Hari mulai gelap saat Rane tiba di penthouse, para maid sibuk menyiapkan makan malam. Hari yang cukup melelahkan di hari pertama ia bersekolah. Rane merebahkan tubuhnya di tempat tidur, ia mengambil ponselnya yang tadi sempat ia taruh di nakas samping tempat tidur.
Terdapat sebuah notifikasi, undangan sebuah grup yang berisi Laura, Tifany, dan Tessa. Dengan senang hati ia menerima undangan grup tersebut. Untung di hari pertamanya ia sudah memiliki teman baru yang menurut penilaiannya mereka adalah orang baik, kecuali Laura karena memang ia sudah mengenalnya dari mereka kecil.
Rane bertukar pesan dengan teman barunya sebentar melalui grup baru mereka, setelah itu ia bergagas untuk membersihkan dirinya. Ia menuju kamar mandi, air di dalam bathup sudah di siapkan sebelumnya oleh maid. Mungkin setelah mandi ia tubuhnya akan terasa segar dan lelahnya sedikit berkurang.
>>>
Tok… tok…tok….
Rane tengah duduk di kursi meja riasnya, ia mengeringkan rambutnya yang panjang dan indah itu menggunakan hair dryer. Tok… tok… tok…
Seorang mengetuk pintu kamarnya, Rane mematikan hair dryernya dan menaruhnya di atas meja. Ia bergegas menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
Bella salah satu maid yang baru ia tau namanya tadi saat ia tiba di penthouse. " Maaf nona, tuan sudah berada di bawah dan sedang di dalam lift."
Tadi Rane sempat berpesan kepada sarah dan Bella untuk memberitahunya jika sang kakak sudah tiba di lobi. " Baiklah, terimakasih Bella."
Bella undur diri dari hadapan Rane dengan menunduk hormat. Rane kembali masuk kedalam kamarnya memeriksa sekali lagi penampilannya. Dress berwarna soft pink tanpa lengan menjuntai sedikit di bawah lutut dengan potongan sederhananya. Nampak cantik di tubuh rampingnya.
Setelah ia rasa cukup ia bergegas menuju lantai bawah dengan menuruni anak tangga. Saat Rane menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir bertepatan dengan pintu lift terbuka menampakkan dua orang pria yang sangat ia kenali keluar dari dalam lift.
" Kak Shawn." Rane sedikit terkejut melihat salah satu pria yang sangat ia kenali itu.
" Hai, My Quen." Pria yang di sapa Shawn itu merentangkan kedua tangannya dengan senyum mengembang di bibirnya. Dengan senang hati Rane menerimanya, ia berjalan bahkan sedikit berlari menuju Shawn dan memeluknya erat.
" I miss u Quen." Shawn memeluk gadis mungil itu dan juga mengecup puncak kepalanya dengan sayang.
Shawn Daxon, sahabat sekaligus rekan bisnis Ray, mereka sudah berteman sejak di JHS. Shawn sendiri adalah CEO Daxon group yang bergerak di bidang otomotive dan perminyakan nomer satu di Italia.
Dehaman seorang menyadarkan mereka berdua, membuat mereka sedikit mengendurkan pelukan mereka dan melihat orang yang menganggung mereka yang sedang melepas rindu.
" Kalian melupakan ku?" Ray sudah jengah dengan dua orang itu jika sudah bertemu ia akan seperti tidak berada di sekitar mereka.
Rane tersenyum melihat tingkah kakak tertuanya itu, lalu beralih memeluk Ray dan mengecup pipinya. Dan dengan senang hati pula Ray menerima pelukan sang adik.
" Bagaimana hari mu di sekolah?"
" Menyenangkan, aku memiliki teman baru dan aku juga berada di kelas yang sama dengan Laura." Rane sangat tau meski ia tidak memberi tahu Ray, Ray pasti sudah mengetahuinya. Semoga saja ia tidak mengetahui kejadian yang terjadi di kafetaria.
" Kau bersekolah?" Shawn sedikit terkejut mendengarnya, ia tidak menyangka Ray mengizinkannya.
Rane mengangguk dengan antusias menjawab pertanyaan Shawn. Shawn yang melihat antusias Rane menatap tajam Ray. Yang di tatap hanya memberi isyarat untuk tidak bertanya lewat sorot matanya. Shawn hanya menghela nafas panjang, ia tidak tau apa yang saat ini di lakukan oleh sahabatnya itu, semoga saja apa yang ia pikirkan tidak benar.
" Ayo." Rane menggandeng kedua lengan pria dewasa itu mengajak mereka menuju meja makan.
Mereka bertiga menempati kursi masing-masing dengan Rane yang berada di tengah-tengah keduanya pria dewasa itu. Mereka makan malam dengan di selingi obrolan-obrolan ringan.
