tepat diatas kepala tempat tidur, hiasan indah berwarna Emas bertuliskan 'SS', kependekan dari Siyah dan Salman, permintaan khusus dari calon suaminya. Kamarnya sudah rapi sekali, seperti kamar bidadari di surga pikirnya. Bunga-bunga mawar merah segar menghiasi ranjangnya, susunan kotak-kotak kado sudah mulai memenuhi ruangan sejak dua sampai tiga hari yang lalu.

Masih pagi, masih jam setengah delapan tepat ketika ia melirik kearah jam bulat hijau kecil dimeja.

"Setengah jam lagi" lirihnya dalam hati

Jemarinya dingin, kaku dan basah. Tisyu yang sedari tadi dipegangnya entah sudah seperti apa bentuknya. Lusuh dan kemerahan akibat dari terkena hena dan kuatnya tekanan yang diberikan kepada alat pembersih yang berasal dari kulit kayu tersebut.

"Calon mempelai laki-laki sudah datang"

Suara gadis berjilbab ungu mengagetkannya yang sejak tadi sudah khawatir. Suara yang membuat hatinya tambah gusar gundah gulana tak karuan pokoknya. 'Nurul' sahabat sekaligus merangkap sebagai salah satu bridesmaidnya hari itu.

Secepat kilat, semua orang sudah berkumpul diruang tamu. Duduk ditempat masing-masing sesuai porsinya.

"Hayuk atuh neng" wanita yang sudah tidak muda lagi itu merentangkan tangannya. Tampak sekali kecemasan dengan sedikit kesedihan diwajahnya. Barangkali, karena hari ini menurutnya tugasnya sudah selesai. Hari mengantarkan putri bungsunya ke pelaminan untuk kemudian kemungkinan besar akan diboyong pergi mengikuti suaminya. Meski begitu ia masih tetap terlihat cantik, mungkin memang benar kata orang-orang bahwa sesungguhnya kecantikan itu memiliki bekas.

"Iya, Mi"

Gadis berkebaya putih tersebut berdiri perlahan dibantu beberapa braidesmaid yang sudah mengenakan kebaya kompak, beberapa membetulkan hiasan siger dikepala juga bunga melati yang menjuntai diluar hijab putihnya. Kaus kakinya mulai berpindah tempat, dibawa bergerak kearah depan menuju tempat perkumpulan.

Sang gadis menundukkan pandangan, berjalan perlahan menyusuri tangga, tak berani menatap apalagi mencari liar. Hanya sedikit lirikan. Lirikan mencari seseorang. Seseorang yang sangat spesial baginya pada hari ini dan hari-hari berikutnya, setidaknya itulah yang ia bayangkan.

Perlahan tapi pasti, kakinya sudah menginjak anak tangga yang terakhir. Beberapa orang tampak sibuk membolak-balikan dokumen didepan hiasan dinding pernikahan dengan tema putih dan emas. Dua orang lain tampak saling tertawa lepas, entah apa yang diobrolkan. Sepertinya mereka sangat bahagia. Paling tengah terlihat seorang pemuda, duduk bersila dengan baju berwarna putih bersinar. Wajahnya menunduk, perasaan gugup sangat jelas tergambar dari gesture tubuhnya.

"Baik, Bapak-bapak Ibu-ibu. Acara akan segera kita mulai"

Mendengar kalimat ini Asiyah semakin gusar, jarum jam serasa begitu lama berputar. Ia dipanggil, duduk bersebelahan dengan calon suami. Disatukan dengan sebuah selendang putih tipis yang masih tercium bau barunya. Tak lama tangan calon suami sudah menjabat tangan Abinya, lalu, mengucapkan kata-kata yang akan meruntuhkan dinding haram menjadi halal. Seketika mereka halal, setelah saksi yang dipercaya mengucapkan kata-kata 'Sah' secara bergantian.

Hari ini, Asiyah Abdullah telah resmi menjadi istri dari Muhammad Salman Alfarisi. Lelaki yang dikenalnya semasa berkuliah di Lipia. Lelaki yang berani mempersuntingnya tanpa mengetahui dia anak siapa atau seperti apa keluarga gadis itu sebenarnya. Yang berani meminangnya hanya dengan alasan pernah mendengarnya mengaji surat An-naba sebanyak satu kali.

^^^

"Neng, Aa boleh cium tangannya?"

Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya.

"Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah"

Seketika telunjuk Yaya (nama panggilan Asiyah dirumah) berpindah, dari dada Salman menuju bibir manis suaminya. Ia tak sanggup jika suaminya harus meneruskan perkataan seperti itu. rasanya baru beberapa menit ia bahagia, kenapa harus mendengar kemungkinan-kemungkinan buruk seperti itu. Yaya melekatkan kepalanya ke dada bidang sang suami, tangan Salman mendekap lembut tubuh mungil sang istri dengan perasaan penuh cinta dan kasih sayang.

"Kang Salman sudah belum ganti pakainnya? Itu dibawah para tamu sudah menunggu"

Suara teteh dari pihak event organizer memanggil dari luar pintu seraya mengetuk. Membuyarkan kemesraan mereka berdua seketika.

^^^

Prosesi perayaan pernikahan berlangsung sukses, kedua mempelai beserta dua pasang orang tua tampak tak henti-hentinya duduk dan berdiri menyalami tamu undangan. Grup Nasyid kenamaan kota menjadi pengiring mereka, wajah-wajah bahagia tampak dengan lahapnya menikmati makanan yang disajikan. Anak-anak berlarian dengan riangnya, tampak juga beberapa anak sibuk menangis entah apa alasannya. Para pemuda dan pemudi terlihat sibuk berfoto selfie. Tapi yang peling terlihat bahagia adalah kedua mempelai yang duduk diatas singgasana putih bagaikan raja dan ratu. Mereka terlihat senantiasa tersenyum dan bercanda menantikan malam tiba.

Jam dinding seperti mengebut, tiba-tiba sudah Ashar, tiba-tiba sudah magrib, tiba-tiba sudah Isya.

Asiyah bersiap di dalam kamar, mengganti pakaiannya dengan gamis berbahan dasar satin halus berwarna hijau muda dengan jilbab senada. Ia mulai memasukan beberapa lembar pakaian kedalam sebuah tas tangan yang sudah dipersiapkan. Ia sudah tak sabar untuk melakukan perjalanan malam bersama sang suami tercinta. Mengharap pahala dari Allah berdasarkan Hadist yang Rasulullah Sallallahu alaihi Wasallam pernah sampaikan. Tak henti-hentinya ia tersenyum manis di atas ranjangnya. Menunggu kedatangan sang suami tecinta pulang sholat Isya.

"Assalamualaikum" suara lembut sang suami membuyarkan lamunannya

"Waalaikum sallam"

"Sudah siap?"

Yaya mengangguk pelan, mereka berjalan berbarengan keluar dari kamar. Salman menenteng tas milik Yaya dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya digelendoti oleh sang istri yang mulai terlihat manja. Mereka turun kebawah mencari kedua orang tua Syifa untuk berpamitan.

Sebelum pernikahan Salman sudah memberitahukan Asiyah bahwa dia akan melakukan sunnah suami istri yang pertama persis dimalam pertama pernikahan mereka, yaitu jalan-jalan dimalam hari sesuai yang dicontohkan Baginda Rasulullah Sallallahu alaihi wassallam dengan Aisyah bintu Abu Bakr.

Salman menikah karena Allah, beribadah juga untuk Allah, ia juga mencintai istrinya hari ini berkat rahmat karunia dari Allah semata, jadi, jelas landasan utama pernikahannya adalah meraih ridho, berkah serta pahala melimpah dari Allah semata. Ia sudah menyiapkan daftar panjang kearah mana pernikahan ini akan ia bawa bersama istrinya. Jadi, ia tak menunggu waktu yang lama, sesegera mungkin ia harus melakukan amalan sunnah ini baru kemudian ia melakukan amalan wajibnya, nafkah batin terhadap istrinya, di Hotel terbaik di kota Bandung.

"Mi, Salman dan Asiyah pamit dulu"

Salman berpamitan dengan mertuanya yang tampak sedang repot mengurus makanan sisa pernikahan, memindahkan makanan dari satu wajan ke wajan yang lain atau ke dalam kuali untuk dihangatkan.

"Apa, gak sebaiknya kalian pergi besok saja? Lagian sekarang sudah malam, kalian berdua kan juga capek habis acara walimahan tadi siang?"

"Enggak Mi, Insyaallah kita berdua kuat. Kang Salman sudah tidak sabar ingin meraih pahala pertama, yaitu mengajak istrinya jalan-jalan dimalam hari. Seperti dahulu Rasulullah mengajak jalan-jalan Aisyah pada malam hari"

"Ah, kamu"

Wajah Salman tampak tersipu, setelah berpamitan dengan kedua orang tua mereka langsung tancap gas.

