webnovel

Roki

Galang melihat Luna yang hampir terjatuh, buru-buru melemparkan tabnya ke samping, dan menarik Luna ke pangkuannya untuk duduk.

Dia menyampirkan rambut Luna ke samping dan berkata dengan nada khawatir, "Kau tidak apa-apa, Luna?" Luna menggelengkan kepalanya dan berkata dengan lemah, "Tidak apa-apa."

Luna hanya sedikit terkejut tadi.

Galang mengerutkan kening dan melihat ke arah Hilma dengan marah, "Apa kau tidak becus mengemudi?!"

Sedangkan, Hilman yang dimarahi begitu, membalas dengan hati-hati, "T-tuan, seekor kucing tiba-tiba muncul di tengah jalan. J-jadi saya mengerem langsung karena kaget."

"Apa kau menabraknya?" tanya Galang.

"S-sepertinya begitu, Tuan … " ucap Hilman dengan ragu.

Luna mendengar kata-kata Hilman turun dari pangkuan Galang dan buru-buru berkata, "aku akan memeriksanya" Kemudian keluar dari mobil.

Galang mengikuti Luna keluar dari mobil, dan melihat seekor kucing putih bersih yang bulunya terlihat lembut di depan mobil mereka sambil menyeret kaki belakangnya yang berdarah dan mencoba lari.

Kucing itu juga mengerang "meong" "meong" kesakitan,

Luna terkejut saat melihat kucing itu terluka, kemudian berlutut dan dengan lembut memeluk kucing itu di pelukannya.

Dia menoleh ke sekelilingnya mencari seseorang, kemudian menundukkan kepalanya dan bertanya dengan lembut pada kucing itu, "Kucing kecil, di mana tuanmu?"

Galang melihat bahwa Luna sedang memeluk kucing itu dan berbicara padanya, tertawa kecil dan kemudian berkata, "Mungkin saja kucing itu kabur dari rumahnya."

Luna melihat ke arah mobil yang lewat dan segera memutuskan, "Haruskah kita merawatnya dulu?"

Wajah Galang menjadi kaku karena tidak setuju dengan keputusannya, tetapi saat melihat Luna yang terlihat bersemangat, dirinya tidak bisa tidak menolak.

Pria itu berpikir jika ada kucing atau anjing di bersama mereka, dia takut Luna akan mengabaikannya dan lebih perhatian dengan kucing itu.

Dan kekhawatiran Galang terbukti benar.

Mereka berdua kembali ke dalam mobil dengan Luna yang dengan penuh perhatian menggendong kucingnya di tangannya, lalu Galang menelepon Juan untuk menjelaskan situasinya.

Suara Juan terdengar agak kesal setelah diberitahu tentang kucing yang terluka itu. "Pak Direktur, apa kau ingin aku beralih profesi menjadi dokter hewan? Aku ini dokter umum!"

Saat menyadari ucapannya, Juan menggigit bibirnya.

Dia adalah dokter pribadi Galang ... bukanlah dokter hewan. Tapi perkataannya barusan, dia yakin telah menyinggung pria itu.

Benar saja, setelah itu, dirinya dapat mendengarkan suara Galang yang kesal. "Kau harus menyerahkan surat pengunduran dirimu padaku besok!"

Setelah berbicara seperti itu, Galang menutup teleponnya.

Juan hanya terdiam memandang ponselnya, dan dia menelan ludahnya. Baginya, Galang sangat menakutkan jika sedang marah seperti itu.

Kembali ke dalam mobil, seekor kucing lembut dan putih meringkuk di pelukan Luna.

Galang menoleh dan saat melihat itu menjadi kesal.

Luna kemudian dapat melihat sebuah telapak tangan yang ingin menyerang kucing itu, dan dia terkejut.

Dia dengan cepat mengulurkan tangan dan menghentikan tangan itu dan menoleh ke arah Galang di sebelahnya. "Paman, apa yang akan kau lakukan?!"

