webnovel

Do'a Termanis

Taera sempat ragu apakah dia harus menghubungi Serry atau enggak. Tapi mengingat perasaan dan kegelisahan yang tak bisa dibendungnya sendiri dan bingung mau cerita ke siapa, akhirnya Taera memutuskan untuk bercerita kepada Serry saja.

[Chat]

Taera

Halo, kak Serry. Ini Taera.

Taera dag dig dug menunggu jawaban Serry entah kenapa. Dia kemudian meminum minuman dingin yang dia beli tadi. Beberapa saat kemudian hpnya bergetar. Ada pesan dari Serry.

Serry

Hai, Taera. Seneng banget kamu chat gue. Ada apa? Apa ada yang bisa gue bantu?

Taera

Gini kak, sebenarnya aku pengen curhat soal kak Ardilo. Kakak keberatan nggak?

Serry

Oh, soal Ardi. Kenapa gue harus keberatan? Gue malah senang bisa membantu. Kamu mau curhat soal apa dek?

Taera

Gini kak, kayaknya kak Ardilo udah cerita ya ke kakak kalau dia nembak aku? Tapi aku masih belum ngasih jawaban ke kakaknya. Soalnya aku masih galau kak.

Serry

Galau kenapa dek? Lo nggak usah ngeraguin perasaan dia deh. Dia tuh udah suka sama lo lama banget lho. Udah hampir setahun. Tapi ya namanya perasaan orang beda-beda sih. Apa yang bikin lo galau?

Taera

Ternyata udah selama itu ya kak Ardilo suka sama aku? Aku nggak tahu lho kak. Ya aku galau karena aku cuma mahasiswa biasa sementara kak Ardilo tuh keren banget gitu. Calon ketua BEM, banyak fansnya, temennya keren-keren. Aku mah apa atuh kak, nggak ada apa-apanya.

Serry

Hahaha. Dek, kenapa lo harus minder sih? Temen keren mana yang lo maksud? Yania? Yola? Yuna? Mereka emang keren. Tapi Ardilo orangnya nggak pilih-pilih temen kok. Buktinya gue aja yang biasa aja bisa jadi sahabatnya Ardi. Tenang aja Taera :)

Taera

Hmmm, gitu ya kak? Iya kak, aku sempet denger-denger dari orang-orang kalau kak Ardilo tuh temen-temennya keren semua. Temennya aja keren, kalau jadi pacarnya kan harus lebih keren lagi. Makanya aku jadi minder kak.

Serry

Percaya deh sama gue, Ardi tuh orangnya beda. Dia nggak melihat orang dari popularitasnya. Tapi hatinya. Gue bukan orang yang tepat untuk mengatakan kenapa Ardi suka banget sama lo. Dia pasti bisa jelasin suatu hari nanti. Gue yakin lo nggak bakal ragu lagi untuk punya perasaan yang sama ke dia.

Taera

Iya kak. Akan aku pikirkan lebih baik lagi. Oh ya kak, kak Ardilo sibuk banget ya kak? Dia nggak pernah chat aku beberapa hari ini. Aku mau chat duluan nggak enak, takut ganggu.

Serry

Dia emang agak sibuk sih. Tapi gue yakin kalau lo chat dia duluan, dia pasti seneng banget. Dia bukannya bermaksud melupakan lo karena dia nggak chat lo duluan. Cuma kadang kalau Ardi lagi sibuk, dia suka lupa emang walaupun nggak sengaja.

Taera

Gitu ya kak. Jadi gapapa nih kalau aku chat dia duluan?

Serry

Gapapa. Gue yakin dia seneng banget. Apalagi besok udah hari H pemilihan ketua BEM. Dia butuh do'a termanis dari lo.

Taera

Hehehe. Do'a termanis gimana kak?

Serry

Ya namanya do'a dari orang yang disayangi kan rasanya beda gitu, Tae. Rasanya ada manis-manisnya gitu. Ah lo pasti ngerti lah maksud gue.

Taera

Ya udah kalau gitu aku chat kak Ardilo deh kak. Makasih ya kak udah mau dengerin curhatanku dan udah ngasih saran.

Serry

Iya, sama-sama. Jangan sungkan sama gue mah. Santai aja. Gue supporter lo sama Ardi.

Taera

Hehehe. Makasih banyak ya kak.

Serry

Iya. Sama-sama dek.

Taera kemudian mengakhiri chatnya dengan Serry. Dia kemudian segera kembali ke dalam perpustakaan. Dia hampir lupa kalau Stefa sudah menunggunya.

