webnovel

RASA PENASARAN YANG BERUJUNG INGKAR JANJI

Ketika sedang menyendiri di balkon kamarnya, tiba-tiba sebuah suara ketukan pintu dari dalam kamarnya pun terdengar membuat Yashelino langsung menoleh ke belakang.

Laki-laki itu perlahan langsung berjalan masuk kedalam kamarnya kembali untuk membukakan pintu kamarnya tersebut.

Ketika di buka, muncul seseorang yang sedang berdiri dihadapannya dengan senyum yang mengembang membuat Yashelino langsung mengangkat kedua alisnya dan bertanya.

"Bunda," ujarnya.

Kemudian Yashelino melebarkan pintunya sehingga wanita itu bis memasuki kamarnya dan kembali menutupnya.

Dilihatnya wanita itu yang saat ini sedang memainkan matanya untuk memperhatikan setiap sudut ruangan yang ternyata masih sama sehingga membuat Yashelino yang melihatnya langsung kembali bertanya.

"Kenapa?" tanyanya kepada wanita itu. "Ada yang salah?"

"Sejujurnya sejak kepergian kamu dari Rumah ini bunda gak pernah berani buat datang ke sini lagi."

Mendengar itu Yashelino merasa tertarik dan masih menunggu kelanjutan dari yang sedang dikatakan oleh wanita yang ada dihadapannya.

Wera menghela nafasnya, kemudian tersenyum dengan begitu mengembang seolah sedang merasakan sesuatu yang sudah lama dipendamnya.

"Bunda kangen sama kamu, Yas. Sejujurnya Bunda seneng banget karena kamu mau nginep di sini, dan semoga aja kamu juga mau tinggal di sini lagi."

Laki-laki itu langsung menghela nafas setelah mendengarnya, lalu berjalan melangkahkan kaki mendekati Bundanya yang saat ini sedang memandangnya.

Kedua tangannya langsung ia masukkan kedalam saku celana sebelum dirinya kembali menuju balkon kamarnya dengan perasaan yang berat. Begitu pula dengan Wera yang langsung berdiri dan mengikutinya dari belakang.

"Yacel gak bisa, Bund. Aku gak bisa deket lagi sama Papa, orang yang aku banggakan dulu sekarang udah berubah."

"Tapi sampai kapan kamu sama Papa bakal terus-terusan kaya gini, hm?"

Kedua mata Yashelino menajam memandang lurus kedepan dengan berbagai pikiran yang tertuju kepada beberapa masalah yang selalu menjadi beban terbesarnya ketika melihat Bundanya sendiri.

"Tapi, kalau Yas jawab sekarang pun Bunda pasti gak akan bisa bantuin aku 'kan?"

Wanita itu langsung menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang mengepal kuat, ia benar-benar kesal dan marah ketika mengetahui bahwa dirinya tidak bisa berbuat apapun selain mengikuti kemauan suaminya sendiri.

Wera benar-benar tidak bisa melakukan apapun, bahkan menuruti permintaan dari putranya sendiri sehingga membuatnya merasa terlihat seperti menjadi seorang ibu yang buruk bagi Yashelino.

"Aku tahu Bunda gak akan pernah bisa," ujar Yashelino lagi. "Karena aku tahu kalau Papa gak akan pernah berhenti buat lakuin apapun yang dia mau, termasuk jual anaknya sendiri demi uang."

"YACEL!" tegur wanita itu ketika mendengar yang baru saja dikatakan oleh putranya sendiri tentang Orland.

"Kenapa Bund?" tanya Yashelino dengan senyuman sendunya. "Memang itu faktanya, 'kan? Papa gak pernah mikirin perasaan aku sebagai anaknya sendiri."

"Yacel, masih ada Bunda," ujar Wera kepada laki-laki itu.

"Bunda juga sama, gak bisa lindungin anaknya sendiri dari orang jahat dan serakah kaya Papa!"

Kedua manik matanya menatap seseorang yang sedari tadi berdiri dihadapannya itu dengan pandangan tidak percayanya.

"Yacel, sejak kapan kamu jadi berubah kaya gini?" tanyanya. "Apa semua ini karena James?"

"Jangan pernah sebut nama dia, Bunda. Karena Yas kaya gini bukan karena dia, tapi Bunda sama Papa sendiri yang buat aku jadi kaya gini!"

Benar, tidak seharusnya Wera menyalahkan anak dari saudaranya itu karena ini semua pasti karenanya dan Orland yang sudah membuat Yashelino putranya sendiri menjadi laki-laki yang seperti ini.

