Aku sudah selesai dengan acara yang tidak menyenangkan tadi, Saat ini aku memilih untuk kembali ke dalam kamar. aku bisa Membaca buku atau bisa tidur hingga pagi, apa saja. asal tidak berada dalam kerumunan orang-orang yang sedang memuji Ibu dengan sangat Berisik.
Aku menghela nafas pelan, ketika dua pelayan menyambut kedatanganku dan membuka pintu untukku. aku masuk ke dalam dan Langsung merebahkan tubuh di atas kasur, Ku kira Panglima akan pergi dariku. Tapi nyatanya dia ada disini dan Dengan kesetiaannya dia berdiri di tempat biasa, menatap diriku dengan pandangan datar.
"Apakah hanya itu yang bisa kau lakukan panglima? Apakah kau tidak punya pekerjaan lain? Mengikuti aku sepanjang waktu, bahkan sampai aku mau tidur?." Tanyaku dengan malas, dia hanya mengangguk dengan wajah datarnya.
Aku berdecih dan Mengacak rambutku dengan kesal, menyesal karena sudah berdandan cukup lama. padahal aku kira akan sesuatu yang romantis malam ini, Mengingat Raja Drakon sendiri yang mengajakku untuk minum teh. Tapi nyatanya hanya acara tidak penting yang membuatku muak.
"Apa yang membuat Puteri Rosa marah saat ini?." Satu pertanyaan panglima membuatku menatap ke arahnya.
"Aku tidak marah, memangnya aku marah?." jawabku dengan asal.
"Anda terlihat marah Puteri." Aku bangun Dengan kesal, lalu berjalan ke arah Panglima sambil mengangkat gaunku dengan sangat susah payah.
Aku berdiri di depannya dan memandang wajahnya dengan lekat. "Lihat, apakah aku marah? Aku hanya kesal saja. Kenapa kau selalu mengikuti diriku." ujarku sedikit berbohong, tidak hanya sedikit. aku rasa sangat banyak.
"Ini tugasku, anda sendiri yang memberikan aku tugas seperti ini Yang Mulia Puteri Rosa." Aku kesal mendengar jawaban Panglima, Aku kembali ke atas kasur dan memilih untuk duduk saja. melepaskan bunga-bunga yang menghias rambutku saat ini.
Karena sedikit kesusahan, aku malah Menarik rambutku sendiri. "Aw..!" Kataku pelan.
Suara langkah kaki Panglima membuatku menengok, Dia berdiri di depanku dan Membantuku melepaskan bunga yang menghias kepalaku. "Jika butuh bantuan, jangan sungkan memintanya." Suara seksi panglima membuatku terdiam, aku dapat mencium aroma tubuh panglima yang tercium seperti aroma kayu manis dan bunga Lavender. aromanya sangat menenangkan dan aku suka..
Aku memperhatikan dari bawah wajahnya yang cukup tampan dan Mempesona, Melihat bagaimana dia memperlakukan aku dengan baik dan dengan sangat hati-hati. Aku tau Panglima memang orang yang lembut, hanya saja pekerjaannya yang membuat dia terlihat dingin dan Sedikit menyeramkan.
"Panglima, apakah kau tidur dengan nyenyak setiap malam?." Tanyaku, karena aku selalu melihat Panglima sebelum tidur dan Melihatnya saat bangun. Aku seperti tidak pernah tau kapan dia istirahat sebenarnya.
"Aku? Aku tidur dengan nyenyak." Katanya singkat, Dia masih sibuk merapihkan rambutku yang panjang. Aku bahkan mau dia berlama-lama di depanku dan memegang rambutku, jadi aku bisa mencium aroma tubuhnya lebih lama lagi.
ASTAGA Rosa, ada apa denganmu? Lagi-lagi kau berpikir macam-macam.
"Kau tidur Dengan nyenyak, padahal jam tidurmu sangat sedikit. kau selalu ada sebelum aku tidur, dan selalu ada saat aku bangun. Aku jadi berpikir, kau akan kurang tidur. Apalagi setiap hari kau tidak punya libur dan selalu menemani aku. ahh.. lebih tepatnya kau selalu menemani Kakekku, lalu menemani aku." Aku bertanya lagi padanya, dia terlihat menghentikan gerakannya dan berjalan mundur. lalu melihat ke arahku sambil tersenyum.