***

"Habis ini mau kemana?" tanya Stefa saat berjalan menuju parkiran setelah selesai dari perpustakaan.

"Gue ada urusan bentar, beres itu pulang," jawab Taera. Dia belum ingin menceritakan ini kepada Stefa. Taera merasa ini belum saatnya.

"Oke deh. Gue diajak kak Yuna shopping nih. Gue mau ngajak lo juga, tapi kak Yuna bilang pengen berdua aja. Ya.. mungkin ada yang mau diobrolin juga sambil jalan-jalan," jelas Stefa.

"Iya gapapa. Gue ngerti kok. Mungkin kak Yuna pengen curhat sama lo berdua aja. Santai aja," kata Taera kemudian tersenyum.

Stefa mencubit pipi Taera dengan gemas, "Sobat gue satu ini emang pengertian banget. Ya udah gue duluan ya."

"Oke, hati-hati ya," kata Taera pada Stefa. Dia melambaikan tangannya pada Taera lalu masuk ke mobilnya dan segera pulang. Sementara Taera yang kini sudah masuk ke mobilnya, masih terdiam dan mengambil hpnya.

"Mungkin ini saat yang tepat untuk chat kak Ardilo," gumam Taera.

[Chat]

Taera

Kak Ardilo, maaf ganggu. Aku cuma pengen mendoakan kakak aja. Semoga besok lancar dan diberikan yang terbaik ya kak. Maaf kalau chat ini ganggu kakak. Nggak usah dibales gapapa :)

Taera menghela nafas setelah mengirim chat itu. Dia belum menjalankan mobilnya. Dia masih diam disana. Mau pulang tapi kepikiran. Jadi dia diam sebentar.

Tiba-tiba hp Taera bergetar, ada telepon dari Ardilo. Taera mendadak panik.

"Waduh, telepon nih. Gimana dong?" kata Taera sambil memegang hpnya.

Dia kemudian berpikir sejenak dan memutuskan untuk mengangkatnya.

"Halo, kak."

"Halo, Tae. Seneng banget bisa denger suara kamu. Ternyata kamu emang ngangenin banget ya."

Taera yang mendengar perkataan Ardilo lewat telepon rasanya berbunga-bunga. Taera seneng banget ada yang kangen padanya selain Stefa.

"Maaf ya kak kalau aku tiba-tiba ganggu kakak sama chat aku. Aku cuma mau do'ain kakak."

"Kamu nggak ganggu kok. Aku yang seharusnya minta maaf karena aku nggak ngehubungi kamu akhir-akhir ini. Soalnya aku ada kumpul terus sama tim sukses aku. Aku nggak enak kalau main hp terus. Maaf ya."

"Gapapa kak. Aku tahu kakak sibuk banget."

"Kamu emang pengertian banget."

Taera tersenyum, dia senang banget rasanya.

"Oh ya, Tae. Makasih ya do'anya. Aku seneng banget kamu chat aku dan ngasih doa ke aku. Rasanya seperti do'a termanis dalam hidupku."

"Semanis itu kak?"

"Iya, manis banget. Doa sederhana tapi berkualitas. Kamu nggak mendoakan aku supaya aku menang, tapi kamu mendoakan aku supaya dapat yang terbaik. Entah menang atau kalah, itulah yang terbaik buat aku. Makasih ya, Tae. Aku seneng banget."

"Iya kak, sama-sama."

"Rasanya pengen banget ketemu sama kamu sekarang. Tapi aku lagi sibuk. Maaf ya, kita belum bisa ketemu. Aku usahakan kita ketemu secepatnya. Karena aku kangen banget sama kamu."

Wajah Taera kini bersemu merah. Dia seneng Ardilo bilang kangen padanya. Karena sebenarnya dia juga kangen banget sama Ardilo. Walaupun dia belum memberi jawaban kepada Ardilo. Tapi entah kenapa rasa cinta itu sudah mulai tumbuh.

"Iya kak. Gapapa. Ya udah lanjutin aktifitasnya kak."

"Iya. Sampai ketemu lagi ya."

"Iya kak."

Taera kemudian menutup teleponnya. Rasanya dia pengen jingkrak-jingkrak dan teriak sekarang. Dia seneng banget. Dia berharap sebuah doa termanis akan membuahkan hasil yang manis juga.

Makasih udah baca cerita ini. Jangan lupa vote dan commentnya ya. Review juga ya :)

mirnanatacreators' thoughts
Chương tiếp theo