webnovel

Epilog 47 : Kebenaran Berlapis

Time Controller yang asli telah merasakan semua yang dirasakan 'musuh di balik layar' saat yang terakhir mengambil alih identitasnya. Meskipun dia tertidur, beberapa kali dia akan mempengaruhi emosi pihak lain sehingga emosi mereka saling bertaut, seolah mereka adalah orang yang sama.

Jika ini mimpi seperti yang dia maksudkan, maka segala hal akan bisa dijelaskan. Time Controller tak lagi ragu-ragu karena dia sudah kehilangan perasaan kasih sayang yang tersisa dari mereka, dia mengetahuinya dengan baik.

Dia harus tetap tertidur agar mereka tidak curiga bahwa dunia terus berjalan dan kebenaran fatal takkan menghampiri mereka.

Dia akan bisa melihat mereka dengan mata 'musuh di balik layar' selama masa tidurnya. Namun, sekarang dia mengerti bahwa sudah waktunya melepaskan mereka.

Dia tiba di the Real Paradise miliknya dan mengangkat kutukan dengan harga skenario yang ditujukan ke dirinya sendiri. Mimpi kolektif, dimensi tinggi, dimensi utama, dan ujung. Dia tidak memikirkan itu ketika melihat mereka.

Mata biru, yang berisi serangkaian data yang mengalir, menyaksikan dimulainya skenario penutupan. Waktunya untuk mengakhiri kisah ini.

Menghadapi berbagai macam perubahan ekspresi di masing-masing dari lawannya, Time Controller tersenyum menenangkan. "Seperti yang ada dalam skenario terakhir, cobalah membunuhku, tidak, cobalah untuk setidaknya memberiku pukulan fatal, meski hanya sekali. Di akhir nanti, aku berjanji akan memberitahu kalian sesuatu yang selalu ingin kalian ketahui."

Wajah Yoo Jonghyuk mengeras, dia memegang pedangnya dengan erat, menyalurkan probabilitas untuk menggerakkan keterampilannya.

God of Stories menarik napas dalam-dalam, menghilangkan sisa perasaannya terhadap 'dia'. Apa yang akan mereka semua pilih? Tentu saja itu kembali ke kenyataan bukan dalam mimpi abadi yang absurd.

Ketika dia mendengar sebagian penjelasan Dewa Tersegel, dia menemukan realisasi dari alasan mengapa bukan hanya dia, tetapi semua yang hidup di dunia skenario menyukai 'Kim Dokja', apakah itu sungguh karena perasaan murni? Mungkin tidak.

Bagaimanapun semua telah diatur, tingkat favorit masing-masing terhadap seseorang yang dulu bernama 'Kim Dokja' agaknya terlalu tinggi.

Time Controller mengangkat tangan kanannya, potongan-potongan fabel yang berterbangan mengikuti arahannya, membentuk sebuah pedang bersinar yang sangat dikenal, Unbreakable Faith.

Dia memainkan pedang tersebut dengan ekspresi nostalgia, dengan senyuman yang memiliki efek kontradiktif, Time Controller menjejakkan kakinya dan menghilang pada detik berikutnya.

God of Stories tertegun sejenak sebelum dia mencapai realisasi dan berseru, "Dia menyerang!"

Mereka harus menerima bahwa Time Controller sungguh akan menghabisi mereka.

Claaang!

Suara dua pedang yang kuat saling beradu. Tak disangka bahwa Time Controller akan menyerang Yoo Jonghyuk lebih dulu. Dengan ekspresi serius dan suram, Yoo Jonghyuk yang telah bersiap mendorong serangan itu dan mereka terpisah.

Yoo Jonghyuk melihat pada satu titik waktu tertentu, orang di depannya sepenuhnya menjelma sebagai mesin pembunuh yang takkan mundur. Time Controller mengibaskan pedangnya dengan wajah tanpa ekspresi, mata birunya yang berisi rangkaian data dari fabel yang berpendar semakin dingin.

Lee Jihye, Kim Namwoon, Lee Hyunsung, dan Uriel memaksa diri mereka yang terpaku di tempat untuk maju dan membalas penyerangan.

Sekali lagi, Time Controller menghilang, detik berikutnya dia menebas God of Stories dengan brutal. Seluruh manik-manik yang melindungi God of Stories terbelah dan berhamburan menjadi debu.

"Ugh!"

God of Stories mengerang, mengeluarkan pecahan manik-manik lain dan menyadari bahwa dia tak bisa menggunakan cerita untuk melawan. Ini berarti mereka harus bertarung dengan kekuatan alami tanpa bantuan cerita.

Plotter terdiam di tempatnya, dia tak berpartisipasi karena perhatiannya dialihkan ke 'Kim Dokja' kecil di sisinya. Yang Hebat memandangi langit pelangi nan megah dan terancam hancur dengan senyum tipis.

"Aku tidak tahu tentang hal ini," ucapnya tiba-tiba, sengaja agar partai Yoo Jonghyuk dan Plotter mendengarnya. "Tapi, bagaimanapun baik aku dan dia memiliki asal yang sama. Kami, fragmen jiwanya hanya mempunyai beberapa pengetahuan terbatas. Kupikir, semua segelnya telah lepas saat ini, jadi sebisa mungkin kalian harus menyelesaikan skenario ini."

