webnovel

TERKURUNG

Zanna menggerakkan matanya dan berusaha membukanya. Saat matanya terbuka sempurna, dia langsung melonjak kaget, dan itu membuatnya pusing karena bangun dengan cepat.

"Kenapa aku bisa ada disini? Seingat ku, aku sedang di dalam gedung bioskop. Oh, tunggu!." Zanna dengan cepat melihat kearah jam didinding kamar dan matanya melotot melihat pukul berapa sekarang.

"Ya Tuhan! Aku telat! Aku telat! Aku telat!." Zanna panik saat melihat jam di dinding menunjukkan pukul delapan kurang lima menit. Saat Zanna akan beranjak dari ranjang, tangan Zanna ditarik dan membuatnya kembali terlentang di atas ranjang.

"Mau kemana?"

"Lepaskan! Lepaskan Kenan! Lihat jam berapa sekarang? Aku sudah terlambat." Zanna memberontak saat Kenan memeluknya erat seperti guling. Pria itu malah semakin erat dan mengecup leher Zanna gemas.

"Karena sudah terlambat, kita tidak usah masuk sekalian."

"APA?! Tidak Kenan. Kamu bos di sana, sedangkan aku hanya karyawan. Aku bisa dipecat kapan saja."

"Jika itu bisa membuatmu selalu ada di sampingku maka sekarang juga aku memecat mu."

"APA? memecat seseorang harus dengan alasan yang jelas Kenan. Kamu tidak bisa memecatku hanya dengan alasan yang seperti itu." Zanna kembali berusaha melepaskan pelukan Kenan dari tubuhnya, tetapi lagi dan lagi gagal.

"Kenapa kamu tidak menjawab panggilan dan pesan yang ku kirim kamu abaikan?" Zanna terdiam ketika Kenan menatapnya serius, tatapan tajam Kenan membuat Zanna selalu tidak berkutik. Sejak dulu, tatapan tajam Kenan selalu membuatnya takut. Kenan bisa menjadi sosok yang tidak Zanna kenal jika sudah marah.

"Untuk apa menghubungiku?"

"Untuk apa? Kamu milikku! Kenapa harus tanya untuk apa?" Nada suara Kenan sudah meninggi, Zanna menutup matanya rapat. Melihat Zanna mulai ketakutan Kenan memejamkan matanya menghembuskan nafas perlahan mencoba mengatur emosinya kembali.

"Kamu tahu, aku membutuhkan kamu. Saat kamu tidak menjawab panggilan telepon ku, panik yang kurasakan. Aku takut kamu pergi lagi. Seperti waktu itu."

"Untuk apa ada aku jika kamu sendiri sudah mempunyai kekasih?" Zanna kini berhadapan dengan Kenan. Menatap wajah Kenan langsung dari kedua matanya.

"Laura? Dia hanya teman."

"Oh namanya Laura? Sana pergi! Aku harus kekantor hari ini." Zanna mendorong tubuh Kenan menjauh tetapi tangan Kenan menahan dan berbalik mengurung tubuh Zanna dibawahnya.

"Lepas!"

"Never! Kamu sudah mengacuhkan ku kemarin sehari penuh. Sekarang waktunya kamu bersamaku tanpa bantahan." Kenan berusaha mencium Zanna tetapi Zanna berkali-kali menghindar membuat Kenan geram dan menahan rahang Zanna lalu menciumnya dengan keras.

"Kamu tahu apa yang terjadi jika kamu melawanku sayang."

"Aku harus bekerja, Kenan!" Zanna kembali memberontak, usaha Zanna memberontak berakhir sia-sia. Kini Zanna dalam keadaan terikat dengan kepala ranjang.

"Lepas Kenan! Kamu gila!"

"Yes I'm!"

Kenan mengambil ponsel Zanna, mengotak-Atik nya lalu menonaktivkan.

"Percuma kamu beri password di ponselmu. Aku tahu semua tentangmu sayang." Kenan melemparkan ponsel Zanna yang sudah mati keatas nakas lalu pergi meninggalkan Zanna sendiri dan terikat di atas ranjang.

"KENAN! STOP! KENAN!!! LEPASKAN TANGANKU!!" Teriakan Zanna menggelegar seantero apartemen Kenan, jika apartemen Kenan tidak kedap suara dan berada di atas sendiri kemungkinan tetangga akan berdatangan.

Zanna kembali berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya, bukannya lepas tangan Zanna memerah karena dia memaksa menarik tangannya disaat simpul yang dibuat Kenan benar-benar kuat.

Zanna menyerah, jam di dinding sudah menunjukkkan pukul sepuluh, mau berangkat pun Zanna tetap terlambat.

"Kenan! Lepaskan tanganku! Kesini kamu!"

"Aku disini dari tadi, ada apa?" Jawab Kenan sambil berjalan santai mendekati Zanna.

"Lepaskan tanganku! Sakit."

"Bukannya kamu suka yang sakit? Kamu lebih suka dipaksa daripada menurut." Bukannya melepas ikatan yang dibuatnya, Kenan ikut berbaring di samping Zanna sambil memeluk Zanna erat.