>>>
Tidak seperti biasanya Leon sudah siap dengan seragam sekolahnya, sebelum Felix menggedor pintu kamarnya seperti pagi-pagi biasanya. Leon menggunakan turtelneck hitam yang di lapisi blazer sekolahnya berwarna navy dengan kancing emas dan aksen sulaman benang emas yang menambah kesan mewah pada seragam sekolah BIA dan terdapat logo sekolah di sebelah kiri blazer. Dan celana panjang berwarna abu-abu dan tidak ketinggalan sneakers Nike Air Jordan 1 x Dior.
Meski di peraturan sekolah tertulis jelas harus menggunakan atribut lengkap mulai dari, kemeja, cardigan, blazer dan dasi yang di haruskan. Tapi, siapa yang berani menegurnya, hanya ada dua orang yang berani menegurnya pemilik Yayasan itu sendiri dan kedua orang tuanya.
" Tuan." Panggilan dari seorang dari luar kamarnya, yang sudah sangat ia hafal.
Leon membuka pintu, membuat seorang yang hendak mengetuk pintu, membuat tangan si pengetuk terhenti di udara. Leon hanya mengangkat sebelas alisnya melihat asistennya itu. Tanpa berkata Leon meninggalkan Felix yang masih diam bingung di depan kamarnya.
Seakan tersadar dari kebingunggannya Felix dengan cepat menyusul tuannya itu yang sudah menuruni anak tangga. " Anda baik-baik saja?" pertanyaan yang menurut dirinya sendiri cukup konyol itu, keluar dari mulutnya begitu saja.
" Sudah kau dapatkan apa yang kuminta semalam?" pertanyaan konyol Felix tidak Leon hiraukan, sebaliknya ia penasaran dengan jawaban Felix atas pertanyaannya barusan.
" Saya tidak yakin anda ingin mendengarnya sir." Mereka sampai di ruang makan. Di mansion sebesar ini Leon hanya tinggal dengan Felix dan ada beberapa maid dan juga bodyguard.
Sebenarnya kedua orang tua Leon tinggal di mansion ini juga. Hanya saja mereka jarang menetap lama di Paris dan lebih memilih menetap di New York. Karena pusat perusahaan mereka baru saja di pindahkan kesana. karena itu, kedua orang tuanya sangat jarang berada di Paris, hanya akan berkunjung sesekali.
Leon menarik salah satu kursi, maid dengan sigap mulai menyiapkan makan pagi untuknya. " Tell me."
Felix menghela nafasnya panjang. " Rane Queby. Salah satu penerima beasiswa dari Cromwell Corp. and no other information."
Semalam Leon memberi tugas kepada Felix dan Petta untuk mencari informasi tentang gadis yang entah sejak kapan mulai menarik perhatiannya itu. Karena itu ia tidak dapat berkonsentrasi dengan pekerjaannya semalam dan membuatnya kembali menyerahkan dokumen itu kepada Felix untuk di selesaikan. Nama dan wajah gadis itu terus saja berputar di kepalanya.
" How can?" Leon menghentikan tangannya di udara ketika ia akan memasukkan makanan kedalam mulutnya dan meletakkannya kembalii di atas piring. Ia mengernyit heran, itu juga yang dirasakan oleh Felix. Seharusnya mencari informasi seseorang tidaklah sulit untuk mereka berdua.
" Maaf Tuan."
" Apa kemampuan kalian yang mulai menurun?" sarkas Leon dan dan menatap Felix tajam.
Meski ia sering mendapat tatapan tajam namun kali membuatnya menunduk sangat dalam. Tidak pernah ia dan Petta melakukan pekerjaan yang hasilnya sangat mengecewakan seperti ini. Ia juga tidak menyangka jika dirinya dan Petta akan kesulitan mencari informasi gadis yang di minta bos mereka itu.
" Cari informasinya dengan lengkap!" Perintah Leon dengan penekanan di setiap katanya.
Felix kembali berdiri tegak. " Baik tuan." Lalu meninggalkan Leon.
Leon melanjutkan sarapannya yang tertunda, entah mengapa setelah mendengar penuturan Felix ia kehilangan nafsu makannya. Ia menyesap kopi hitamnya, merasakan rasa pahit yang bercampur asam menyapa indera perasanya di dalam mulut.
Sepertinya secangkir kopi cukup untuk sarapan untuk pagi ini. Ia bergegas meninggalkan meja makan menuju basement. Sungguh ia juga merasa sangat heran dengan keadaan dirinya untuk saat ini, tidak biasanya ia bangun pagi jika ia harus ke sekolah terlebih ia semalam tidak bisa tidur dan baru terlelap pukul 04.00 am. Ia kembali bangun tadi pukul 07.30am, Dan sekarang pukul 08.20am ia sudah di dalam mobil Aston Martin Valkyrie untuk menuju sekolah karena BIA baru masuk jam 09.00am. Sungguh luar biasa!
" Silver."
" Good morning Mr. Heaton."
" Nyalakan mobil." Leon mengenakan sabuk pengamannya.
