webnovel

Rencana (2)

Setelah menghabiskan makan malam yang diluar kebiasannya, Danil membawa Jelita pulang ke rumah mereka, selama di perjalanan mereka bercanda dan tertawa bahagia. baru kali ini Danil benar-benar merasakan kehangatan dalam hatinya, cinta yang dulu kira dia telah layu bahkan mati, nyatanya kini tumbuh subur walau terpaan badai telah menghantam mereka.

Danil mengandeng tangan Jelita memasuki rumah, dan membimbingnya masuk ke dalam kamar.

"Mas Danil dulu yang mau mandi atau Jelita dulu?" Tanya Jelita sambil menaruh tasnya ke dalam rak.

"Bareng." Jawab Danil tanpa dosa, yang dibalas dengan pelototan dari Jelita.

"Duh tuh mata tambah seksi kalau kayak gitu."

"Gombal, baru kali ini aku dengar mata seksi."

"Iyalah, karena mata itu hanya dimiliki oleh istri cantikku ini." Kata Danil sambil mencubit kecil hidung Jelita.

Jelita mengerucutnya bibirnya.

"Eit... Jangan cium-cium, mas Danil belum mandi, masih bau sambel terasi."

"Oke, berarti habis mandi boleh cium dong, asyik.."

"Ga janji."

"Dosa lho."

"Suami juga dosa kalau suka ngancam istrinya." Jawab Jelita sambil nyengir.

"Ya udah, kalau ga mau nanti mas Danil nyium yang lain aja."

"Itu lebih dosa lagi, dah sana mandi dulu, Jelita mandi di kamar samping aja, ga tahan udah lengket."

"Kirain ga tahan pingin cium mas Danil."

"Enak aja." Jelita berlari keluar kamar dan Danil hanya tersenyum melihat kelakuan istrinya yang menggemaskan.

Setelah sama-sama membersihkan diri dan menunaikan sholat, kini mereka merebahkan diri ranjang dengan Jelita bersandar di dada Danil, sesekali Danil mencium puncak kepala istri mungilnya itu, menghirup dalam-dalam aroma wangi yang menguar dari rambut hitam istrinya.

"Mas Danil, apa yang akan mas perbuat jika om mu melakukan hal semacam kemari lagi."

"Om Richard adalah satu-satunya kerabat dari mendiang ayahku, selain dia tak ada lagi kerabat dekat yang aku punya, sebenarnya sebesar apapun kesalahannya padaku, aku takkan pernah menganggap itu, asal jangan melakukan kejahatan pada istri dan anak-anakku kelak."

"Ehm, kamu ga ingin masukin dia kepenjara gitu?"

"Biarkan Allah yang menghukumnya."

Jelita terdiam, mana mungkin dia rela suaminya di sakiti oleh pamannya sendiri, Oke.. Jelita akan buat perhitungan dengan cara yang cantik agar pamannya ini berhenti menganggu kehidupan Danil lagi.

"Kapan rapat pemegang saham diadakan?"

"Lusa besok, kenapa?"

"Ga apa-apa, hanya sekedar tanya saja, apa mas Danil ga takut Om Richard akan berbuat sesuatu saat rapat pemegang saham nanti?"

"Sejujurnya aku khawatir tapi ya biarlah yang penting aku sudah menyiapkan dokumen yang akurat jika dia mengugat sesuatu."

"Baiklah, semoga tidak terjadi apa-apa."

"Amiin, ayo tidur, sudah malam besok kamu masih ke kantor kan?"

"Hm.."

CUP

Danil kaget dengan tindakan Jelita.

"Bukankah aku harus berusaha menghilangkan traumaku?"

"Ya, semoga kita bisa keluar dari trauma kita masing-masing, maafkan aku, itu semua karena kebodohanku."

"Sudahlah, semua sudah takdir."

Danil tersenyum dan menangkup kedua pipi istrinya mencium keningnya, dan turun mencium hidung mancung istrinya, kemudian beralih kekedua sisi pipi istrinya. Danil menatap jauh ke dalam mata Jelita, ada sedikit kekhawatiran terpancar dimatanya.

"Hentikan aku jika kamu sudah tidak mampu melanjutkannya." Jelita mengangguk.