Senyum yang membuat seluruh persendian dan otakku berhenti seketika, senyum itu membunuhku. membunuh setiap akal sehat dan gerakan tubuhku.
"Sebenarnya, aku baru beberapa hari ini menemani dirimu setiap hari. Sebelumnya aku tidak selalu dekat dengan Yang Mulia Raja Rendra. Aku hanya beberapa kali saja ada di dekatnya, disaat acara tertentu dan saat rapat dewan. Tapi karena kelalaianku itu, aku kehilangannya. Jadi aku tidak mau kehilangan dirimu juga, Aku lebih memilih tidur dengan waktu yang sedikit. di bandingkan aku tidak akan bisa tidur lagi karena merasa bersalah padamu." Kata kata Panglima membuatku semakin terdiam, aku saja sampai menahan nafas dan Terpesona dengan apa yang dia ucapkan barusan.
Apakah Panglima memang pandai berbicara manis? kenapa rasanya jantungku mendadak bergetar dengan sangat hebat?
"Kenapa kau merasa bersalah panglima? Kau hanya melakukan tugasmu. Mati dan Hidupku sudah di atur oleh Dewa Dewi." Ujarku padanya.
"Jika Kematianmu Memang sudah di atur, maka aku mau Ada di sampingmu saat nafas terakhir yang kau hembuskan. Karena itu sumpahku pada Raja Rendra." katanya lagi..
"kau sempat berbicara Dengan kakekku? kapan? Apakah dia menitipkan diriku padamu?." Tanyaku semakin penasaran.
"Raja Rendra sudah tau bahwa ajalnya semakin dekat, itu kenapa dia sudah mempersiapkan semuanya. Dia memintamu menjadi seorang Ratu bukan tanpa sebab, Karena Raja tau. Jika ibuku yang meneruskan tahta ini, Kerajaan akan ada di ambang kehancuran. Tapi sialnya, Raja Drakon lebih licik dan mempengaruhi dirimu dengan taktik dan pesonanya, apakah kau jatuh pada pesona Raja Drakon?." Satu pertanyaan Panglima membuatku langsung gugup, aku memandang arah lain dan Menelan ludah susah payah..
"Aku.. aku.. Tidak.. Aku.. Aku hanya memikirkan diriku saja, maksudku. Aku masih belum cukup mampu, kau tau itu Panglima. Jika aku sudah mampu, Aku yakin ada waktu dimana aku akan memimpin Kerajaan ini." Kataku Dengan sangat percaya diri.
"Kapan waktu itu tiba? saat kerajaan Ini sudah hancur? Kau tidak tau bagaimana sikap ibumu, Puteri Rosa. aku dan Raja Rendra selalu menahan ibumu untuk melakukan Hal-hal buruk, itu kenapa ibumu selalu di kurung dalam kerajaan. bukan karena dia hamil tanpa suami, atau dia yang hamil karena di perkosa. Tapi karena ibumu memang punya sifat yang buruk. Dia punya hati yang kotor, dan hanya menunggu saatnya tiba saja. Sampai ibuku Menyingkirkan dirimu dan menjadi Ratu selamanya." kata Panglima
"Panglima!!." Aku menatap matanya dan langsung berdiri di depannya. aku menekan kuat-kuat tanganku yang sudah mengepal di balik gaun. "Jaga bicaramu! Kau tau bahwa dia adalah Ratu kerajaan Centaurus. kau harus menghormatinya." Ujarku memperingati Panglima, karena mau Bagaimanapun Ibu adalah Ibu Kandungku tentu saja aku tidak terima dengan semua penghinaan ini.
"Anda akan sangat menyesal nantinya Puteri, Anda sudah lihat sendiri bagaimana Ratu Madeleine, di awal pengangkatannya sebagai Seorang Ratu. Dia bahkan melakukan jamuan teh yang tidak perlu, menghabiskan banyak stok makanan kita sebelum memasuki musim dingin, seharusnya dia merayakan hari yang indah ini, dengan memberikan makan kepada Fakir miskin. Seperti apa yang di lakukan oleh Para leluhur kita, bukan malah menjamu Keluarga besar dengan pesta Teh yang tidak penting seperti ini. Anda sendiri yang kesal melihat semua itu, tapi anda masih tidak sadar Puteri?." Panglima menekan Pertanyaan Dan Membuatku langsung terdiam. aku memilih untuk menghindari tatapan mata Panglima dan Menatap ke arah jendela kamar.