webnovel

Dalam Misi(1)

"Assalamu'alaikum Umi, Abi...." Zayn mencium tangan uminya, Ayya yang sangat merindukan putranya langsung memeluknya dengan erat.

Arunika juga mencium tangan Rafi, mertuanya ini masih sangat tampan. Matanya kembali berbinar, entah mendapat keberuntungan dari mana, sehingga dia dikelilingi orang-orang yang tampan.

"Zayn... istrimu cantik sekali, kemarilah sayang..." Ayya meminta Arunika untuk mendekat kepadanya. Arunika meraih tangan Ayya dan menciumnya, kemudian Ayya juga memeluk Arunika dengan penuh kasih sayang.

"Umi, Abi, perkenalkan ini Arunika, istri Zayn. Meski kalian sering melihatnya saat video call, ini adalah kali pertama kalian bertemu. Jadi alangkah baiknya Zayn memperkenalkan Arunika secara resmi.." Ayya sangat puas, putranya berjodoh dengan Arunika yang notabene adalah putri sahabatnya, Haedar.

"Arunika... selamat datang, kami sangat bahagia dengan pernikahan kalian berdua. Semoga langgeng dan cepat mendapat momongan. Agar kalian seperti kami, masih muda tetapi sudah mempunyai seorang menantu." mereka semuanya tersenyum. Ayya kemudian mengajak mereka berdua masuk untuk menemui Kirana dan Hanan, kakek dan nenek mereka.

"Zayn, Arunika, mari kita temui kakek dan nenek. Beliau berdua pasti sangat gembira dengan kedatangan kalian berdua." Ayya masuk kedalam rumah, diikuti oleh Zayn dan Arunika. Sementara Rafi mencari Ahfaz dan Azka, memberitahukan kedatangan putra dan menantunya.

"Umi, Abi, Zayn ada disini bersama dengan istrinya. Mereka ingin bertemu dengan kalian berdua." Ayya berbicara kepada Kirana yang sedang menyuapi Hanan.

"Zayn, kau sangat tampan sekarang." Kirana langsung memeluk cucunya. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. Kirana merasa sangat senang, cucucnya telah beranjak dewasa bahkan telah memiliki seorang istri.

"Nenek apa kabar,," Zayn melepaskan pelukan Kirana, lalu dia memperkenalkan Arunika.

"Nenek, ini istri Zayn, Arunika namanya. Semoga nenek menyukainya.." Arunika tersenyum kepada Kirana, lalu dia mencium tangan Kirana yang langsung memeluknya dan mencium keningnya.

"Apa kabar nenek, senang berkenalan dengan anda." Arunika yang sangat fasih berbahasa Indonesia menyapa Kirana dengan sangat sopan. Meski gadis ini masih sangat muda, tetapi dia pandai dan santun dan Kirana langsung menyukainya.

"Alhamdulillah sayang, nenek sehat. Kamu cantik sekali, zayn sangat pandai memilih istri." Kirana, Ayya, Arunika dan Zayn, kemudian menemui Hanan. Zayn mencium tangan kakeknya diikuti Arunika. Meski tidak dapat berbicara dan menggerakkan tubuhnya tetapi sangat jelas terlihat raut bahagia diwajahnya. Bibirnya terliat sedikit tersungging keatas.

"Zayn, beginilah keadaan kakekmu. Nenek harap, kamu dan Umimu bisa membantu kesembuhan kakekmu ini." Kirana sangat berharap dengan Ayya dan Zayn saja sudah cukup untuk menyembuhkan suaminya. Tidak perlu kehadiran Ziyad, karena kalau bertemu dengannya mungkin luka dihatinya akan kembali terbuka.

"Baik nenek, Zayn akan memeriksanya sebentar." Zayn meraih pergelangan tangan kakeknya Lalu dia memeriksa nadinya, setelah beberapa saat dia melepaskan tangan Hanan. Lalu menatap Ayya dengan tatapan yang sangat rumit.

"Nenek, Zayn akan berusaha semaksimal mungkin. Nenek jangan khawatir ya! tetapi kita harus bersabar. Sekarang, Zayn akan berbicara sebentar dengan Umi. Nenek jaga kakek baik-baik." Zayn memberi kan kode terhadap uminya lalu mereka bertiga keluar dari kamar dan menuju ke ndalem. Zayn belum menemui om nya Ahfaz, dia juga sangat merindukan om nya yang sudah seperti abinya sendiri.