Menggunakan mobil jenis sedan Vios mereka berdua meninggalkan desa nan indah dan asri itu menuju kota Bandung. Perjalanan mereka sungguh sempurna. Seluruh alam sepertinya sangat merestui cinta mereka berdua, bintang-gemintang yang bertebaran dengan kerlipnya yang indah, purnama yang sedang merekah sempurna juga angin sejuk malam seperti mendendangkan lagu cinta untuk mereka berdua.

"Hotelnya bagus, kamu pasti suka. Aa sudah minta layanan khusus pengantin baru disana"

"Kamar Yaya juga bagus A"

"Iya Aa udah liat kamar kamu bagus. Ada inisial nama kita"

Asiyah tersenyum manis menatap wajah suaminya yang sedang fokus menyetir

"Kamu marah"

"Marah kenapa?"

"Marah dan mungkin kecewa karena malam pengantinnya bukan di kamar kamu?"

"Aa ih, ada-ada aja. Buat Aku dimana aja tetep sama, yang penting tidurnya gak sendirian lagi"

Mereka berdua tersenyum mesra, Salman yang tak kuasa melihat senyum istrinya segera menarik lembut tangan putih sang istri, mencium dan mendekapnya di dadanya lekat-lekat. Yaya terbawa suasana, sekali-sekali ia merebahkan kepalanya ke dada bidang sang suami, sehingganya tercium bau khas aroma tubuh suaminya, wangi.

^^^

"Ngantuk euy, apa tidur dulu ya? Alah tanggung bentar lagi juga nyampe rumah. Tahankeun wae atuhlah" Sopir truk berbicara pada dirinya sendiri di perjalanan.

^^^

Perjalanan Bogor – Bandung hanya memakan waktu kurang dari 3 jam. Salman dengan percaya diri mengendarai mobilnya, dengan kecepatan sedang dan penuh kehati-hatian. Sepanjang jalan ditemani sang bidadari membuat mata Salman semakin awas, bahkan nyamuk lewat pun ia bisa tau.

Takdir menentukan jalannya, di tanjakan emen, mobilnya beradu dengan sebuah truk yang sedang kosong tak bermuatan. Mobil truck seperti oleng tanpa kendali. Kejadiannya begitu cepat sampai untuk berteriak pun mereka tidak sempat, Salman kehilangan kendali setelah truk menghantam mobil sedan kecil miliknya. Mereka kehilangan kesadaran.

....

Send review, balon and power stone please.

Support IG penulis di @ririn.p.abdullah

Bạn cũng có thể thích

The Underachievers (BAHASA)

Gimana jadinya kalau tidak sengaja pindah ke sekolah menengah atas yang tidak wajar? Bagaimana tidak, sekolah ini terdaftar sebagai homeschooling biasa namun berhasil merekrut dan membentuk kelas komunitas yang berisi remaja - remaja dengan talenta dan latar belakang keluarga yang beragam. Mulai dari anak tunggal perusahaan konglomerat, pemenang OSN matematika yang sempat hilang dari publik, jenius IT yang sempat dipenjarakan dari rumah, pekerja kantoran yang masih di bawah umur, ahli bela diri yang sempat terjerat kasus, hingga selebgram dan yiutuber terkenal pun secara diam-diam berada di naungan sekolah itu. Disisi lain, seorang remaja normal yang sejak kecilnya mencicipi kehidupan pahit, telah menjadi definisi nyata dari pepatah 'sudah jatuh tertimpa tangga pula' bernama Noel, tak sengaja pindah ke sekolah itu dan mengubah kesehariannya yang biasa menjadi sesuatu yang tak terduga. Kira-kira, bagaimanakah nasib Noel selanjutnya? . . . . . P R O L O G S e k o l a h . Apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata sekolah? . Murid-murid yang menggunakan seragam yang sama? . Belajar selama berjam-jam tiap harinya untuk mempersiapkan satu ujian akhir yang menentukan masa depan? . Namun, tanpa kita ketahui. Ada beberapa sekolah yang jauh dari deskripsi itu. . Sekolah yang bukan sebagai tempat mempersiapkan masa depan, namun sebagai tempat bersandar bagi mereka yang hampir kehilangan harapan. . "THE UNDERACHIEVERS" (para manusia yang memiliki nilai rendah) NOTES: - Tahap On Going. - Mohon dukungannya ya~