Deru suara mobil sedikit membuat kebisingan. " Yes Sir." Mobil mulai bergerak meninggalkan mansion dan bergerak membelah jalanan kota paris. Perjalanan yang harus Leon tempuh untuk sampai di sekolah kurang lebih 30 menit. Karena Jarak mansion dan sekolahnya lumayan jauh terlebih lagi kemacetan yang ada.
>>>
Rane sudah rapih dengan seragam BIAnya mulai dari kemeja putih, rompi berwarna hitam karena mulai memasuki musim gugur dan udara semakin dingin. Tidak ketinggalan pula blazer berwarna navy dan rok abu-abu. Ia juga memadukan sepatu Gucci Black Brixton Loafers. Ia menggulung rambutnya dan menyisakan anak rambut yang jatuh di sekitar wajah dan tengkuknya. Rane juga mengplikasikan lip glos di bibirnya yang ranum.
" Selesai." Rane melihat dirinya sekali lagi di pantulan cermin.
Tok… tok…tok…
Pintu terbuka dan menampilkan Ray yang sudah rapih dengan kemeja abu-abunya dengan dua kancing terbuka yang juga di lapisi jas hitam yang sangat pas di tubuhnya yang atletis. Juga celana bahan berwarna hitam dan Fendi Black Forever Fendi Baguette Loafers. Dan ia tampan seperti biasanya.
" Kau akan pergi seperti itu?" tanya Ray tidak suka setelah melihat Rane menggulung rambutnya.
Rane mengangguk ia melihat Ray dari pantulan cermin meja riasnya. " Ada yang salah?" karena menurutnya tidak ada yang salah dengan seragam maupun wajahnya.
Ray berjalan mendekati Rane, dengan cepat ia membuka ikat rambut adiknya itu. " Ini yang salah." Rambut milik Rane kembali tergerai dan kembali menutupi leher.
" Sudah ku katakan bukan, untuk tidak mengikat rambut mu saat berada di luar rumah. Terlebih tidak ada aku ataupun El di dekat mu." Ray menggenggam Pundak Rane dengan lembut.
Rane cemberut melihat kelakuan sang kakak. " Aku hanya akan ke sekolah kak, disana juga ada Lucas dan anak buah kakak."
" Turuti saja apa yang ku katakan, aku hanya ingin menjaga mu." Ray mengecup puncak kepala Rane dan sedikit menata rambut Rane dengan bantuan sisir agar kembali rapih. " Ayo kita sarapan nanti kau terlambat."
Ray meraih tangan Rane dan menggenggamnya dengan lembut lalu mengajaknya untuk menuju ruang makan. Walaupun terlambat tidak akan membuat Rane dalam masalah, akan tetapi orang tua mereka mengajarkan mereka untuk taat akan semua aturan.
>>>
Leon tengah menatap seseorang yang baru saja keluar dari dalam sebuah mobil mewah Mercedes Benz S-Class Maybach S 560 dari kejauhan. Matanya tidak lepas dari gadis yang saat ini sudah berjalan memasuki lobi BIA dan berlalu menuju lift. Hingga seseorang merangkul tangannya, dan itu membuat perhatiannya teralihkan. Membuatnya menjadi pusat perhatian karena orang yang merangkulnya sengaja berbicara dengan sedikit keras. Untuk mengundang perhatian semua orang.
" Good morning my prince." Gabriel gadis yang merangkul lengan Leon. Sengaja mengeraskan suaranya untuk menarik perhatian. Ia tidak suka melihat Leon memperhatikan murid baru itu secara diam-diam. Sebenarnya ia juga tidak sengaja melihat Leon yang sepertinya sedang bersembunyi tadi.
>>>
Keadaan lobi BIA masih cukup ramai, meski bel tanda masuk 10 menit lagi akan berbunyi. Rane tengah menunggu untuk masuk kedalam lift sama seperti yang lain, meski terdapat escalator. Hingga perhatiannya teralihkan kepada dua orang, yang salah satunya tengah merangkul lainnya. Membuat banyak siswa yang mulai berbisik-bisik saat melihat mereka berdua yang nampak mesra.
Rane sangat tau siapa mereka. Tapi ia tidak ingin peduli dengan apa yang mereka lakukan dan lebih mengabaikan mereka. Ia lebih memilih memasuki lift yang terbuka dengan beberapa siswa yang juga sedang menunggu.
Leon yang melihat Rane memasuki lift. Leon langsung menyentakkan tangannya begitu saja yang dirangkul oleh Gabriel dan meninggalkannya begitu saja. Tanpa berkata apapun.
Sedangkan Gabriel sangat kesal dengan apa yang Leon lakukan kepadanya. Perlakuan Leon kepadanya juga tidak luput dari perhatian para siswa yang masih berada di lobi.
Hampir tiga tahun ia mengejar Leon, akan tetapi ia tidak pernah mendapat perhatian Leon. Sedangkan murid baru itu dalam sekejap bisa membuat Leon memperhatikannya. " Kita lihat nanti, apa yang akan aku lakukan padamu!!" Ucap Gabriel pada dirinya sendiri dengan senyum menyeramkannya.
***
08/11/2020