Emosi yang sudah lama terpendam kini meluap dan terkumpul menjadi satu. Bagai seorang pemanah yang menemukan kembali busur lamanya, kini Lily siap membidik siapa saja yang ada di hadapannya.
Tak memedulikan penampilan bodohnya yang menggunakan kemeja kebesaran dan rok yang bisa terbilang span. Lily melangkah dengan percaya diri, menuju tempat di mana ia mendapat lemparan telur tadi.
Bagus, tempat itu masih sama. Lily mengambil sebuah batu yang cukup besar yang melukai kepala Rena.
Kemudian kembali pergi menuju sasarannya yang kini mungkin berada di kelasnya. Tatapan mata Lily tajam dan setiap orang yang ada di sekitarnya memilih menyingkir, memberinya jalan untuk lewat.
Dia kembali.
Lily si anak gila yang sempat tenang di dalam cangkangnya kini keluar. Lihatlah sorot mata dan tangan yang menggenggam erat sebuah batu itu.
Tatapan mata Lily berputar mencari sosok yang sudah diketahuinya sebagai dalang yang melemparinya telur. Fani dan Jesica.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com