webnovel

Feelingss

Tác giả: MyPjh
Người nổi tiếng
Đang thực hiện · 9.8K Lượt xem
  • 4 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

.....

Thẻ
2 thẻ
Chapter 11

Di sudut ruangan Gadis itu mulai mengetik pesan di ponsel miliknya dan mengirimkannya.

"Ah.. Aku gugup," gadis itu terus- terusan melihat tulisan yang sudah dia kirimkan.

Dalam sekejap senyuman terpancar di wajahnya kala mendapatkan balasan dari seseorang. Dia memejamkan matanya sesekali sembari menatap layar ponselnya.

"Mau kah?.. " gadis itu melirik isi pesan itu dah wajahnya terlihat sangat gembira dengan cepat dia membalas lalu memeluk ponselnya kesenangan.

"Akh!! Akhirnya" teriaknya senang

"Kak bisa kita bertemu?" itulah isi pesan yang ditulis gadis itu.

"Bisa, dimana? Tumben banget kamu mau ketemu kakak?" senyumnya terlihat begitu lebar yang menandakan ia sangat senang akan hal itu.

"hehe gak apa- apa kak aku cuma mau ngomong sesuatu sama kakak," balasnya sambil sesekali tersenyum malu.

"Ada- ada aja kamu nih, yaudah mau dimana?" Lagi- lagi dimana ada balasan darinya dia selalu saja tersenyum. Menandakan betapa bahagianya dia saat ini.

"Kalau gitu, Kita ketemu ditaman biasa ya Kak. Bye bye!"

Gadis itu segera bersiap untuk segera menemui seseorang yang membuatnya tak henti- henti tersenyum walaupun hanya mendapatkan sebuah balasan pesan darinya saja.

"Aku tak sabar untuk bertemu dengannya. Aku sangat senang karena aku akan mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya pada Kak Ryan. Ah senangnya," ucap gadis itu kesenangan

Gadis itu Clara Anastasya, usianya baru menginjak 17 tahun. Menurutnya ia lebih suka tinggal di Panti asuhan daripada tinggal seorang diri rumah yang terlalu besar untuknya.

Kedua orang tua juga Kakaknya pergi meninggalkannya karena urusan bisnis perusahaan mereka. Clara memang terlahir di keluarga yang terpandang dari banyak aspek, tapi untuk apa hidup mewah jika Clara pun sama sekali tidak merasakan hangatnya sebuah Keluarga, hangatnya sebuah ikatan antara seorang anak pada orang tuanya, cinta adik pada kakaknya dan malah sebaliknya, Clara malah merasa dirinya tidak ada di mata orang tuanya.

Dia merasa dirinya di buang, tidak dianggap. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang baik dan menyayanginya. Ryan.

Clara memanggilnya Kak Ryan. Karena Ryan sendiri seniornya disekolah. Perhatian yang diberikan Ryan padanya itu membuat dia perlahan mulai menyukainya.

Sampailah hari dimana Clara ingin memberitahu Ryan bagaimana perasaannya dan apa Ryan juga memiliki perasaan yang sama padanya.

Dengan memakai pakaian casual miliknya, Clara langsung bergegas menuju Taman yang dimaksud. Dalam perjalannya Clara tak henti- hentinya tersenyum dan tertawa pelan.

"Aku tidak bisa bayangkan kalau dia membalas perasaanku," gumam Clara saat melihat Ryan dari kejauhan.

"Ara gak boleh gugup. Huh.. Huh.. Hmm. Ara Fighting!" ucap Clara sambil beberapa kali menarik nafasnya teratur.

Dia berjalan perlahan mendekati sembari menarik nafas berkali- kali. Terlihat disana Ryan yang sedang menatap anak- anak yang tengah bermain disana.

"Kakak!" panggil Clara. Mendengar seseorang memanggil namanya Ryan pun menoleh ke asal .

"Kamu Ra. Kenapa? Kamu mau ngobrol sama Kakak?" tanya Ryan

"Emm.. Ada yang mau Ara omongin sama kakak," ucap Clara sembari mengepalkan tangannya kuat.