"Bagaimana Zayn, apakah diagnosa mu sama dengan umi?" Ayya merasa sangat khawatir melihat wajah putranya. Ayya sudah bisa menebak bahwa apa yang Zayn temukan sama dengan apa yang dia temukan. Zayn dan Ayya berhenti di serambi masjid, Arunika otomatis juga ikut berhenti. Ketiganya kemudian duduk dan berbicara ditempat ini.

"Umi, apa yang dialami kakek Hanan ini sangat serius Karena pembuluh darah yang pecah terjadi di otak, maka hal ini telah menimbulkan pendarahan di otak kakek. Kalau istilah medisnya adalah Brain Hemorrhage dan ini dapat berakibat fatal karena bisa mengakibatkan pembengkakan otak dan matinya sel-sel otak dan itulah mungkin yang menyebabkan kakek mengalami kelumpuhan.

"Kemungkinan kakek selamat tetap ada Umi, hanya saja sebagian pasien yang selamat dari pembuluh darah pecah di otak tetap berkemungkinan mengalami masalah sensorik, kejang, sakit kepala, susah tidur, juga masalah ingatan. Maka dari itu, Kakek membutuhkan terapi tambahan lainnya. Mulai dari fisioterapi hingga terapi bicara." Zayn sudah menjelaskan dan Ayya pun mulai memiliki sedikit harapan.

"Persis.." Ayya langsung membenarkan apa yang baru saja Zayn sampaikan. Keduanya tampak berfikir, sementara Arunika hanya diam memperhatikan suami dan mertuanya yang menurutnya sangat tidak cocok disebut ibu dan anak. Mereka lebih pantas disebut kakak beradik. Umi Zayn masih sangat muda, bukankah om Kaif lebih muda dari Zayn? benar sekali, mereka lebih mirip kakak adik.

"Baiklah Zayn, sementara kakek Ziyad belum bisa datang. Kita akan merawat kakek Hanan sebaik yang kita bisa." Ayya, Zayn dan Arunika lalu beranjak dan kembali berjalan menuju ndalem.

"Zayn... kau sangat tampan sekarang. Tinggimu sudah melebihi tinggi nya om! kamu juga sangat hebat Zayn.." Ahfaz langsung memberondong Zayn dengan pujian saat mereka bertemu. Zayn mencium tangan om nya lalu memeluknya. Arunika juga mencium tangan om nya, lalu mereka semua duduk lesehan diruang tamu.

"Om Ahfaz dari dulu tidak berubah, dimana tante Azka dan Fawwaz? Zayn menanyakan keberadaan tantenya. Juga adiknya, Fawwaz. Dia lebih muda dari adiknya Hubbika.

"Sebentar Zayn, tante sedang menidurkan Fawwaz karena dari tadi dia agak rewel." Ahfaz tersenyum saat melihat gadis kecil yang cantik bersembunyi di belakang tubuh zayn.

"Zayn, siapa yang bersembunyi dibelakangmu? kenapa dia sangat pemalu?" Ahfaz menggoda keponakan barunya. Arunika semakin bersembunyi, Ayya dan Rafi geli melihat tingkah menantunya. Mereka seketika teringat dengan papanya Haedar yang banyak bicara dan cuek. Lalu, apakah Arunika ini benar putrinya? kenapa sifatnya sangat bertolak belakang dengan Haedar? atau mungkin Arunika lebih mirip ibunya.

"Arunika, jangan bersembunyi! om Ahfaz memang senang menggoda tetapi dia sangat baik kok. Ayo keluar dan menyapanya." Zayn selesai bicara, Arunika dengan wajah tertunduk keluar dari belakang tubuh Zayn dan mengulurkan tangannya untuk mencium tangan om nya.

"Hai om... Aku Arunika, istri kak Zayn." Arunika menunduk saat melihat wajah omnya bibir mungilnya menganga dan matanya berbinar, lagi-lagi dia bertemu dengan orang ganteng.

"waah... cantiknya keponakan baruku. Sini dekat om! om akan ceritakan kekonyolan Zayn waktu kecil." Ahfaz kembali menggoda Arunika. Lalu terdengar suara yang sangat dikenalnya, Ahfaz langsung meralat kata-katanya.

"Arunika, ayo pindah dekat om, nanti om Ahfaz kalau macam-macam biar tante jewer." Azka yang baru saja keluar dari kamarnya langsung ikut bergabung. Ahfaz langsung meminta maaf kepada isterinya. Keluarga ini benar-banar hangat, tetapi Arunika dan Zayn harus segera pamit dan tidak bisa bergabung dengan mereka lagi karena saat ini keduanya masih berada dalam misi dan kakeknya sedang melakukan pengejaran menangkap musuh mereka.

Chương tiếp theo