webnovel

Chapter 38. Ramalan

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dunia terbakar, api hitam terus membakar segala sesuatu yang menghalanginya, tanah, batu, tanaman ataupun makhluk hidup lainnya tewas terbakar, mata mereka penuh keputusasaan sebelum lenyap menjadi abu.

Raia melayang dikejauhan memandangi dunia yang terbakar tanpa bisa melakukan perlawanan. Dia begitu putus asa, tapi matanya penuh kemarahan dan kemurkaan.

Raia itu berbalik dan menatap pelaku sebenarnya pembakaran ini.

Itu wanita, matanya merah tanpa cahaya, bergaun hitam dan duduk di tahta sambil memandangi segala sesuatu terbakar dengan tatapan kosong.

Itu hanya tatapan kosong, tapi saat wanita itu melirik Raia.

Tekanan yang tidak diketahui menyerang Raia, wajahnya memucat dan jantungnya serasa seperti ditusuk-tusuk pedang.

"AHHH!!"

Rasa sakit itu benar-benar keterlaluan hingga Raia berteriak, tetapi ia menyadari bahwa rasa sakit itu telah menghilang dan digantikan oleh keringat yang membasahi tubuhnya.

"Raia!"

Suara lain datang dengan panik dari ruangan lain dan bergegas ke ruangan Raia berada.

Suara pintu dibuka dengan kasar terdengar, dan sesosok berpakaian piyama hijau terlihat mengambil nafas buru-buru sambil melihat Raia penuh kekhawatiran.

Itu Erofu.

"Raia, ada apa?" setelah mengambil nafas, ia berjalan dengan tenang menuju Raia yang mencoba duduk di kasur.

Awalnya buram, tetapi saat jarak semakin dekat Raia dapat melihat Erofu dengan jelas.

"Tidak, tidak apa-apa. Hanya mimpi diserang kawanan kecoa." Raia membuat lelucon.

Erofu masih tidak yakin, "apa itu benar?"

"Itu yang sebenarnya. Ngomong-ngomong, berikan aku beberapa camilan."

"Yah, baiklah." Erofi pergi dan saata hendak keluar kamar, ia berhenti dan menatap Raia sekali lagi.

Jelas walaupun Raia belum bisa melihat dengan baik, ia tahu bahwa Erofu menatapnya.

Sejujurnya, ia merasa tidak enak untuk berbohong kepada Erofu, tapi apa boleh buat, ia tidak ingin Erofu terlibat dengan wanita tidak diketahui identitasnya itu.

Raia memahami satu hal, sudah 3 minggu sejak ia kehilangan pengelihatannya, sejak saat itu indra lainnya diperkuat dan yang paling mengerikan adalah ramalan.

Raia mendapatkan ramalan kemungkinan karena indra lainnya diperkuat hingga batas maksimum, yang membuat persyaratan untuk mendapatkan kemampuan meramal menjadi tersedia. Itu tidak apa-apa jika ia mendapatkan ramalan dengan akurasi 10%-20% kemiripan, tapi sejak ia mendapatkan ramalan melalui mimpi, ia segera mengetahui bahwa ia mampu meramal kejadian hingga 99%.

Alasan kenapa kekurangan 1% adalah karena Raia yakin ia dapat mengubah ramalan apapun walaupun persentasenya hanya 1%.

Selama 2 minggu terakhir ia selalu memimpikan hal yang sama dan itu cukup menyiksa batinnya.

Bajingan!

Raia memandang Erofu yang masih belum pergi dari sini, "Erofu, siapkan juga air dingin, aku perlu mandi dari keringat yang menjengkelkan ini. Bisa?"

"Hehe, tentu saja bisa!" Erofu tidak menutup pintu dan segera melaksakan keinginan Raia.

"Kemungkinan aku hanya bisa membawa Erofu kabur."

"Rui, apa kamu bisa membawa Erofu ke ruang dimensional mu itu?"

[Aku berpikir itu mudah hanya sedikit perubahan saja, tapi kemungkinan hanya akan bertahan selama 1 jam]

[Maksudku adalah Erofu hanya mampu bertahan selama 1 jam diruang dimensi sementara menahan radiasi dimensi]

"Itu buruk, benar-benar buruk."

Raia menghela nafas dan merasa pusing kemudian ia memijat pelipisnya.