"Kenapa? Ara mau ngomong apa? Ara mau cerita? Cerita aja sama kakak yuk," tawar Ryan sambil memegang bahu Clara.

"Clara suka sama kak Ryan!" ucap Clara yang langsung tertunduk malu enggan menatap ke arahnya.

'Apaa?' Clara gugup untuk mendengarkan jawaban Ryan

" Tidak Ara," ucap Ryan terkejut lalu mengelus puncak kepala Clara

" Apa maksud kakak tidak? Aku tau aku mungkin bukan seseorang yang kakak mau tapi, aku pasti bisa jadi seperti yang kakak mau " Ucap Clara yang langsung menatap Ryan.

" Bukan itu maksud kakak," Ucap Ryan

"Lalu apa? " tanya Clara yang langsung menitihkan air matanya

" Kakak sudah menganggap Ara seperti adik kakak sendiri jadi, Kakak tidak bisa, Maaf Ara, " ucap nya kemudian memeluk Clara. Dia terdiam, Air matanya kini sudah tidak bisa dibendung lagi.

" Kakak tau? Rasanya sesak sekali, baru pertama kali aku memberanikan diri mengatakan perasaan Ara pada seseorang yang aku kira memiliki perasaan yang sama padaku namun apa, dia tidak membalasnya. Perasaannya berbeda. Ara dimata kakak Cuma seorang adik. Tidak lebih," ucap Clara melepaskan pelukan Ryan.

"Ara dengar kakak, Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari kakak." Ucap Ryan sembari menghapus air mata Clara.

" Ah.. Apa ini yang namanya patah hati? Ternyata memang ya, rasanya sama seperti yang dikatakan orang- orang," ucap Clara yang menyingkirkan tangan Ryan dan menghapus Air matanya sendiri.

"Maafkan aku. Aku sudah menganggapmu seperti adik. Adik kakak sendiri. Tidak mungkin aku berpacaran dengan adikku sendiri bukan," ucap Ryan

" Kalau begitu anggap aku ini bukan adiknya kakak. Memang dari awal pun aku juga bukan adiknya kakak kan." Ucap Clara kesal

" Kenapa kamu berbicara seperti itu? Kamu memang bukan adikku. Tapi aku menyayangimu sebagai seorang kakak menyayangi adiknya. Tidak lebih." ucap Ryan

" Karena aku juga ingin dicintai sama kakak. Tapi, bukan cinta kakak pada adiknya, " ucap Clara yang sudah tak kuasa menahan tangis.

" Aku tidak bisa, " ucapnya

" Kenapa? Apa aku aneh? Apa aku tidak pantas sama kakak? Atau kakak mencintai orang lain? " tanya Clara dengan semua emosi yang dimilikinya.

" Yaa, aku mencintai orang lain. Jadi aku tidak bisa menyukai ataupun mencintaimu." ucapnya yang membuat Clara diam mematung.

" Huh.. sudah Ara duga kalau kakak pasti mencintai orang lain. Biar Ara tebak. Ha! pasti kak Salsa kan?" Tebak Clara

" Iya" ucap Ryan dengan mudahnya

" Hah.. kak Salsa itu cantik, pantas saja kalau kakak suka sama kak Salsa, cepat katakan padanya. Jika itu membuat kakak bahagia, aku juga bahagia " Ucap Clara yang berusaha untuk tidak menitihkan air matanya.

" Dan aku sudah lega sekarang setelah mengatakan Semua perasaanku, makasih karena kakak udah mau datang dan mendengarkan Semua yang mau aku katakan, meskipun begitu aku tetap mencintai kakak, makasih kak! " Lanjut Clara kemudian pergi menjauh dari tempat itu.

'Rasa sakit ini ternyata patah hati. Mencintai ternyata juga mempunyai resiko jika, Mencintai seorang diri yang ternyata memang tidak berarti apa- apa. Untuk apa? Apa Mencintai seseorang itu hanya untuk merasakan rasa sakit seperti ini?'