LIA_JXY · Hiện thực
4.9
22 Chs

Ketika Cintamu Bersemi di Bulan April

‘Jika perpisahan ini terasa menyakitkan, kuharap kita tidak pernah bertemu ....’ ‘Aku masih menggenggam butiran-butiran cinta yang pernah aku dapatkan ....’ ‘Kenangan pertamaku melihatmu di bawah pohon sakura, kini menyisakan rasa pilu’ ‘Kau adalah orang yang bisa mengubahku, jari jemariku selalu ingin menggenggam tanganmu, mendekapmu, dan meraih tubuhmu ....’ Dan hatiku ini .... Hanya selalu ada untukmu .... ******************** Seorang gadis bernama Kisaki yang pintar dan memiliki kepribadian sedikit tertutup sering dibully oleh teman-temannya di kelas. Suatu hari seorang murid pindahan dari Tokyo bernama Yoshimura berusaha menyelamatkan Kisaki dari pembulian tersebut. Tapi nahas, dia malah terluka parah yang membuatnya terbaring di rumah sakit. Kisaki merasa bersalah telah melibatkan Yoshimura di dalam permasalahan hidupnya. Namun, Yoshimura sendiri tidak keberatan karena dia tidak tega melihat seorang gadis dirisak di depan matanya, dia menolongnya berdasarkan inisiatif sendiri. Semenjak saat itu Kisaki tidak dibully lagi, Kisaki yang tahu kalau Yoshimura adalah orang yang nilainya di bawah rata-rata mencoba mengajarinya sebagai balas budi karena telah menolongnya waktu itu. Keduanya pun menjadi dekat dan saling mengenal satu sama lain. Kisaki menjadi tahu kalau Yoshimura yang mukanya pas-pasan yang pindah dari Tokyo ini mencoba menyembunyikan identitas yang sebenarnya sebagai keturunan Yakuza dan dia mencoba pergi jauh demi menjalani hidup yang damai. ‘Dia ternyata laki-laki yang buruk,’ awalnya Kisaki berpikir demikian, apa bagusnya dari orang yang menjadi Yakuza? Tentu saja, dia sanggup melindungi Kisaki dari berbagai hal apa pun. Tak peduli meski darah Yakuza mengalir dalam dirinya ... begitu saling pandang, hati mereka selalu berdetak kencang. Kisaki juga tidak bisa menolak keberadaan Yoshimura yang telah menjadi pahlawan dalam hidupnya. Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? “....” Catatan: Novel ini belum bisa dilanjutkan karena kesehatan Author semakin memburuk. Mohon doanya untuk kesembuhannya agar bisa melanjutkan ceritanya lagi, terima kasih.

ANABANTINGAN · Hiện thực
5.0
243 Chs

DEWASA: Cita, Cinta dan Perselingkuhan.

Sinopsis Cerita 18+ yaa.. Bocah nyingkir dulu. Masa SMAku sudah diujung tanduk. Tinggal menghitung hari saja menjelang tamat. Melihat teman-teman sepermainan kini sudah mulai terasa jauh. Teman-teman yang dulunya setara denganku, tiba-tiba sudah berada di level yang berbeda. Omongan mereka praktis tidak lepas dari kuliah, kuliah dan kuliah. Setiap kali aku menyamperi teman-teman, dimana saja di setiap sudut sekolah, pasti ada saja yang menanyakan soal dimana aku akan kuliah. Cuma bisa aku jawab, "belum tau lagi. Lihat nanti saja." Ekonomi keluargaku terlalu sulit. Tidak mungkin rasanya bisa kuliah. Adikku saja bertiga, dan masih sekolah semuanya. Mamakku bekerja serabutan saja ke ladang orang yang digaji perhari. Meski begitu, jika hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, kami tidak pernah kekurangan. Di belakang rumahku ada sawah, ada sungai kecil juga. Sawah itu selalu kami tanam sepanjang tahun. Jadi, kami tidak pernah membeli beras. Kadang kalau tidak ada uang sama sekali, berasnya bisa kami jual sedikit. Sungai kecil di belakang rumah itu juga banyak ikannya, yang aku tangkap pakai perangkap setiap hari. Sementara untuk sayur-sayuran, di belakang rumah kami itu juga banyak ditanam sama Mamakku. Cuma ya yang satu itu yang sulit bagi kami. Memperoleh uang tunai. Aku sebagai anak tertua tentu menyadari juga posisiku. Setelah tamat SMA, harusnya aku bisa membantu Mamakku mencari nafkah untuk keluarga. Hanya saja, posisiku menjadi sulit saat ini, karena aku memiliki pacar yang terus mendesakku untuk kuliah. Dia bahkan manawarkan uang tabungannya untuk aku pinjam, agar aku tetap bisa melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi. Apakah Cinta tulus ini bisa bertahan sampai akhir...???

Alan_caz13 · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
5 Chs