Yang Hebat menepuk dadanya dan membungkuk, kemudian mengarahkan tatapannya ke Time Controller.

[The First Nightmare, apakah itu kau?]

Time Controller, yang menerima pesan tersebut, berhenti menyerang sejenak seolah untuk mengkonfirmasi.

Mengapa Time Controller selalu mendapatkan hak istimewa? Itu karena dia adalah boneka rahasia The First Nightmare. Dalam artian lain yaitu dia adalah vessel yang memiliki kesadaran sendiri.

Karena kesadaran yang membentuk jiwa tertentu secara unik melebihi batas toleransi, The First Nightmare memutuskan untuk memberikan masa penonaktifan pada Time Controller. Ada harga yang harus dibayar untuk apa yang telah diberikan.

Yang mengendalikan Time Controller saat ini bukan jiwa asli, melainkan The First Nightmare. Oleh sebab itu, kemunculan aura mesin pembunuh tidak mengherankan Yang Hebat.

Sebelum tubuhnya memperoleh keturunan dari The First Nightmare, Time Controller sudah memindahkan rangkaian pikiran dan emosinya kepada Yang Hebat. Jadi, yang terakhir merupakan gabungan dari sebagian dan kesadaran utama.

Pria berambut merah yang menjadi 'musuh di balik layar' mencapai pemahaman tertentu dalam lingkup realitas ini. Dia mendesah penuh kekecewaan berat. Namun, saat dia tahu bahwa seluruh waktu yang dia habiskan hanyalah kehidupan dalam mimpi abadi, entah mengapa dia tidak merasakan kesedihan atau kemarahan.

"Bunuh dia. ■-■■-■" Cara termudah adalah membunuhku di sini.

Sayangnya, kalimat yang ingin dinyatakan oleh Yang Hebat tak bisa keluar dengan wajar, itu disensor oleh The First Nightmare.

Plotter melirik Yang Hebat dengan ekspresi rumit, menghadapi wajah yang tampak polos, tetapi memiliki rahasia besar, dia merasa bingung. Apalagi setelah mencerna apa yang disampaikan oleh Dewa Tersegel, Plotter untuk sementara berayun-ayun dalam ilusi pikirannya sendiri.

Mungkinkah semua yang dia alami itu hanyalah mimpi semata?

Apa yang mimpi dan apa yang nyata? Siapa dia? Darimana asalnya? Di dunia mana seharusnya dia ada?

Bukan hanya Plotter yang tenggelam, God of Stories dan Yoo Jonghyuk serta partainya masing-masing memiliki pertanyaan yang sama.

Penyerangan Time Controller berlanjut dan semakin sengit. Pedangnya berkilauan dengan pancaran cahaya biru, gerakan cepat dan seperti teleportasi, membuat mereka dalam posisi sulit.

Time Controller berhasil melukai Yoo Jonghyuk dengan mengiris dadanya sampai ke bahu. Yang keluar bukanlah darah, melainkan potongan cerita yang kemudian lenyap ke udara.

Yoo Jonghyuk merasakan momen kelelahan ekstrem sesaat, lengah dan ditusuk sekali lagi. Lee Jihye ronde 999 pada saat itu menyelamatkannya. Menendang Time Controller menjauh, menarik pedangnya dan memasang postur bertarung.

Kim Namwoon mengeluarkan energi iblisnya, sementara itu Uriel dengan hatinya yang patah dan mata berkaca-kaca meningkatkan jumlah probabilitas untuk diubah menjadi bom khusus di tangannya.

Lee Hyunsung memberikan perlindungan kepada Yoo Jonghyuk yang terluka dan kekuatannya melemah. Dengan menyaksikan mereka berjatuhan, God of Stories menggigit bibirnya.

Dia memejamkan matanya. Memanggil benang ilusi yang menghubungkan dia dan Han Sooyoung.

Ada satu bagian yang hilang dari skenario terakhir ini, yakni mengapa Time Controller sengaja berlama-lama dengan kekuatannya yang begitu besar?

Apakah dia sedang menunggu sesuatu?

God of Stories tak bisa menebak dengan pasti, tetapi dia menganggap bahwa karena tak semua pengunjung ada di sini, maka skenario terakhir ini menjadi tidak valid bila Time Controller melenyapkan salah satu dari mereka.

Ada batasan tertentu ataukah harus dikatakan bahwa itu aturan yang dibuat untuk dirinya sendiri?

(Datanglah ke puncak Tower of Nightmares dan masuk ke portal yang akan dibuka di sana.)

God of Stories mengirimkan pesan tersebut, lalu memandang Yang Hebat dengan tatapan penuh arti.

Yang terakhir tersenyum padanya, mengangkat bahunya sambil berkata, "Noona, kau ingin aku membuka portal itu lagi, kan? Tidak perlu meminta, aku sudah melakukan sejak lama. Tak ada yang bisa disalahkan untuk ini, semuanya benar."

God of Stories bertanya-tanya apa maksudnya, tetapi dia terkejut saat Yang Hebat mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.

Gagasan tertentu memasuki benaknya dengan cara yang tak terkendali.

***

Chương tiếp theo