webnovel

Perlu Latihan Lain

"Hearghh satu, dua, tiga...ugh,"

"Lebih keras lagi aaaa."

"K-kurang kuat ad-du-duh dorongnya..."

Oke, jangan berfikiran kemana-mana dulu. Kini Lysanser dan Liana sedang berlatih fisik, di sini tidak ada siapa yang mengajari siapa yang diajari. Karena pada dasarnya baik Liana maupun Lysander tidak terlalu ahli pertarungan fisik. Tapi kalau boleh dibilang Liana sedikit lebih unggul, karena Liana lebih sering melatih tubuh dan kekuatannya ketimbang Lysander.

Kalau melihat ke belakang, tepatnya ketika Lysander membantu Nenek Louvinna memberantas hama kutu koksipoff tentunya kalian ingat dengan kekuatan magisnya Lysander.

"Fiate verrum."

"Wahh enaknya bisa menyimpan segala sesuatu di tempatmu," ujar Liana yang sedang berpangku dagu dengan tangannya.

"Tapi fungsinya tetap sama seperti tempat penyimpanan biasa, kalau menyimpan makanan juga bisa busuk. Tapi aku heran, kalau menyimpan mahluk hidup malah tidak akan berubah." Lysander sambil bergumam diucapannya yang terakhir.

"Apa?" Liana kurang mendengar apa yang Lysander ucapkan.

"Tidak apa-apa," ujar Lysander menggeleng. "Mau?" ujar Lysander menyodorkan botol minuman ke arah Liana.

"Terima kasih Lysander," ujar Liana seraya menerima botol berisi minuman dari tangan Lysander.

"Berlatih fisik di musim dingin mirip dengan berlatih berlari di kubangan lumpur. Sangat memberatkan, apalagi untuk bagian pernafasan." Lysander bersender di salah satu bagian tembok.

Ya, mereka tidak latihan di tempat yang benar-benar terbuka. Tapi di dalam ruangan, ini masih awal dan mereka perlu melakukan latihan yang tingkat kesukarannya masih normal terlebih dahulu. Apalagi hari yang bersalju menurunkan suhu dalam tubuh, bernafas juga tidak lebih mudah ketimbang musim lainnya. Jadi mereka latihan di dalam ruangan saja.

Kekuatan magis Lysander dapat membuat semacam ruang yang menyimpan segala benda. Baik itu peralatan, makanan, ataupun manusia. Tapi kata Lysander kalau kita menyimpan makanan, makanan tersebut bisa busuk. Di bagian situ yang agak membingungkan. Memangnya di dalam ruang yang Lysander ciptakan itu bentuknya bagaimana?

Oke, terlalu awal membahas itu.

"Apa kau bisa masuk ke dalam ruang yang kau ciptakan itu?" tanya Liana.

"Tentu, tunggu...kenapa kau bertanya tentang itu?" tanya balik Lysander.

"Tidak, aku hanya penasaran saja," jawab Liana santai.

"Hoo begitu," jawab Lysander sekenanya.

'Ish, dasar tidak peka! aku ingin kau menunjukkannya padaku. Aku jadi semakin penasaran.' Liana membatin.

'Haha, kau kira aku tidak peka? aku hanya tidak ingin saja menunjukkannya sekarang. Nanti ada waktu ketika aku harus menggunakan penuh kekuatan magisku ini.' Lysander membatin.

Entah kenapa batin mereka bisa berbalasan pas seperti itu.

"Jangan sentuh aku." Lysander mundur beberapa langkah ke belakang.

"Kok? kenapa begitu?"

"Kau mau merubahku jadi weapon kan?" tanya Lysander.

"hm? kau ini bisa baca fikiran orang lain ya?"

"Kenapa kita saling balik menanyai begini? arghh pusing."

"Lho? itu kau bertanya lagi."

Mari sudahi percakapan yang semakin tidak jelas seperti ini. Meskipun di dalam ruangan, tetap saja udara dingin masih dapat menusuk kulit. Ruangan yang mereka pakai untuk berlatih ini merupakan ruangan kosong tak terpakai yang agak luas di dalam Coil Cottage. Atapnya ada yang sedikit berlubang, jadi kalau ada hujan bisa sedikit rembes ke dalam. Dan sekarang lantai semen dalam ruangan itu menjadi licin. Tak sedikit banyaknya Liana dan Lysander terjungkang ke belakang ketika tak berhati-hati.