"Yacel, Bunda mohon sama kamu, sekali aja kamu nurutin kemauan Papa kamu," ujar Wera dengan tatapan sendunya. "Kamu bisa tolak secara terang-terangan dihadapan anaknya, tetapi kamu gak bisa nolak perjodohan ini dihadapan banyak orang, termasuk kedua orang tuanya dan Papa kamu."

Yashelino yang sedari tadi diam membelakanginya pun langsung menoleh saat mengetahui bahwa Bundanya baru saja mengatakan sesuatu hal yang sangat mengejutkan untuknya itu.

"Maksud Bunda...?" tanya laki-laki itu dengan pikiran yang tertuju kepada apa yang baru saja dikatakan oleh Wera. "Bunda baru aja suruh aku ..."

Wera menganggukkan kepalanya dan tersenyum, lalu ia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati putranya tersebut lalu dirinya membawa Yashelino kedalam pelukannya sehingga bisa melampiaskan bagaimana besarnya rasa sayang wanita itu.

Sementara itu Yashelino yang saat ini sedang dipeluk oleh Wera pun kini tersenyum senang dan dengan cepat membalas pelukannya dan melampiaskan bagaimana hangatnya dekapan wanita itu yang sudah lama dirindukannya.

"Bunda," ujarnya sedikit berbisik. "Terima kasih banyak."

"Iya, Bunda juga gak bisa biarin kamu terus-menerus kaya gini. Maafin Bunda selama ini ya," ujar Wera dengan perasaan bersalahnya itu.

Setelahnya Wera pun kembali keluar kamar dan sebelum pergi wanita itu menyempatkan diri untuk mengusap puncak kepala putranya tersebut.

"Tidur yang nyenyak ya, Yacel."

"Iya Bunda, pasti."

Yashelino tersenyum kepada Wera yang saat ini sedang memandangnya dengan penuh kasih sayang, lalu wanita itu pun benar-benar pergi meninggalkan kamarnya setelah perbincangan serius dengannya.

Jika dipikirkan kembali, apa yang baru saja dikatakan oleh Wera memang ada benarnya juga. Seharusnya ia tidak perlu memusingkan hal seperti itu karena sebenarnya hanya dirinya sendiri yang bisa menentukan akan bagaimana perjalanan kisah hidupnya.

"Gue gak nyangka Bunda bisa berpikir kaya gitu," gumamnya dengan senyum bahagianya. "Oke, kita mulai rencananya."

Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi Yashelino, karena sebelum tidur laki-laki tersebut terus saja memandang sebuah foto dari seorang gadis yang membuatnya cukup tertarik untuk terus bermain-main dnegannya.

Tetapi ada satu hal yang selama ini belum juga Yashelino sadari, yaitu bagaimana caranya untuk melepaskan mainannya sendiri. Jika ternyata pada akhirnya laki-laki itu mengingkari janji dan kesepakatan yang sudah ia dan James buat, lantas apa yang akan terjadi kepada dirinya nanti?

Semua kembali kepada Yashelino sendiri dan laki-laki itu tidak akan pernah tahu bahwa apa yang dikatakan oleh James memang ada benarnya juga.

Lagi, ia harus kembali teringat dengan apa yang dikatakan oleh saudaranya itu kepada dirinya sehingga membuat Yashelino kembali mengacak-acak rambut dan berdecak frustasi.

'Untuk saat ini mungkin iya.'

'Tapi suatu saat nanti kalau seandainya lo udah tahu yang sebenarnya mungkin bakalan beda.'

'Gue gak tahu harus percaya atau enggak sama kata-kata lo.'

Yashelino menghela nafasnya panjang, hatinya kembali sesak setelah mengingat perkataan dari laki-laki itu. Ketika mendengarnya seakan bahwa ada sesuatu yang diketahui oleh James, tetapi tidak diketahui olehnya.

Dan ia sekarang merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya tidak dirinya ketahui tentang yang dimaksud oleh James sendiri.

"Lo bikin gue penasaran, James. Kalau terjadi sesuatu diluar kesepakatan gue minta maaf sama lo."

Setelahnya Yashelino langsung tersenyum smirk ketika laki-laki itu akan sedikit merasa bahwa sepertinya ini akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan untuknya.

Apa itu artinya Yashelino bakal ingkar janji?

giantystorycreators' thoughts
Chương tiếp theo