"Kucing sialan!" ujar Galang dengan kesal.

Luna melongo saat melihat pria itu yang kesal dengan seekor kucing.

Apa dia cemburu pada kucing? Tidak bisakah dia sedikit kasihan dengan kucing ini? batin Luna sambil menatap ke arah Galang dengan pandangan tidak percaya.

Dia kemudian menunduk dan mengelus kepala kucing yang terlihat ketakutan itu dengan pelan untuk menenangkannya.

Kemudian, Luna kembali mendongak dan menoleh ke arah Galang, dan berkata, "Aku akan menjaganya dengan baik." Galang mendengus dan menarik kedua tangannya lagi, tetapi matanya selalu menatap kucing itu, seolah-olah dia sedang melihat musuh.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah..

Ketika Luna turun dari mobil, dia melihat Juan sudah berdiri di depan pintu rumah mereka dengan gugup. Saat pria itu melihat mereka, dia langsung berkata, "Pak Direktur, aku akan melakukan semua perintahmu! Di mana kucing itu?" Dia menatap lengan Luna. "Ternyata di sini. Lukanya begitu serius, harus segera ditangani! Sini, berikan kucingnya padaku! Aku pasti akan membuatnya sembuh!" ujar Juan dengan terburu-buru.

Luna hanya terdiam dan heran melihat Juna yang ketakutan seperti ini dan dirinya hanya diam saja saat Juan mengulurkan tangannya, namun sebelum si dokter berhasil mengambilnya, Galang berkata, "Berhenti!"

Galang berjalan mendekati mereka dan mencengkram belakang kepala kucingnya dan memberikan kucing itu ke tangan Juan.

"Singkirkan dia!" perintah pria itu.

Sedangkan, Juan menerima kucing itu sambil melongo.

Luna terkejut dan memandang Galang tidak percaya.

Fero dan Hilman juga tidak kalah terkejutnya dengan tingkah bos mereka pada kucing itu.

Anak kucing itu mengeong dengan keras di dalam pelukan Juan.

Juan tidak habis pikir, bagaimana direkturnya begitu cemburu dengan si kucing dan dia juga memperlakukannya kucing itu dengan kejam!

Setengah jam kemudian, setelah merawat lukanya, Juan memeluk anak kucing itu dan mendatangi Luna. "Aku telah merawat luka kucing itu, melakukan pemeriksaan pada seluruh tubuhnya, dan melihat dia sudah diberikan vaksin. Dia tidak terkena virus apa pun, dan terlihat terawat. Sepertinya, pemiliknya merawatnya dengan baik."

Luna mengulurkan tangannya dan mengambil kucing itu dari tangan Juan dengan senyuman lebar.

"Terima kasih, Dokter. Dokter Juan hebat sekali, kau sangat berbakat menjadi dokter hewan."

Juan tersedak saat mendengar pujian Luna.

Dia kemudian melirik bosnya yang memandangnya dengan kaku di belakang Luna, menelan ludahnya, dan buru-buru berkata. "Maaf, Pak Direktur, Nona Luna. Ibuku sudah menyuruhku untuk pergi kencan buta. Jadi, aku pergi dulu."

Setelah selesai berbicara, Juan segera pergi dari situ.

Galang mendekat ke arah Luna, kemudian menatap kucing itu dan berkata, "Berikan padaku."

Luna mundur selangkah memegangi kucing itu seakan melindunginya. "Paman, apa yang akan kau lakukan padanya?"

Galang yang melihat itu menjadi kesal dan segera berkata, "Aku akan mengambil fotonya untuk membuat poster kucing hilang. Jadi, pemiliknya bisa menemukannya!"

Sebenarnya, Galang hanya tidak ingin melihat kucing ini di rumahnya lagi!