Perlahan Danil mencium bibir manis istrinya, melumatnya dengan lembut berganti dari bibir yang bawah dan beralih ke bibir atas, mengigit kecil disana, membuat Jelita membuka sedikit mulutnya, dan kesempatan itu digunakan Danil untuk menerobos masuk mengabsen satu persatu gigi yang tersusun rapi, menyapa lidah Jelita yang terasa manis dan mengiurkan, lidah mereka saling membelit, suara kecapan dan desahan mengiringi keintiman yang terjalin diantara keduanya.

Kini Ciuman Danil merambah keleher mulus istrinya, memberikan tanda merah disana, Danil mengangkat kepalanya memperhatikan mata Jelita yang menutup rapat, ia tahu istrinya masih tegang dan belum terbiasa dengan sentuhannya.

"Relax sayang, buka matamu, dan lihat aku." Jelita menuruti perintah Danil, perlahan membuka matanya dan melihat Danil sedang tersenyum tepat dihadapannya.

Tangan danil meraih selimut dibawah kakinya dan menyelimuti tubuh mereka, membaringkan istrinya dan memeluknya erat, jangan dikira hanya akan sampai disini ya pemirsahhh...

Posisi mereka berhadapan, Danil mencium kening Jelita, dan mengambil tangan Jelita, kemudian mengarahkannya pada batang pusaka milik Danil yang kini mulai menegang. Jelita terjingkat kaget dan ingin menarik tangannya, namun Danil menahan tangan Jelita untuk tetap berada di sana.

"Kamu harus berkenalan dengan nya, dia juga milikmu bukan? belajarlah untuk memanjakannya mulai dari sekarang."

Tangan Jelita melemah, dan berusaha mengikuti apa yang Danil inginkan, Danil mencium bibir istrinya dan mengarahkan tangan Jelita untuk memegang miliknya, Danil membimbing tangan Jelita untuk memenajakan miliknya, desahan Danil tak kuasa ia tahan, Jelita pun mulai paham apa yang harus dial lakukan, Danil melepaskan tangan Jelita agar tangan Jelita bekerja sendiri dan tangan Danil menyusupi piyama yang Jelita kenakan membelai pungung halus istrnya, membuat Jelita merasakan sensasi yang luar biasa. Lenguhan dan desahan keluar dari mulut Danil ketika tangan Jelita mempercepat kocokannya.

"Lebih cepat lagi sayang." Dan tak berapa lama tumpahlah benih cinta Danil yang membanjiri tangan Jelita.

"Trimakasih sayang." Danil mengecup bibir istrinya.

"Rasanya luar biasa." Sedangkan Jelita masih terdiam karena ini baru pertama kali dia melakukan itu.

"Kamu sangat hebat."

"Mas Danil.."

"Tak perlu berkata apapun, ayo ke kamar mandi, kamu akan terbiasa nanti." Jelita menatap Danil kemudian mengangguk.

"Mas Danil.."

"Hm.."

"Apa rasanya sakit.." Apa yang diucapkan Jelita sontak membuatnya tertawa terbahak setelah membersihkan batang pusakanya, dan membantu Jelita mencuci tangannya, Danil baru menjawab.

"Rasanya itu sangat enak, lezat dan ingin ku ulang lagi dan lagi."

"Benarkah?"

"Hari ini sampai disini dulu terapinya, besok kita lanjutkan lagi."

"Hm.."

Mereka kembali menaiki ranjang, dan tanpa diduga Jelita, Danil melepaskan seluruh baju yang dia kenakan. Sontak membuat Jelita menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kenapa mas Danil lepas bajunya?"

"Kenapa kamu menatap wajah mu?"

"Malu ih Mas Danil."

"Kenapa malu, barusan aja kamu pegang-pegang, udah ayo buka jangan menutupi wajahmu, terus kita tidur."

Jelita membuka matanya, dan melihat Danil telah menyelimuti dirinya dan tubuh polos Danil, Jelita tidur membelakangi Danil, kemudian Danil memeluk dan mendekapnya erat. Mereka tertidur dengan lelap, dan Jelita kini mulai nyaman dan terbiasa dengan dekapan Danil selama tidur. semoga ini menjadi awal keharmonisan dari hubungan ranjang keduanya.

Chương tiếp theo