webnovel

Chapter 40 Akad Nikah

"Likha, kamu cantik sekali. Riasan ini sangat natural, tetapi membuatmu terlihat seperti bidadari yang baru turun dari khayangan." Iren memuji kecantikan Likha. Selama ini, Likha tidak pernah menggunakan make up. Jadi saat wajahnya terkena sentuhan make up, kecantikannya yang selama ini bersembunyi dibalik wajah imutnya langsung keluar.

"Iren, kamu terlalu berlebihan. Aku rasa wajahku biasa saja, kalian jangan terus memuji nanti aku jadi lupa diri." Likha merasa bahagia, di hari yang terpenting didalam kehidupannya dia ditemani para sahabatnya. Meskipun kedua orang tuaya sudah tidak berada di dunia ini lagi.

"Bagaimana Mbak, apakah Likha sudah selesai?" tanya ibunya Azzam yang langsung terkejut saat melihat wajah menantunya setelah di make up. Dia benar-benar terpesona dengan kecantikan menantunya. Azzam putranya memang sangat jeli.

"Sudah bu, tinggal mengganti bajunya dengan kebaya saja. Setelah itu pengantin sudah siap." mbak perias yang mendandani Likha menjawab pertanyaan ibunya Azzam. Lalu membantu Likha mengenakan kebayanya. Setelah siap, Likha dibawa oleh ibunya Azzam dan diikuti dengan keempat sahabatnya keluar dari kamar dan menuju tempat ijab kabul.

Saat Likha tiba dan duduk disamping Azzam yang sudah siap dari tadi, semua orang terpana. Pengantin muda itu sangat cantik, bahkan Keenand pun merasa kehilangan sesuatu. Raut wajahnya terlihat agak kecewa, tetapi kemudian Keenand menarik napas yang panjang. Dia mungkin hanya berjodoh sebagai sahabat Likha saja, dia kemudian tersenyum kepada Likha. Keenand berharap Likha hidup bahagia bersama Azzam, lelaki yang dicintainya.

"Sayang, kamu cantik sekali.." Azzam berbisik ditelinga Likha. Seketika wajah cantik Likha langsung menjadi merah merona.

"Mas Azzam jangan menggodaku terus, sudah hafal belum apa yang akan ucapkan saat ijab qobul nanti." Likha mengingatkan Azzam, kemudian keduanya terdiam saat pak penghulu akan memulai ijab qobul. Hati Likha bergetar saat melihat Azzam menjabat tangan pak penghulu yang perlahan memulai akad..

"Bismillahirohmanirrohim... Muhamad Abdullah Azzam, saya nikahkan kamu dengan Alikha 'Izza Rahmah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.." pak penghulu menghentakan tangannya yang menjabat tangan Azzam agar azzam segera menjawabnya.

"Saya terima nikahnya Alikha 'Izza Rahmah dengan mas kawin tersebut tunai." Azzam mengucapkan qobul dengan sangat lancar dengan satu tarikan napas. Pak penghulu kemudian menatap para saksi yang hadir dan menyatakan mulai saat ini, Azzam dan Likha sudah sah menjadi sepasang suami dan istri.

"Alhamdulillah..." semua yang hadir mengucapkan kata syukur atas pernikahan Likha. Pak Agus dan bu Agus mengucapkan selamat atas pernikahan Likha, mereka menasehati Likha seperti putri kandung mereka sendiri. Likha merasa sangat terharu, dia kembali menangis. Pertama saat Azzam mengucapkan qobul tadi dan sekarang ketika pak Agus memberikan wejangan. Likha kembali tidak bisa menahan air matanya, Likha merasa sangat merindukan kedua orang tuanya.

"Likha, kalau kamu akan berziarah kemakam orang tuamu, kamu boleh beristirahat dirumah bapak karena rumahmu sudah terjual. Uangnya akan bapak transfer satu minggu lagi, karena saat ini sedang dalam proses." setelah berbincang sebentar, pak Agus dan bu Agus segera berpamitan pulang. Beliau akan menghadiri rapat di kecamatan setelah ini, jadi tidak menunggu sampai acara selesai. Setelah berpamitan, kedua orang tua angkat Likha itu pun segera meninggalkan rumah Azzam.

"Likha selamat ya, kamu sekarang sudah berganti setatus. Sekarang kamu telah menjadi nyonya Azzam." Niken yang kemarin sempat marah kepada Likha karena dia juga menyukai Azzam, dengan tulus mendo'akan sahabatnya. Mereka saling memeluk. Lalu disusul ketiga sahabatnya yang lain, mereka juga memberikan Likha hadiah pernikahan.

