webnovel

Part 56 Maaf dan Makan Romantis

"Sayang."Panji mengirimkan pesan kepada Alena.

Setelah ditunggu beberapa menit, Alena tidak kunjung membalas chatnya. Panji menduga kalau Alena sekarang marah dengannya. Wanita mana yang tidak marah melihat pacarnya hilang tanpa memberinya kabar.

Panji kembali fokus menyetir lagi menuju kantornya. Dia berencana istirahat kerja nanti dia akan mendatangi tempat butik Alena.

Sesampainya di kantor, banyak sepasang mata yang melirik kearahnya. Pasti diantara mereka ada yang terkejut melihat keterlambatannya berangkat ke kantor. Bukan karena dirinya sebagai pemimpin harus memberi contoh yang baik untuk tidak datang terlambat. Justru setiap hari Panji selalu datang tepat waktu. Tapi sekarang malah Panji datang telat.

"Kok tumben Pak Panji datang terlambat."salah satu karyawan melirik kearah Panji yang baru datang. Tapi tatapan mereka tidak bisa lama kearah Panji karena takut kalau dimarahi.

"Ya. Pak Panji kan selalu tiba di kantor tepat waktu."jawab karyawan lain sambil menunduk untuk menyembunyikan celotehnya itu.

"Eh eh Pak Panji baru datang."salah satu karyawan perempuan yang telah dilewati Panji berbisik ke teman disampingnya.

"Ya. Kok tumben."jawab rekannya.

Panji sudah tahu kalau banyak karyawannya telah membicarakannya dibelakangnya. Tapi pikrannya kini malah hanya memikirkan Alena. Menurutnya celoteh dari karyawan-karyawannya itu tidak dipedulikannya.

Panji masuk ke dalam ruangan kerjanya. Bukannya langsung membuka computer dan melihat beberapa berkas yang penting di meja, ini malah dia langsung duduk di kursi dan menyandarkan kepalanya ke kursi. Kemudian tangannya memegang kepalanya seperti terlihat frustasi.

Tok tok

"Permisi pak."sekretaris Panji yang bernama Wida datang sambil membawa beberapa tumpukan berkas yang harus diselesaikan Panji.

"Silahkan masuk."Panji masih memejamkan matanya dan kepalanya disandarkan ke kursi.

"Pak saya mau memberikan ini."Wida menyodorkan beberapa berkas tadi ke Panji.

"Taruh disitu saja."jawab Panji dengan datar.

"Ini saya taruh diatas meja ya pak."Wida meletakkan berkas di atas meja Panji.

"Saya permisi dulu pak."Wida sebenarnya ingin menanyakan keadaan Panji tapi dia takut. Banyak karyawan termasuk dirinya telah tahu kalau Panji dikenal sebagai cowok yang tidak suka banyak bicara dan cuek.

"Hmmm."Panji menjawabnya tanpa memperdulikan kepergian sekretarisnya itu.

Panji merasa bingung sekali dengan kehidupannya sekarang. Baru saja dia menikmati waktu romantis bersama Alena. Tapi tiba-tiba keromantisan mereka harus terganggu dengan kehadiran Arini di hidupnya.

"Astaga."Panji menjauhkan tangannya dari kepalanya dengan kasar. Lalu kedua matanya mulai terbuka.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang."tiba-tiba pikirannya kini memikirkan Alena dan Arini bergantian. Dua wanita yang sekarang masuk kedalam hidupnya. Alena adalah wanita yang sangat dicintainya sedangkan Arini adalah wanita yang tengah mengandung anaknya dan membutuhkan tanggung jawabnya. Disisi lain Panji tidak mencintai Arini.

Kemudian Panji membasuh mukanya. Dia berusaha menghilangkan kebingungannya itu. Kalau dibiarkan terus pasti pekerjaannya banyak yang terganggu.

Tidak terasa jam istirahat telah tiba. Panji baru selesai mengurusi semua pekerjaannya. Dia segera menata penapilannya karena akan datang ke butik Alena. Dia merasa bersalah dengan Alena kemarin. Dengan kedatangannya ini dia akan meminta maaf kepada Alena.

"Mbak Alena, diluar ada Mas Panji sedang menunggu mbak."salah satu asisten kepercayaan Alena masuk ke dalam ruang kerja Alena.

"Dia kesini. Mau apa?"Alena sedang asyik menatap laptopnya. Dia tidak semangat dan tidak terlalu antusias saat tahu Panji datang ke butiknya.

"Katanya dia mau ketemu sama mbak Alena. "

"Suruh dia masuk saja Lin."kata Alena kepada asistennya yang bernama Lina itu.

Sebenarnya Alena masih marah dan jengkel dengan sikap Panji kemarin. Tapi mau gimana lagi rasa cintanya pada laki-laki itu begitu besar dan telah mengalahkan amarahnya. Lagian dia juga telah rindu kepada Panji setelah kemarin tidak bertemu dengan Panji seharian.

"Sayang."Panji membuka pintu ruang kerja Alena. Alena masih mentap layar laptopnya.

"Sayang, Kamu sedang apa?"basa-basi Panji duduk di depan Alena. Tapi Alena tetap masih diam saja.

