Tidak peduli dengan fakta jika Alana memang hamil. Reynaldi tidak bisa memberi tahu orang lain begitu saja, bahkan jika itu adalah pacarnya Alana sendiri.
Alis Jessica mengkerut pertanda bingung dengan segala situasinya, dan dia langsung menyeret lengan Reynaldi.
"Reynaldi, apa yang terjadi dengan Alana? Apakah dia ..."
Dalam benaknya dia ingin memberitahukan kabar ini, atau mungkinkah ... Jessica sudah mengetahuinya?
Jessica menelan ludahnya karena gugup dan bertanya dengan hati-hati, "Apakah dia ... menderita penyakit mematikan?"
"Apa!"
Begitu Jessica menyelesaikan pertanyaannya, pria itu langsung memukul kepalanya, dan kemudian memutar kedua matanya.
"Jangan mengada-ngada!"
Jessica mengira tidak ada yang salah dari pertanyaannya, dan dia merasa khawatir kepada Alana. Namun, kenapa Reynaldi terlihat panik dan marah begitu? Dia juga memukulnya!
"Lalu kenapa wajahmu seperti itu tadi! Seperti orang yang sedang tertekan saja!" ucap Jessica.
"Dia sedang tidak enak badan saja. Bisakah kau tidak menggangguku lagi dengan pertanyaanmu itu?"
Reynaldi bertanya dengan sinis.
Jessica menjawab dengan lemah, "Kalau begitu, tidak perlu menunjukkan raut wajah tegang seperti itu. Kau membuatku takut ..."
"Oke, aku tidak ingin berbicara lebih banyak lagi. Alana hanya sedang tidak enak badan."
"... Oh." Jessica seharusnya ingin bertanya lagi karena masih ada yang merasa janggal, tapi dia urungkan.
Reynaldi sepertinya dapat membuat semua orang ketakutan dari raut wajahnya.
Serius ... bahkan lebih menakutkan dari ayahnya.
Ketika Reynaldi bangsal inap Alana, Jessica benar-benar tidak diperbolehkan masuk mengikutinya. Dia benar-benar diusir pergi tanpa bisa menjenguk Alana.
Malam ini, dia memang sedikit lelah. Akhirnya memutuskan untuk datang ke sini lagi besok.
Ketika dirinya masuk ke lift, dua orang perawat mengikutinya masuk.
"Tadi kau bilang bahwa anak-anak muda jaman sekarang sangat bebas dan sering melakukan itu. Tapi kenapa mereka tidak tahu tentang alat kontrasepsi? Apa mereka tidak diajari di sekolah?"
"Benar. Mereka semaunya sendiri dan seakan tahu segalanya. Tapi soal itu aku tidak memahaminya! Di usia muda seperti itu, mungkin mereka tidak berpikir akan konsekuensinya." ucap seorang lagi.
"Gadis tadi masih baru berusia sembilan belas tahun, dan pacarnya terlihat cukup perhatian dan sabar padanya."
"Tidak peduli seberapa sabar dirimu, kau tidak akan sanggup memikul beban tanggung jawab yang besar di usiamu yang masih muda? Bukankah pilihannya adalah aborsi? Semua orang sering melakukan itu ..."
Rasa kantuk Jessica menghilang. Mendengar percakapan kedua perawat itu, membuat jantungnya berdebar. Dia mendongak untuk melihat dua perawat berusia awal tiga puluhan di depannya, dan bertanya, "Gadis yang Anda bicarakan ... Apakah gadis di bangsal 401 yang bernama Alana tadi?"
_______
Ada empat tempat tidur di bangsal Alana. Dua ranjang yang di tengah kosong, dan Alana tidur dipojok di ranjang yang paling dekat dengan jendela.
Reynaldi sedang duduk di kursi di samping tempat tidurnya. Dapat terlihat langit gelap malam dari jendela di belakang tubuhnya.
Gadis yang tengah berbaring di tempat tidur itu seharusnya dia kenal, namun mengapa hatinya begitu sakit saat menatap sosok yang tertidur itu? Dia tidak pernah berpikir bahwa Alana seorang gadis seperti itu, yang menyembunyikan segalanya darinya.
Selama sembilan belas tahun mengenalnya, tidak ada rahasia di antara mereka berdua.
Alana, apa yang kau pikirkan saat kau bersamaku setelah bersama dengan orang lain ...
Apakah kau kali ini serius dengannya? Atau menurutmu ... aku tidak akan mempedulikanmu?
"Ding!" Lift berhenti di lantai empat lagi, dan Jessica keluar dari lift dengan berlari. Sesampainya di depan pintu bangsal, dia langsung mendobraknya! Suara dobrakan pintu yang keras mengejutkan orang lain di dalam bangsal itu.
"Apa yang kau pikirkan? Kau berpikir aku akan diam saja setelah mendengar semuanya!?"
Jessica bergegas mengatakannya kepada Reynaldi. Matanya memerah karena amarah dan menatap tajam langsung ke pria yang terlihat kaget itu.
"Jelaskan! Sebenarnya apa yang terjadi?"
Reynaldi hanya terdiam.