"Kenapa kamu selalu membuatku marah, Sayang? Jangan pernah lakukan hal itu lagi atau aku akan mengurung mu disini." Kenan menggeser tubuhnya, kini tubuhnya berada tepat di atas Zanna sambil mengecup singkat dahi, mata, hidung, dan melumat bibir Zanna. Zanna  tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan dia merapatkan bibirnya saat Kenan berusaha memasukkan lidahnya. Kenan kesal. Kepala Kenan mendapatkan idenya, langsung tanpa aba-aba Kenan merobek pakaian Zanna membuat bagian atas Zanna terbuka. Kenan meremas dengan keras, memaksa agar bibir Zanna terbuka untuknya.

Posisi Zanna yang terikat memudahkan Kenan melucuti seluruh pakaian yang Zanna pakai. Kemeja putih milik Kenan yang dipakai Zanna sudah berantakan kancingnya. Zanna berusaha memberontak lagi dan tetap nihil.

"Lepas Kenan! Kamu lakukan saja sama pacar mu itu!"

"Kamu itu pacarku dan kemarin sudah menjadi tunangan ku!"

"Tunangan? Sejak kapan?" Zanna tertawa sinis mendengar Kenan bicara. Tunangan? Sejak kapan dia menjadi tunangan Kenan?

"Lihat jari tangan mu! Cincin yang cantik sudah bertengger di sana." Zanna langsung melihat kearah jari kirinya. Benar, di sana sudah ada cincin berlian yang menghiasi jari manisnya.

***

Zanna bergerak gelisah dibawah kungkungan tubuh kekar Kenan. Pria itu menyusuri tubuh telanjang Zanna dengan lidahnya yang terampil. Kenan berkutat lebih lama dibawah pusar Zanna membuat Zanna merasa semakin frustasi.

"Oh Tuhan." Zanna menggeliat. Pria diatasnya sudah bergerak turun menghadap langsung milik Zanna yang terbuka. Kenan melihat milik Zanna dengan penuh gairah, milik Zanna sudah sangat basah karena ulahnya.

"Kamu sangat cantik dengan posisi seperti ini." Kenan memasukkan jarinya kedalam liang surgawi milik Zanna dan berputar di sana membuat Zanna mengangkat pinggulnya tinggi.

"Tahan sayang, belum waktunya kamu mendapatkan itu." Kenan menahan Pinggul Zanna dengan kuat. Zanna yang tidak bisa bergerak semakin merasa hancur, dia ingin melepaskan semuanya tapi Kenan menghalangi.

Kenan melepaskan Boxer yang menutupi miliknya yang sudah sangat tegang dan memperlihatkan miliknya yang sudah sangat keras.

"Kamu harus dihukum dengan ini sayang, bukan dengan jari tanganku." Ucap Kenan sambil memainkan miliknya sebelum meletakkan di depan pintu masuk milik Zanna. Kenan menggesek miliknya dan menyentuh pubis Zanna membuat Zanna semakin frustasi.

"Brengsek! Aku menginginkan mu!" Kenan tersenyum puas melihat Zanna yang sudah dibakar gairah. Tanpa menunggu lagi, Kenan memasukkan miliknya dengan keras dan dalam.

"Gila! Kamu selalu membuatku merasakan nikmat yang luar biasa. Kenapa milikmu masih sangat sempit, Sayang?" Kenan terus bergerak keluar masuk dengan tempo yang berubah, kadang dia bergerak cepat tapi dia juga bergerak sangat lambat saat Zanna akan mendapatkan puncaknya.

"Please Kenan! Buat aku datang!"

"Dengan senang hati, Sayang." usai mengatakan itu Kenan mempercepat gerakannya dan menekannya semakin dalam. Milik Zanna sudah mulai berkedut dan otot-otot kewanitaannya menegang. Zanna bergetar dengan Kenan yang masih setia bergerak.

"Sial! Kamu membuatku datang!" Kenan menekan pinggulnya lebih dalam dan melepaskan semuanya di dalam Zanna.

"Kamu tanpa kondom?" Melihat Kenan melepas miliknya yang tanpa pengaman membuat Zanna kaget.

"Bukannya kamu sudah suntik? Jadi kamu tidak akan hamil."

"Tapi aku baru suntik kemarin! Kamu gila!"

"Sudah, jangan dipikirkan. Sekarang kita tidur." Kenan memeluk tubuh Zanna yang masih terikat tanpa ingin melepaskan ikatan itu.

"Lepaskan tali ini!"

"Dan kamu akan pergi saat aku tertidur?"

"Tanganku sakit Ke!" Kenan melihat pergelangan tangan dan kaki Zanna terlihat merah di sana. Berfikir sebentar Kenan akhirnya melepaskan ikatan Zanna.

"Sekarang tidur, dan jangan berpikiran macam-macam apalagi untuk pergi dari sini." Zanna tidak menjawab, dia hanya membalik tubuhnya membelakangi Kenan.

"Aku harus membeli pil agar tidak hamil." Zanna bergumam sebelum terlelap mengikuti Kenan.

Chương tiếp theo