Raia merasa dua minggu terakhir ini terlalu menyiksa, keberadaan wanita itu di dalam mimpinya bagaikan pedang damocles yang menggantung di atas kepala Raia.

"Raia, sudah siap." suara menyejukan Erofu terdengar, Raia segera memperbaiki sikapnya.

Erofu memasuki kamar dengan membawa dua ember, satu kosong sementara yang lain memiliki air dan sebuah handuk.

"Sungguh, terimakasih. Maaf merepotkanmu selama sebulan ini." Belum sebulan tapi Raia membulatkannya.

"Haha, apa yang kamu katakan sekarang? Tubuhmu penuh keringat, cepat bersihkan dengan ini."

"Ya."

Erofu meletakan kedua ember tersebut dan hendak pergi keluar, tapi sebuah suara menghentikannya.

"Mau kemana? "

"He? Yeah, menjemur?"

"Itu bisa dilakukan nanti, untuk sekarang, tolong bantu aku terlebih dahulu."

"Bantu? Bantu apa?"

Tanpa menanggapi Erofu, Raia membuka kancing piyamanya satu per satu dari bagian atas.

Saat semua kancing terbuka, tubuh yang beroti sobek tapi sedikit pucat terlihat.

"Apa lagi? Sejak kemarin aku belum makan, tenagaku hilang entah kemana, aku ingin kamu membantuku untuk ini."

"Seriuskah!? Ini mimpi?" melihat otot yang sempurna, air liur perlahan menetes sementara pipinya memerah dan nafasnya agak aneh.

Puk!

"Sakit! Apa yang kamu lakukan?"

"Melempar bantal."

"Ughh! Rasakan! Diam dan jangan menghindar! "

Erofu mengambil bantal yang sudah membentuk wajahnya dan melemparkannya sekuat tenaga ke Raia.

Tapi Raia mengangkat tanganya dan bantal berhenti.

"Apa yang kamu lakukan!?"

"Menangkap."

"Aaaahhhh!! Kamu membuatku frustasi! Diam saja dan biarkan aku membersikan tubuhmu. Apa? Hentikan itu! Aku tahu ini bukan mimpi jadi bisakah kamu jangan melempar bantal?"

"Ya."

Walaupun bernada jengkel, Erofu bersemangat dan mengambil handuk kecil, mencelupkannya ke air dingin dan secara perlahan inci demi inci membasuh tubuh Raia.

Ngomong-ngomong itu geli.

...

Raia keluar dari ruangan dengan tubuh yang sudah bersih dan berjalan menuruni tangga.

Secara perlahan ia akhirnya telah tiba dilantai satu.

Tempat tinggal Raia saat ini adalah sebuah penginapan di pinggiran kota. Penginapan ini memiliki 2 lantai, lantai 2 untuk penginapan sementara lantai pertama untuk sebuah bar.

Walaupun ini bar, ini juga menyediakan makanan layaknya kafe abad pertengahan normal.

Melihat sekeliling, Raia melihat bahwa hari ini tidak terlalu ramai, mungkin karena masih pagi.

Raia pergi ke meja di sudut ruangan.

Setelah duduk di meja, Raia melihat pemilik penginapan sedang melayani pelanggan, setelah selesai melayani pelanggan,  ia pergi ke Raia dan menanyakan hal yang sama seperti biasanya.

"Hal yang sama seperti yang kemarin?"

"Ya, tambahkan lebih sedikit sayuran dan perbanyak daging. Siapkan untuk adik ku juga, tentu dengan lebih banyak sayuran."

Sebagai High Elf, Erofu adalah seorang vegetarian, tapi sebanyak apapun ia memakan sayuran, tubuhnya memerlukan karbohidrat yang kaya seperti daging. Tentu saja harapan Raia adalah Erofu tumbuh sedikit, walaupun tidak bertambah tinggi setidaknya tubuhnya terisi dibagian tertentu.

Pemiliki wanita itu tidak menjawab tetapi melihat Raia dari atas kebawah kemudian pergi dengan anggukan kecil.

Raia sudah terbiasa dengan ini. Jadi dia mengabaikan itu.

Ngomong-ngomong, Raia sudah membayar biayanya menginap untuk satu bulan termasuk biaya makan siang sampai malam.

Bagaimana Raia mendapatkan uang itu?

Mengutang pada Erofu tentu saja.

