webnovel

SEMUA KARENA AMETSA

Daniel tidak sengaja menjatuhkan gelas yang hendak diantarkannya kepada pengunjung sehingga membuat Jilly yang melihatnya pun langsung membelalakkan kedua matanya.

"OH MY GOD, Daniel!!!"

Laki-laki itu yang mendengarnya langsung menutup kedua telinganya karena teriakan dari saudara sepupunya tersebut.

"Jilly, tenanglah, aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya."

"Apa kau bilang?!" ujar Jilly dengan kedua matanya yang memincing. "Hanya kau bilang?"

"Ya, lalu apa?" Daniel yang baru saja selesai memunguti pecahan gelas tersebut langsung berdiri dan memandang laki-laki yang berada di hadapannya tersebut dengan tatapan datarnya itu. "Memang benar aku tidak sengaja menjatuhkannya bukan?"

Jilly bisa melihat bahwa seseorang yang berada di hadapannya itu saat ini begitu meyeramkan sehingga kini laki-laki tersebut memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua tangan yang melipat di dada.

"Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, Daniel? Jika kau tidak berniat untuk bekerja, lebih baik tinggalkan Cafeku sekarang juga."

"Benarkah?!" tanya Daniel dengan kedua matanya yang berbinar. "Kau tidak apa 'kan aku tinggalkan di sini sendiri?"

Laki-laki tersebut yang mendengarnya langsung menoleh sehingga kini kembali menatap seseorang yang berada di hadapannya tersebut. Seketika Jilly merasa menyesal telah berkata seperti itu sehigga kini Daniel pun begitu berharap kepadanya.

"Tidak, aku hanya bercanda. Cepat bereskan yang benar, aku akan membuatkannya yang baru dan kali ini biar aku saja yang mengurusnya."

Daniel terdiam mematung di tempatnya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh saudaranya itu, laki-laki tersebut menghela nafas sebelum akhirnya kembali berkata, "Apa aku boleh pergi?" tanyanya dengan serius kali ini.

Jilly yang mendengarnya pun langsung menghentikan langkahnya, lalu berputar sehingga kini laki-laki tersebut memandang ke arahnya dengan kedua tangan yang melipat di dada.

"Tidak, kau tak boleh pergi kemanapun, jadi ... tetaplah di sini dan bekerja dengan benar."

"Apa kau sekejam itu kepadaku?"

"Kejam?" ulang Jilly dengan satu alis yang terangkat. "Apanya yang kau sebut kejam?"

"Ametsa sedang sakit dan dia pasti membutuhkanku di sana!"

Mengetahui penyebab dari kekacauan yang terjadi adalah karena seorang gadis, membuat Jilly yang mendengarnya pun langsung menghela nafas dan kali ini menatap tajam kepada seseorang yang berada di hadapannya.

"Jadi karena dia, kau sampai menjatuhkan gelasku?"

"Jilly, jangan mulai!"

Jilly langsung memutar kedua bola matanya malas setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh saudaranya itu.

"Daniel, jika kau sungguh menyukainya lebih baik katakan, tetapi ... kalau tidak, mungkin kau hanya akan semakin menjauh darinya."

"Siapa yang kau maksud?!" tanya Daniel dengan kening yang berkerut serta kedua tangan yang mengepal kuat.

"Apa kau pikir aku tidak tahu?" Jilly menaikkan satu alisnya dengan kedua tangan yang melipat di dada. "Naif sekali."

"Jilly, cepat katakan!" ujar Daniel dengan kedua matanya yang memandang tajam seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Kau ... siapa yang kau maksud? Aku tidak jatuh cinta dengan Ametsa!"

Seketika suasana pun menjadi hening karena Daniel yang baru saja mengatakan sesuatu yang membuatnya langsung mati kutu sehingga kini Jilly yang melihatnya pun langsung berdecih dengan kedua tanga yang melipat di dada.

"Aku benar-benar tidak membicarakan Ametsa, bahkan aku tidak berpikir kalau kau memang menyukainya. Tetapi ketika kau berbicara tentangnya itu membuatku tahu bahwa ada cinta lokasi yang terjadi di Cafe ini."

Jilly menyeringai puas melihat Daniel yang saat ini tidak berani untuk menatapnya, laki-laki itu memalingkan wajahnya ke arah lain sembari mengulum bibirnya.