Clara terus berlari sampai akhirnya dia menabrak seseorang didepan nya. Lucu sekali bukan hal itu selalu terjadi disaat seperti ini.

Brukk...

" Ah, maaf, " Ucap Clara yang terjatuh ketika menabraknya

" Iya gak apa- apa santai aja, lo kenapa? Ada yang luka? " tanyanya dari suaranya saja Clara sudah tau kalau yang ditabraknya seorang pria.

" Tidak, gue gak apa- apa. Tidak terluka " Ucap Clara yang langsung mencoba berdiri.Walaupun saat ini hatinya kini sedang terluka.

Seketika langit berubah kelabu, rintikan hujan mulai turun membasahi apapun yang ada dibawahnya. Clara hanya menatap rintikan hujan yang jatuh perlahan ketubuhnya. Pria itu, pria yang Clara tidak tau identitasnya itu menarik tangan Clara menuju tempat yang lebih teduh.

"Apaan sih ih," ucap Clara sambil melepaskan tangan pria itu.

"Lo bisa kehujanan kalo diam disitu aja," ucap Pria itu

"Ya tapi kenapa lo bawa gue kesini? " tanya Clara

" Kan gue udah bilang, kalo lo disana terus nanti lo sakit gara- gara kehujanan " ucap pria itu

" Apakah hujan dapat mengurangi Rasa sakit gue? " tanya Clara

"Hujan? Mengurangi Rasa sakit? Maksud lo apa? " tanya pria itu

" Tak apa " Ucap Clara kemudian beranjak pergi dari sana tapi seseorang menahan tangan Clara.

" Udah gue bilang nanti lo bisa sakit kalo kehujanan." ucap pria itu

"Gak apa- apa kalau itu bisa ngurangin Rasa sakit yang gue rasa, " Ucap Clara kemudian pergi menerobos kedalam lebatnya hujan saat itu.

" Apa maksudnya? " pikir pria itu

Disepanjang jalan Clara hanya menangis karena dia tau tangisnya pasti di hapus oleh hujan saat itu seolah hujan mengerti yang Clara rasa saat ini.

"Kenapa? Apa aku salah jika mencintai seseorang ? Apa aku tidak pantas untuk dicintai? Apa hanya orang lain yang boleh mencintai seseorang dan aku tidak? Apa ada yang bisa menjawabku?" Ucap Clara namun suaranya tidak terdengar akibat suara hujan menutupi suaranya.

"Apa yang kulakukan Salah? semua orang meninggalkan aku Ayah dan Mama dan kak Fahri. Mereka semua pergi dengan alasan bisnis dan sekarang kak Ryan. Apa tidak ada yang peduli padaku"

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Clara pun sampai di rumah. Dimana hanya ada kesendirian tak ada siapapun dirumahnya, seperti biasa..

***

Setelah kejadian itu Clara berusaha menghindar dari Ryan dia berusaha untuk kembali ke dirinya yang dulu...

Dulu itu Clara mempunyai banyak teman tapi, mereka semua hanya memanfaatkannya saja. Lebih tepatnya memanfaatkan uang Clara saja. Sejak itu Clara memilih untuk menjadi pendiam dan penyendiri.

'Mereka yang sudah aku anggap teman ternyata hanya memanfaatkan ku, apa karena uang milikku itu, mereka mau berteman denganku? Dulu aku berfikir seperti itu tapi, apa sekarang Cinta juga memanfaatkanku? Memanfaatkan kesepian yang aku rasa selama ini. Kenapa semua tidak adil menurutku. Sebenarnya apa salah aku?' itu yang selalu ada di benak Clara selama ini. Apa salahnya? Kenapa dia seperti ini?.

Seperti biasa Clara menelusuri lorong sekolah mencari tempat untuk menyendiri.

" Mungkin disini aku gak akan ketemu sama kak Ryan " ucap Clara berjalan melihat kearah belakang tanpa sengaja dia menabrak seseorang dan sebelum jatuh pria itu menangkapnya.