Ngomong-ngomong sudah 25 hari sejak ia memasuki desa, tunggu, lebih tepatnya menyelinap. Jauh dari harapannya, ternyata desa ini jauh lebih besar dan jauh lebih makmur.

Tembok kayu bagian luar ternyata hanya pembatas untuk wilayah rakyat miskin, sementara rakyat yang lebih kaya memiliki tempat tinggal yang dipisahkan tembok batu yang kokoh beserta lebih banyak penjaga.

Itu jelas-jelas diskriminasi masal bukan?

Alasan kenapa ia berada di kota ini selama 25 hari adalah hambatan tertentu akibat kesalahannya sendiri. Sejak pembunuhan lusinan penjaga yang dilakukan Raia, tetua desa waspada dan melarang penggunaan altar teleportasi dalam waktu satu bulan.

Ditambah Erofu tidak bisa mengungkapkan identitasnya sebagai High Elf, ia takut kelompok yang memburunya ada di desa ini atau telah menyelipkan mata-mata di desa ini.

Andai saja Erofu membuka identitasnya, ia akan dapat memiliki akses untuk menggunakan altar teleportasi segera, tetapi dengan melakukan itu, ia sama saja mengungkapkan posisinya.

Dalam kondisi ini, kerugiannya lebih besar daripada keuntungannya.

Tapi Raia tidak menyesal sama sekali, selama satu bulan ini ia terus mempelajari segala sesuatu yang dapat ia pelajari saat ini. Hal yang paling penting adalah ia perlu menstabilkan emosinya.

Sejak kehilangan orang tuanya untuk kedua kalinya, jelas itu akan menjadi trauma. Tapi syarat berkultivasi agar Raia terus meningkat adalah dengan tidak terikat pada suatu hal yang mengekang perkembangan.

Mungkin itu bisa disebut 'iblis hati' di novel Huaxia. Jadi selama sebulan ini Raia terus menenangkan emosinya.

Ngomong-ngomong, memikirkan semua ini membuat Raia lapar.

'Aku harap Erofu segera datang karena akan merepotkan makan dengan pandangan buram.'

Biasanya Raia menunggu waktu sekitar 15 menit untuk makanannya siap, tetapi kali ini Raia sepertinya tidak akan menghabiskan waktunya untuk bengong lagi karena ada kelompok seru memasuki penginapan.

Yang dinamakan kelompok seru adalah sebutan Raia untuk kelompok petualangan yang penuh kekacauan setiap harinya.

Sepertinya mereka kemari hanya untuk makan.

"Hei, kita duduk disini saja bagaimana?" suara ceria terdengar.

Tapi tidak ada yang menanggapi karena semua kelompok sudah duduk terlebih dahulu meninggalkan wanita yang berbicara.

Seorang pelayan segera menghampiri mereka dan menanyakan apa yang akan mereka pesan.

"Kodok panggang."

"Kodok goreng."

"Sate kodok!"

"Hei, tunggu sebentar kenapa kalian memesan sesuatu yang menjijikan seperti itu?"

"Hoho, kamu tidak tahu kah?" Suara pria terdengar dengan seringai.

"Megumin! Jelaskan! "

"Eh?! Kenapa aku?!"

"Huh~ apa boleh buat, hari ini adalah perayaan kami berhasil memusnahkan semua kodok tanpa dimakan! Gimana? Hebat kan? "

"Yah, tentu saja, jika crusader kami bisa sedikit lebih berguna mungkin tidak ada yang berlendir sedikitpun. "

"Ughhh!! Kazumi! Perih juga omonganmu!"

"Daripada aku, bukankah Aqua lebih tidak berguna? Dia makan sandwichnya loh!"

"Itu juga benar tapi karena orang ini sudah somplak jadi biarkan saja."

"Hei!"

...

"Ngomong-ngomong, apa benar kalian memesan itu? " pelayan yang merasa diabaikan memiliki mulutnya berkedut.

"Ayam panggang!"

"Berikan daging yang hanya muncul di anime saja!"

"Jadi itu pesanan kalian." Dia kemudian pergi dengan senyum pahit.

"Hei, Kazuma."

"Ada apa Aqua?"

"Bukankah menurutmu? Dia melihat kami terus dari awal? Apa kamu pikir dia tertarik pada pesona dewi Aqua ini?"

"Jika dia tertarik padamu, maka aku yakin matanya buta."