"Sekarang terserah padamu saja, kau bekerja di sini dan mengemis-ngemis meminta padaku karena Ametsa yang sedang mencari pekerjaan, 'kan?" ujarnya terhadap Daniel. "Seandainya dia tahu semuanya tentang apa yang sudah kau lakukan di belakangnya, apa Ametsa akan menerimanya? Pikirkan tentang itu, Daniel. Dia tidak akan pernah menyukainya selama kau terus saja membantunya secara diam-diam."

Setelahnya Jilly langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan saudaranya tersebut yang saat ini sedang diam mematung. Laki-laki tersebut menghela nafas sebelum akhirnya Daniel mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

Ia tidak bisa mengelak bahwa semua yang baru saja dikatakan oleh Jilly kepadanya itu memanglah benar, dan seandainya Ametsa mengetahui semua yang telah dilakukan untuknya, akan membuat dirinya menjadi terlihat mengasihani gadis itu.

Meskipun sebenarnya Daniel bukan mengasihaninya, tetapi menyayanginya. Benar, laki-laki itu menyimpan rasa terhadap Ametsa sejak lama, tetapi tidak semudah itu untuk mendapatkan hati gadis tersebut.

"Ametsa ..." lirihnya dengan kepala yang menunduk serta kedua tangan yang mengepal kuat sehingga laki-laki tersebut menghela nafas seketika.

Kini suasana sudah kembali seperti biasanya dengan Daniel yang melakukan pekerjaannya dengan benar tetapi laki-laki itu mendadak menjadi pendiam.

Bahkan Jilly sendiri tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada saudaranya tersebut sehingga kini ia pun hanya diam menghela nafas dengan kedua tangan yang melipat di dada. Dirinya berjalan mendekat ketika Daniel baru saja membuatkan pesanan pelanggan.

"Daniel biar aku saja," ujar Jilly kepada laki-laki itu. Tetapi saudaranya tersebut tidak menoleh sama sekali atau bahkan merespon gerak tubuhnya sehingga membuatnya benar-benar tak tahu lagi harus bagaimana.

Dilihatnya Daniel yang langsung berlalu pergi mengantarkan pesanan pelanggan tersebut ke depan sana meninggalkan dirinya yang saat ini diam mematung di tempatnya dengan satu tangan yang mengambang dikarenakan seseorang yang hendak dibantunya itu pergi begitu saja mengabaikannya.

"Jika terus seperti ini, akankah aku mendapat maafnya?" ujar Jilly dalam hati. "Sepertinya perkataanku tadi terlalu kasar kepadanya."

Jika diperhatikan dengan seksama, semua yang dilakukan Daniel sangat tulus untuk seorang gadis yang bernama Ametsa itu. Bahkan, pada saat pertama kali laki-laki itu datang masih teringat jelas, bagaimana sepupunya yang begitu memohon kepadanya untuk memberikan sebuah pekerjaan di Cafenya ini.

Ia pun sungguh terheran karena ini pertama kali untuk dirinya melihat Daniel seperhatian ini terhadap seorang perempuan, dan ketika Jilly mengetahui alasannya itu sungguh membuat laki-laki tersebut merasa terkagum dengan apa yang sudah sepupunya tersebut lakukan.

Bisa dibilang bahwa Daniel adalah laki-laki beruntung yang bisa bertemu dengan seorang gadis seperti Ametsa. Jilly akui bahwa teman dari sepupunya itu sangatlah cantik, auranya begitu berbeda dari perempuan yang sering dilihatnya tersebut, dan ia mengerti mengapa saudaranya itu begitu diperlakukan istimewa olehnya.

"Daniel," panggil Jilly ketika melihat saudaranya itu yang baru saja kembali mengantarkan pesanan pelanggan.

Laki-laki itu yang mendengarnya pun langsung berhenti tepat di samping Jilly, kemudian menghela nafas sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak ingin mendengar apapun darimu, Jilly. Tolong hentikan semua ini," ujarnya lalu kembali melanjutkan aktivitasnya lagi.

Jilly yang hendak berbicara pun terpaksa harus menundanya sehingga kini laki-laki tersebut menghela nafas seketika. Sepertinya Daniel memang sedang tidak ingin berbicara apapun dengannya.

Chương tiếp theo