Jessica melangkah maju dan menjambak kuat rambut Reynaldi. "Reynaldi! Dia baru berusia sembilan belas tahun!"
"..."
Jessica cemas. Dia menjambak rambut Reynaldi dengan kuat dan membuat pria itu kesakitan, wajahnya memerah menahan sakit di kepalanya.
Tidak heran Reynaldi begitu menutupi fakta kehamilan Alana.
Tentu saja dia tidak berani memberi tahu Jessica tentang kehamilan Alana! Dengan sifatnya seperti ini, dia tidak akan berpikir dengan jernih dan memarahinya!
Jika Reynaldi berbohong atau membuat Alana terluka, dia bersumpah tidak akan pernah berbuat seperti itu pada Alana!
Mood Reynaldi bisa dibilang sangat buruk, saat Jessica menjambaknya seperti ini. Amarahnya memuncak.
Namun, bukan itu yang sebenarnya menjadi penyebab kemarahannya.
Karena ... dia masih merasa tertekan saat melihat Alana yang tidur dengan gelisah.
Menarik tangan Jessica dari kepalanya, dia bangkit dan berkata, "Keluar."
Jessica mencengkram kedua tanggannya kesal dan mengikutinya keluar bangsal. Mereka berhenti saat sudah mencapai tempat yang sepi dan agak jauh dari bangsal.
Reynaldi masih bisa melihat kemarahan di mata gadis itu. Ada terlalu banyak emosi di matanya.
"Kau sudah tahu?" tanyanya langsung.
"Jika aku tidak mendengar kedua perawat itu yang bergosip tentang Alana, aku khawatir aku tidak akan pernah mengetahuinya dan kau dengan bebas menyakiti Alana lagi!" jawab Jessica marah. Wajahnya memerah karena emosi.
Reynaldi menarik napas dalam-dalam, Jessica memang benar-benar peduli kepada Alana.
Jessica Putri Baskoro … memang sahabat Alana.
Dia tidak pernah menyangka bahwa seorang gadis dari keluarga berada seperti Jessica benar-benar mempedulikan Alana yang berasal dari keluarga biasa, bahkan menganggapnya sebagai sahabat.
Jika dilihat-lihat, Jessica dan Alana mirip, dengan dua mata besar dan kepribadian yang lucu dan periang, membuat keduanya mudah akrab dengan orang lain.
Tetapi hanya itu, dia berpikir bahwa kemampuan menari mereka berbeda. Kemampuan menari Alana lebih baik dari Jessica. Mungkin gadis itu harus lebih banyak berlatih untuk bisa lihai seperti Alana.
Kalau tidak, mustahil bagi Alana untuk tetap bertahan di klub menyanyi dan menari mereka, Mentari?
"Mengapa kau diam saja? Pria pintar?! Kau itu pintar, bahkan perusahaan-perusahaan ternama bersaing untuk mendapatkanmu! Kupikir kau adalah orang yang teliti dan hati-hati! Kupikir--"
"Pada hari keluargaku pindah, orangtuanya berkata bahwa tetangganya baru saja melahirkan seorang bayi. Ibunya berkata bahwa gadis ini sangat mudah menangis. Mereka dapat mendengarkan suara tangisnya bahkan di lantai tiga tempatnya tinggal. Suara tangisnya yang keras memecahkan keheningan di malam hari."
Reynaldi bersandar di dinding belakangnya. "Ibu Alana merasa bersalah sekaligus putus asa. Dia berkata bahwa dia tidak bisa tertidur bahkan di siang hari, karena gadis kecil ini terus menangis sepanjang malam."
Jessica berdiri di depannya, terus mendengarkan Reynaldi yang sedang berbicara tentang masa kecil Alana ...
Kalau gadis itu ditinggal, dia bisa menangis dengan kencang. Ibuku mengajakku berkunjung kerumahnya. Saat itu, usiaku kurang dari dua tahun. Konon kata mereka gadis itu berhenti menangis ketika melihatku. Ibu Alana sangat senang. Setelah itu, ibunya mulai sering menitipkan Alana di rumah kami. Dari situ, hubungan antara dua keluarga itu pun terjalin. "
Mengingat tentang momen ini, membuat Reynaldi tertawa kecil.
"Apa yang kau ceritakan padaku ini?" Jessica tidak mengerti mengapa Reynaldi tiba-tiba bercerita tentang masa kecil mereka berdua.
Reynaldi tidak menjawab, tapi melanjutkan, "Alana sangat gemuk ketika dia masih kecil. Seorang gadis yang gemuk berpipi tembam, tapi dia selalu berbicara lembut dan sangat manis, karena itu dia sangat populer di lingkungan rumah kami. Ketika seseorang memberinya makanan ringan, dia langsung bertemu denganku dan pamer. " Dia masih melanjutkan ...
"Dia tidur di menginap dan tidur di kamarku setiap lima hari dalam seminggu. Aku tidak suka dengan itu. Lalu ibuku berkata dia adalah Alana seperti menantu perempuannya. Aku tidak mengerti maksudnya saat itu. Aku tidak tahu bahwa dia hanya bergurau. Ibuku suka sekali menggodaku tentang ini."