"Kalian bilang mau latihan, tapi malah asyik mengobrol seperti ini." Lyosha memandang Liana dan Lysander sambil minum coklat hangat, lalu memberi satu gelas coklat panas lain ke Liana. "Ini Liana, untukmu."

"Terima kasih Kak Lyosha." Liana menerima coklat tersebut sambil tersenyum.

Lysander menyernyit, menatap heran Lyosha. "Untukku?"

"Buat saja sendiri. Kau punya tangan dan kaki, jangan manja!" seru Lyosha melengos melewati Lysander.

"Dasar pilih kasih!" Lysander memajukan bibirnya.

'Imutnyaa...aku yang perempuan saja kalah sama dia," batin Liana gemas.

"Ini Lysander, kalau kau mau coklat." Liana menyodorkan gelasnya, ia belum meminum coklat itu.

"T-tidak usah Liana, aku tidak serius kok. Aku memang ingin membuat sendiri nanti, terima kasih." Lysander kikuk. "Aku minjam dapurmu ya Liana."

"Oke Lysander, silahkan."

Lalu Lysander pergi pergi ke dapur. Liana dan Lysander memutuskan istirahat sebentar. Di dapur Lysander bertemu Lyosha yang sedang menikmati kudapan yang sudah tersaji di meja makan.

"Dasar lancang! makan milik orang lain sembarangan!" seru Lysander.

"Agwhu waphar. Agwhu imwi mhanhuswia jhugwa tawmhu! (aku lapar. Aku ini manusia juga tahu!)" balas Lyosha dengan mulut penuh kudapan.

"Ya, ya, ya, terserah." Lysander memutar bola matanya malas.

Lyosha yang masih berkutat dengan kudapannya-coret kudapan Liana maksudnya-tak menyadari ada sosok lain yang tengah memperhatikannya tepat di samping kanan tubuhnya.

Begitu ia menoleh ke samping kanannya se-toples penuh kue jahe ditangannya melayang bebas ke udara. Ditambah dengan 3 kue jahe yang menyangkut di salah satu organ penunjang pencernaanya. Lysander hanya menatap datar ke arah Lyosha.

"Maaf kak Lyosha, ini minum dulu." Liana menyodorkan segelas air putih untuk Lyosha.

"Kenapa kau tidak bakar saja kue jahe yang tersangkut di kerongkonganmu itu?" ujar Lysander santai lalu menyeruput kopi.

Lyosha yang mendengar itu hanya bisa menunjuk wajah Lysander sambil melayangkan tatapan 'Awas nanti! akan ku cekik kau sampai lehermu memanjang!'

Setelah minum Lyosha merasa lebih lega dan meletakkan gelas ke meja. Sebelum Lyosha hendak mencekik Lysander, Liana sudah menahan Lyosha untuk tidak melakukan aksinya tersebut.

"Kenapa kau tiba-tiba ada di sampingku?"

"Hehe, maaf Kak. Aku sedang mencari kehangatan, jadinya aku mendekatimu. Soalnya kau hangat sekali." Liana mendusel ke Lyosha.

Tentunya Lyosha kesenangan melihat Liana menempel kepadanya seperti kucing dengan majikannya. Lyosha lalu memeluk erat Liana dengan penuh kasih sayang. Entah siapa yang mendapatkan keuntungan lebih banyak, tapi intinya ini termasuk simbiosis mutualisme.

"Sungguh enak kalau aku bisa menghangatkan diri kapanpun yang ku mau seperti dirimu," ucap Liana masih dalam pelukan Lyosha.

"Yah...itu kan karena jenis kekuatan magisku yang memang merupakan nafas api. Tunggu! jangan berfikir aku menyemburkan api dari hidung ku seperti naga." sanggah Lyosha terlebih dahulu. Lyosha yakin Liana tengah berfikir kalau ia bisa menyemburkan api lewat alat pernafasan nya tersebut.

"Iya, Iya, aku tahu kok." ujar Liana sambil manggut-manggut. "Lalu apa alasanmu jadi menamainya begitu?"

"Sesuai dengan kata dari mantra magisnya sendiri. Kau masih ingat?"

"Hoo iya! aku ingat," jawab Liana semangat. "Spirare ignis."

"Anak pintar." Lyosha mengusak pucuk kepala Liana. "Tapi masih ada satu alasan lagi," lanjutnya.

"Hee? apa itu Kak?" tanya Liana dengan wajah innocent.

"Karena kekuatan api ku ini bergantung besar pada pernafasanku," jawab Lyosha.

Lysander melotot, ia menyadari sesuatu. Lalu lampu ide muncul di atas kepalanya. 'Itu dia! kenapa aku tidak menyadarinya sedari lama, dasar Lysander bodoh," batin Lysander.