"Lo gak apa- apa? " tanya pria itu

"Iya gak apa- apa kok, makasih, " ucap Clara kemudian kembali berdiri

" Sekali lagi makasih." ucap Clara kemudian pergi meninggalkan pria itu

"Kayaknya Gue pernah liat dia, kapan ya? " ucapnya menatap punggung Clara yang mulai menjauh.

Disini lah Clara di kelasnya. semua membuat geng mereka sendiri dan seperti biasa Clara hanya sendirian.

Setelah pembelajaran selesai bel istirahat pun berbunyi dengan segera Clara menuju perpustakaan dimana dia bisa tenang.

Clara pov.

Di perjalanan menuju perpustakaan aku sentak terdiam saat melihat kak Ryan menyatakan perasaannya pada kak Salsa ditengah lapangan.

" Saa, aku menyukaimu maukah kamu menjadi pacarku ?" Ucap Ryan berlutut sambil memberikan boneka dan sebucket bunga

" Jadi kak Ryan benar- benar menyukai kak Salsa? " aku bertanya- tanya walau aku sudah tau hal itu.

" Gimana Saa? Kamu mau terima aku? " tanya Ryan kemudian disertakan anggukan dari Salsa, Ryan pun menarik Salsa kedalam pelukannya.

Sesakit inikah?

Melihat yang terjadi aku tertunduk lemas dan terduduk dilantai

" Kenapa dia kak? Kenapa kak Salsa? Sebegitu tak pantaskah aku menurut kakak? " ucapku yang tak aku sangka air mataku sudah terjatuh.

Aku merasakan seseorang mendekat dan ternyata kak Ryan dan kak Salsa. Kak Salsa mengulurkan tangannya padaku dengan cepat aku mencoba bangun dengan kekuatanku sendiri tanpa bantuan dari kak Salsa.

" Ara, kamu kenapa? " tanya kak Ryan

" Gak kok kak. Ara gak kenapa- napa! Tadi aku cuma kecapean " Ucapku sambil mengusap air mataku cepat

" Kamu bohong kan sama kakak, Ara jawab kakak yang jujur " ucap Ryan

" Gak kak aku gak apa- apa. Beneran! " ucapku mencoba meyakinkan kak Ryan

" Kamu bohong sama kakak. Ara jawab kakak yang jujur" ucap Ryan

" Oke kalau kakak mau aku jujur, tapi sebelum itu aku mau kasih selamat sama kakak karena, kakak udah jadian sama kak Salsa " Ucapku

" Kakak mau tau kan kenapa aku dibawah tadi, aku cemburu sama kakak, dan aku lihat sendiri kakak bilang Kalau kakak menyukai kak Salsa apa kakak tau yang aku rasakan? Sakit kak sama seperti kakak waktu menolakku.. dan.. " Ucapku dan sialnya air mata ini jatuh tanpa aku pinta.

" Lupakanlah aku, " Ucap kak Ryan.

Aku terdiam mendengar kata katanya. Kak Ryan tampak sangat serius dengan perkataannya.

" Melupakan kakak? Semudah itu kakak bilang untuk aku ngelupain kakak " Ucapku sambil menangis

" Hah aku menangis, aku hampir saja lupa kapan terakhir kalinya aku menangis," ucapku sembari menghapus air mataku terus

" Lebih baik jika kamu melupakan kakak, anggap aja kamu dan kakak gak pernah kenal, anggap semua perasaan yang kamu punya ke kakak itu gak pernah ada. Karena itu akan membuat kamu sakit. Apalagi kalau semakin lama kamu memikirkan perasaan itu tanpa adanya balasan. Lebih baik kamu melupakannya." Ucap Ryan

" Hei, bukan kah itu terlalu kejam!? " Ucap Salsa

" Lebih baik seperti itu dari pada terus terusan mengharapkan seseorang yang tidak akan bisa dimilikinya " Ucap Ryan

Bạn cũng có thể thích