"Iren, Alicia, Dina, Niken, terima kasih banyak ya atas do'a dan dukungan kalian. Aku sangat bersyukur memiliki kalian semua, kalau kalian ingin bertemu denganku kalian datang saja ke kost kami. Setelah ini, aku dan mas Azzam akan tinggal disana.

"Iya sayang, kita adalah sahabat sekaligus saudara. Jadi suatu saat nanti, kalau kamu membutuhkan kami, kamu jangan sungkan ya." keempat sahabat Likha memeluknya dengan hangat dan penuh kasih sayang.

"Terima kasih teman-teman." Likha kemudian kembali bergabung dengan Keenand dan Azzam, mereka ber enam kemudian berbincang. Saat sore menjelang, semua orang berpamitan termasuk Keenand. Dia secara khusus membelikan hadiah pernikahan untuk Likha dan dia juga menyatakan dirinya mulai sekarang akan menjadi kakaknya. Likha tentu saja merasa sangat senang dengan apa yang dikatakan Keenand. Azzam juga tidak keberatan, bahkan kedua orang tua Azzam sudah menganggap Keenand seperti putra mereka sendiri. Meskipun mereka baru saling mengenal, Keenand sangat rajin dan banyak membantu acara ini. Jadi ayah dan ibu Azzam sangat menyukainya.

"Likha, kak Azzam, kami pamit dulu. Kami akan langsung kembali ke asrama, jadi kami akan langsung pergi bersama." Keenand memeluk Azzam. Iren, Alicia, Niken dan Dina memeluk Likha, mereka kemudian memasuki taksi yang sudah dipesan Keenand.

"Kalian semua hati-hati ya dan jangan lupa mengirimi kami pesan setelah kalian sampai di asrama. Sampaikan permintaan maaf ku kepada kak baih dan kakak-kakak kelas yang lain. Untuk wali kelas, kami akan menemui mereka sendiri untuk berpamitan." Likha dan Azzam melambaikan tangannya, kemudian taksi yang membawa kelima sahabatnya pun perlahan meninggalkan halaman rumah Azzam.

"Azzam, ajak Likha beristirahat dikamar. Kalian jangan melupakan bayi kalian, jangan sampai Likha kelelahan. Semua itu akan membahayakan janin didalam perutnya." ibu dan ayah Azzam sangat perhatian kepada menantunya. Sekarang, mereka benar-benar menyayangi Likha seperti anak kandung mereka sendiri.

"Baik ibu, ayah, kami akan beristirahat dulu." Azzam dan Likha kemudian menuju kekamar mereka. Keduanya sekarang sudah tinggal sekamar, mereka sudah menjadi pasangan yang halal saat ini.

"Iya Zam, tapi sebaiknya kalian makan dulu atau ibu akan mengantarkannya kekamar kalian?" tanya ibu Azzam, Likha menggeleng lalu tersenyum.

"Tidak usah bu, kami akan makan diruang makan. Setelah itu, barulah kami akan beristirahat. Ibu, terima kasih sudah sangat perhatian padaku." Likha kembali merasa sangat terharu. Matanya memerah, Azzam mengelus punggung istrinya lalu keduanya menuju ruang makan. Ibu Azzam merasa sangat kasihan kepada menantunya itu, dia sudah bertekad akan menyayanginya sepenuh hati.

"Sayang, makan yang banyak ya! agar bayi kita cepat besar, jangan sampai berat badannya kurang. Kamu juga,kamu harus banyak makan sayang. Tubuhmu sangat kurus." Azzam mengambilkan nasi untuk istrinya, kemudian keduanya makan bersama. Setelah itu, keduanya menuju kamar mereka.

"Mas, tolong bantu melepas jilbabku..." Likha yang sehari-hari tidak berhijab. Merasa sangat gerah saat ini, apalagi jilbabnya juga ada aksesoris khas pengantin.

"Sebentar sayang, kita selfie dulu." Azzam kemudian mengambil beberapa foto selfie yang sangat mesra denagn Likha. Kemudian dia membantu Likha melepaskan semua aksesoris yang menempel ditubuh istrinya termasuk kebayanya. Lalu Azzam mendekatkan wajahnya kepada Likha, dia mencium lembut bibir istri cantiknya. Keduanya merasa sangat bahagia saat ini.

Chương tiếp theo