Luna menghela napas lega saat mendengarnya. Dia kira Galang akan membuang kucing kecil ini, namun dia heran kenapa pria itu selalu memandang kucing itu dengan kesal, jika Gagal sebenarnya peduli.

Tapi Luna tetap tidak memberikan kucingnya dan berkata, "Aku akan memegangnya dan kau bisa mengambil foto kucingnya."

Kematian, Galang mengambil foto kucing itu dengan wajah muram. Setelah itu, Luna membawa kucingnya ke kamarnya sendiri di lantai dua.

Setelah merawat luka kucingnya dan memandikannya, Luna mengeringkan tubuhnya dengan hair dryer sambil memangkunya di ranjang.

"Kucing kecil, bolehkah aku memberimu nama?" Luna meniup pelan bulu di kepalanya, bertanya dan kemudian menjawab dirinya sendiri, "Baiklah. Aku akan memanggilmu Roki."

Anak kucing itu memiringkan tubuhnya di pangkuannya, menyipitkan mata kuningnya yang terlihat mempesona dan mengeong pelan. Dia akan senang dan setuju dengan nama yang diberikan Luna.

Tingkah imut Roki ini membuat Luna terkekeh.

Saat bulu-bulu kucing itu kering, Galang membuka pintu kamarnya dan masuk.

Luna menjadi terbiasa dengan kebiasaan pria ini untuk tidak mengetuk kamarnya dan langsung masuk.

Gadis itu kemudian berkata padanya, "Hilman berlata dia akan mengantarkanku ke supermarket nanti."

Galang duduk di sebelahnya, mengelus rambut Luna pelan dan bertanya, "Apa yang mau kau beli di sana?"

��Beli kebutuhan sehari-hari kucing" jawab Luna sambil mengelus-ngelus pelan bulu Roki.

Galang menjadi marah saat mendengarnya, tetapi dia mencoba tenang, karena memang kucingnya harus tetap mereka rawat sebelum pemiliknya datang mengambil kucingnya.

"Aku bisa meminta Fero yang membelinya. Kau tidak usah repot-repot pergi ke supermarket" ujar pria itu pada Luna.

Luna mengangguk dan berkata, "Hm, baiklah. Kalau begitu Paman bisa meminta tolong Fero untuk membeli makanan kucing makanan kucing, sarden kalengan, hm mainan kucing! Dan tempat tidur kucing, sabun mandi, sisirnya, lalu popok ... "

Sebelum Luna menyebutkan Lagi, dia disela Galang yang sudah kesal, "Kenapa kau peduli sekali dengan kebutuhan kucing ini? Biasanya kau tidak peduli padaku sampai seperti ini! Lalu, memangnya kucing sialan ini bayi?! Kenapa kau memberikannya popok?!"

Jika tidak ada Luna di sana, Galang sudah mencekik kucing kecil ini! Bisa-bisanya Luna lebih peduli dan perhatian padanya!

Luna terkejut saat mendengar Galang yang merajuk.

"Paman, apa kau cemburu dengan kucing ini? Baiklah, apa kau juga mau dibelikan popok?" goda Luna padanya.

Galang tercengang sesaat. "Apa kau bercanda?!"

Apa dia bercanda?! Bagaimana bisa aku memakai popok?! batin Galang.

Luna yang tidak peduli dengan Galang yang kesal, segera berbaring di ranjang sambil tetap memeluk Roki dan berguling menjauhi pria itu.

Luna tersenyum dan berkata, "Paman, kau kesal karena aku lebih perhatian dengan kucing ini, kan?"

Galang segera berbalik, merangkak ke ranjang dan akan menangkap Luna.

"Kemarilah! Jika tidak, kau akan menanggung risiko sendiri!" ancam Galang.

Luna terkejut ketika dia melihatnya merangkak untuk menangkapnya. Saat ingin bangkir berdiri, kakinya sudah diseret oleh Galang, kemudian pria itu segera menghimpit tubuhnya di bawahnya.

Chương tiếp theo