"Hahaha, tidak mungkin. Hanya orang berkualitas tinggi yang dapat melihat keindahan dewi Aqua ini."

"Hei lihat apa yang dia pesan."

"Kenapa tangannya seolah mencari sesuatu?"

...

Tok!

"Aduh, dimana makanannya?"

"Depan mu!"

"Depan mu!"

"Depan mu!"

"Depan mu!"

Apakah dia buta? Atau pura-pura? Mari kita lihat.

Kelompok itu segera diam. Tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Onii-chan! Bukankah aku bilang untuk menunggu ku?"

Suara indah terdengar dan gadis 150-160 cm berjalan ke arahnya, wajahnya cantik dan terlihat tidak dewasa sama sekali tapi itu adalah pesonanya.

Rambutnya putih, dengan daun telinga normal. Walaupun rambutnya berubah, itu tetap Erofu, demi menjaga identitasnya sepanjang waktu, Erofu memberikan mantra kecil hanya pada bagian wajahnya saja untuk menutupi warna rambut khas Elf dan daun telinganya.

Apakah ada yang ingat jika sihir Erofu disegel oleh musuh? Dan kenapa tiba-tiba ia bisa membuat mantra dengan sihir yang tersegel?

Saat Erofu terkena racun perangsang yang ditempatkan anak panah goblin, ia mencium Raia dan menelan cairan Raia. Sejak saat itulah cairan Raia membatalkan segel dan menghilangkan jejaknya.

Kemungkinan besar, energi yang diberikan belut listrik itu juga membuat cairan tubuhnya menjadi bermutasi.

Tapi okelah, hentikan pembahasan membosankan ini.

Walaupun dia memakai mantra untuk menyamarkan penampilannya, wajahnya tidak berubah sedikitpun, dia masih kecantikan loli yang bersemangat.

Erofu duduk disisi Raia dan menatapnya meminta penjelasan.

"Kenapa kakak meninggalkan ku? Bukankah aku sudah bilang untuk menunggu sebentar?"

"Kamu tahu? Kakak mu telah memesan makanan dan menunggu disini selama berjam-jam lamanya agar kamu tidak perlu lagi menunggu."

Pemilik penginapan yang kebetulan mendengar itu memiliki kedutan di sudut mulutnya.

"Onii-chan... " tatapan Erofu bergetar sementara matanya berair. Dia menatap Raia dengan kebahagiaan... Tapi itu segera berubah.

"Tapi kakak keluar sepuluh menit yang lalu. Jika kakak ingin berbohong lakukan dengan lebih realistis daripada melebih-lebihkannya."

"Dan juga, kakak meninggalkan ku, sebagai gantinya ... Hm? Hehe, ahhhmmm. "

Sebelum Erofu lebih banyak merocos, Raia menyuapinya sayur kol yang terlihat menggiurkan.

"Onii-chan lebih banyak!" mata Erofu bersinar.

"Lebih lebar."

"Aaaaaaaaahhhhhhmmm. "

Erofu membuka lebih lebar mulutnya dan lidah kecilnya yang menggemaskan bergerak-gerak.

"Enak!" Erofu menutup matanya dan mengunyah sayur kol dimulutnya dengan ekstasi yang berlebihan.

'Betapa imutnya.' Raia dengan senyum terus mengamati Erofu.

Ngomong-ngomong beginilah cara Raia menenangkan emosinya yang tidak stabil.

"Onii-chan? Begini... Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Udara di pagi hari menyejukan loh! Tentu saja kita akan membeli banyak jajanan, onii-chan..."

Tatapan bersinar itu, terlihat imut.

Tapi Raia hanya tersenyum dan berpikir.

'Dengan kata lain, dia mengingatkanku akan hutang."

"Ya! Ayo jalan-jalan!"

'Ya ya, akan kubayar hutangnya."

Pemandangan itu begitu menyejukan tapi hanya mereka berdua yang tahu apa makna sebenarnya.

...

"Apa-apaan itu? Iri sekali! Aku juga ingin itu!" lord Kazuma.

"Sis-con sudah jelas." dewi somplak.

"Kazuma. Coba ini! Kaki kodok strike!" tukang peledak.

"Apa itu Sis-con?" si masokis.

"Itu adalah jenis mesum lain dari organisme yang sama dengan mu, Darkness!"

"A-aku tidak terlalu mengerti tapi, Kazuma hina aku lebih!"

...