"Lyosha, kau harus ikut dengan kami berdua berlatih mulai dari hari ini! dan kau harus melatih aku dan Liana." titah Lysander mutlak.

Lyosha hanya menoleh dan bingung. Tumben adiknya jadi seperti ini, ah tapi Lyosha tak perduli, karena latihan ini akan menjadi menarik baginya.

"Oke, aku dengan senang hati ikut dan melatih kalian. Tapi bersiaplah, aku bukanlah orang yang lemah lembut." Lyosha menunjukkan seringai tipisnya.

Sekarang latihan mereka dimulai. Kini mereka sedang duduk selonjoran di kursi kurang tamu. Lah? kalau begini berarti latihannya mudah dong?

"Aku sudah menyiapkan ini untuk kalian. Tidak perlu repot-repot berlari atau berloncat-loncat. Untuk latihan pertama kita pakai yang begini saja," ujar Lyosha dengan senyum yang mencurigakan.

Liana sangat semangat, Lysander malah merutuki keputusannya tadi. Dia baru sadar kalau kakak semata wayangnya ini adalah orang yang kurang waras, begitulah menurut Lysander.

"Mana? apa yang akan kau berikan?" tanya Liana dengan mata berbinar seperti anak kucing yang minta makan.

Lyosha menyodorkan sebuah kantong minum yang tebal untuk Liana dan Lysander. Liana mengambilnya dengan antusias dan langsung pergi ke dapur.

"Mau kemana?" cegat Lyosha.

"Mengisinya dengan air," balas Liana.

"Memangnya aku sudah memberi instruksi?" Lyosha mengangkat sebelah alisnya.

"Ehh?"

'Aku harap Alveolus, bronkiolus, dan seluruh organ pernafasan ku akan baik-baik saja,' sesal Lysander dalam batinnya.

"Duduk di sini anak manis." Lyosha kembali mendudukan Liana di sebelah Lysander.

"Tiup kantung ini sampai kantung minum ini berlubang," titah Lyosha.

Liana melotot, Lyosha tersenyum, Lysander memesan jasa kremasi, say good bye untuk pernafasan Liana dan Lysander.

"M-memangnya k-kak Lyosha bisa membuat kantung ini berlubang?" tanya Liana takut-takut.

"Bisa," jawab Lyosha dengan yakin.

Lalu Lyosha mengambil satu kantung minum lain dan meniupnya, dalam dua kali tiupan saja kantung itu langsung berlubang. Liana tertegun, Lysander biasa saja. Ya, karena ia sudah tahu kalau kakaknya ini monster. Liana menatap ngeri, bagaimana tidak? kantung minumnya itu cukup tebal. Terbuat dari bahan anti air dan dilapis kain lagi pada luarnya. Liana yakin tebalnya itu sekitar lima senti. Kalau menurut kalian itu adalah hal yang remeh, mungkin kalian bisa mencoba sendiri di rumah lalu berikan testimoni kalian ke sini. Kalau kalian masih bisa bernafas dengan normal tentunya.

Lyosha dengan santainya mengawasi latihan ekstrim Liana dan Lysander. Dan dua objek percobaan Lyosha itu wajahnya sudah mulai berubah warna. Yang satunya biru dan satunya lagi ungu. Lyosha jadi teringat jajanan pasar malam di pusat kota.

Namun melihat itu tiba-tiba wajah Lyosha menyernyit tidak suka.

"Berhenti," titah Lyosha.

Keduanya pun langsung berhenti, dada mereka terasa sangat sakit seperti sedang dirajam.

"Aku menyuruh kalian meniup itu sampai berlubang namun bukan berarti harus berlubang dalam sekali tiupan tanpa mengambil nafas! dasar tidak cepat paham!" seru Lyosha sambil bersedekap.

"Lalu?" tanya Lysander.

"Aku fikir kau benar-benar pintar," ucap Lyosha. "Latihan ini bukan semata-mata untuk meningkatkan kekuatan. Namun untuk menstabilkan energi magis kalian. Inti sumber kekuatan magis itu berasal dari pernafasan. Yah walau memang ada dari beberapa teknik, jenis, dan bentuk serangan magis tidak bersumber dari situ. Tapi kalau kalian ingin mencapai keseimbangan antara energi magis dengan fisik kalian maka latihan ini perlu kalian lakukan. Ingat! ini bukan hanya tentang kekuatan saja. Mengerti?" sambung Lyosha.

Chương tiếp theo