"Sayang aku tahu kamu pasti masih marah sama aku. Aku minta maaf atas kejadian kemarin."Panji berjalan menghampiri kursi Alena.

"Aku kemarin masih ada meeting sama klien aku. Dan sampai akhirnya aku kecapekan dan langsung tertidur di rumah klien aku."Panji menjelaskan di dekat telinga Alena.

"Sayang. Ya sudah kalau kamu masih marah sama aku. Aku pulang dulu."kata Panji. Panji terlihat sudah pasrah untuk membujuk Alena agar memafkannya. Meskipun dia telah berbohong.

Panji akhirnya pergi meninggalkan Alena. Baru beberapa langkah meninggalkan Alena tiba-tiba ada sesuatu yang menahan laju langkah kakinya. Dia sudah menduga kalau yang ada dibelakang tubuhnya itu adalah Alena. Karena yang ada di dalam ruangan itu hanya dirnya dan Alena saja.

"Hmmm"Alena memeluk tubuh Panji dari belakang.

Panji langsung berhenti. Matanya kemudian menatap kebawah dan melihat ada tangan yang melingkar di perutnya. Dilihatnya tangan itu milik Alena. Kemudian tangan Panji ikut memegang tangan Alena.

"Aku nggak suka kamu gituin aku kemarin."ucap Alena. Mulutnya terhalang dengan punggung lebar Panji.

"Maafin aku."kata Panji sambil mengelus tangan halus milik Alena.

"Aku kemarin sibuk dan tidak sempat membalas chatmu." Panji terus mengelus tangan Alena.

"Aku khawatir tahu sama kamu. Aku kira kamu sedang terjadi apa-apa."Alena hampir meneteskan air mata.

Tanpa sepengetahuan Panji, kemarin Alena begitu khawatir sekali terhadap keadaan Panji. Telah menanyakan keadaan Panji kepada orangtua Panji tapi mereka juga tidak tahu. Panji tidak tahu sebegitu khawatirnya Alena padanya. Jadi wajar saja saat ini Alena sangat marah padanya.

"Aku nggak menyangka cintamu begitu besar padaku. Tapi maafin aku telah cinta suci kita. Aku telah bermain dibelakangmu."batin Panji sambil menginngat masalahnya dengan Arini.

Panji membiarkan Alena terus memeluk tubuhnya dari belakang. Mungkin hanya dengan itu Alena bisa menghilangkan rasa kesalnya. Tidak terasa Alena telah memeluk Panji cukup lama.

"Hiks…hiks…"Alena melepaskan pelukannya.

"Aku minta maaf ya."Panji menyeka dan menghapus air mata Alena yang tadi sempat jatuh.

"Hmm."jawab Alena sambil mengangguk. Panji terus menatap wanita yang sangat dicintainya itu.

"Makasih kamu sudah sangat mencintai aku dan mengkhawatirkan keadaanku kemarin."Panji langsung menarik kepala Arini ke dalam pelukannya.

Alena nyaman berada dipelukan Panji. Yang paling disukai Alena adalah dipeluk Panji. Alena merasa sedikit tenang dan tidak marah lagi pada Panji.

"Aku sangat mencintai kamu."Panji mencium ujung rambut Alena dan memeluknya.

Panji mengajak Alena pergi keluar untuk makan siang bersama di salah satu restauran tempat favorit Alena. Sebelum Panji tiba di butik Alena, dia telah memboking restaurant favorit Alena untuk mempersiapkan makan siang romantis untuknya dengan Alena.

Akhirnya mereka berdua pergi menuju restaurant itu. Kebetulan mereka berdua telah lapar.

"Sayang, tutup dulu matamu."setelah turun dari mobil, Panji langsung menutup mata Alena dengan tangannya.

"Kenapa ditutup segala sih yang. Kan kita cuma makan siang saja."Alena tersipu malu dan merasa penasaran apa yang telah dipersiapkan Panji kepadanya.

"Sudah nurut aja."Panji meyakinkan Alena. Alena semakin penasaran sekali.

Alena berjalan didepan Panji dan tangan Panji menutupi matanya. Dia tidak bisa melihat yang ada didepannya. Jadi dia kini hanya mengandalkan tuntunan dari Panji agar dia tidak salah jalan.

"Sudah."setelah beberapa menit berjalan akhirnya Panji menyuruh Alena duduk di kursi.

"Wowww."Alena terkejut setelah matanya terbuka, didepannya sudah terdapat meja makan yang sudah didesign begitu cantiknya. Alena tidak percaya Panji telah menyiapkan untuknya itu.

Diatas meja sudah tertata beberapa makanan lezat. Ditambah lagi ada sebuah lilin dan satu buket bunga besar di atas meja. Bunganya berwarna merah darah. Disekelilingnya terdapat dekorasi cantik yang menambah keromantisan diantara keduanya.

Alena merasa senang sekali. Tidak disangkanya rasa kesalnya yang telah dia pendam sejak kemarin berujung bahagia hari ini. Panji menyiapkan makan siang romantis di tempat kesukaannya.

Semua perasaan kesal dan amarahnya pada Panji benar-benar sirna sudah. Kini tinggallah perasaan bahagia karena telah memiliki laki-laki tampan dan perhatian sekali dihidupnya.

Chương tiếp theo