"Ra...kok ada cowok sih di dalem ruangannya Pak Deren?" Karina mengerutkan kening, mengintip dari celah pintu.
"Masa sih?" Callista menaikkan salah satu alisnya.
"Iya...liat tuh..."
"Masuk aja kali...kan ruangan gua juga di dalem..." Callista langsung membuka pintunya.
"Permisi...anda siapa ya?" Callista dengan agak ragu bertanya.
Pria yang hanya memakai kaos oblong dan celana jin itu bangkit, melepas kaca matanya.
"Saya...pengganti Deren sementara selama Deren di luar kota..." Pria itu menatap Karina yang hanya mengintip di balik pintu.
"Ha? Emang bisa di ganti² gitu?" Callista berbicara dalam hati.
"Yang ngintip itu siapa ya? Bisa masuk?" Pria itu mengerutkan kening.
Karina kaget, Karina hampir pergi.
"Jangan pergi...saya suruh kamu ke sini...gak akan saya apa-apain..."
Karina lalu berhenti...menelan ludah lalu masuk ke ruangannya.
Karina kaget.
"A-a...Adhitama Alvano?!!" mulut Karina menganggap.
Pria itu hanya diam.
"Ra! Dia tuh model terkenal yang katanya udah gak pernah keliatan lagi karena udah pindah ke Amerika!! Ra!!" Karina dengan hebohnya.
"Ha? Model terkenal?" Callista mengamati pria itu.
"Iya!!!" Karina langsung memeluk pria itu.
"Vano!!" Karina berteriak di pelukan pria itu.
"Ha? Vano? Nama panggilan saya Al" Alvano mengerutkan kening.
"Aaa..." Karina hanya heboh.
"Tolong lepasin saya..." Alvano mencoba melepaskan diri.
"Yaampun...punya temen malu-maluin..." gerutu Callista laluCallista menutup wajahnya dengan map yang dia bawa.
"Lepasin saya dulu bisa?" Alvano agak memaksa.
Karina lalu melepaskan Alvano tapi tatapan Karina ke Alvano sungguh sangat penuh makna.
Alvano menyipitkan mata menatap mata Karina gantian.
"Nama saya Al...kenapa kamu panggil nya Vano?" Alvano menatap Karina.
"I-itu...panggilan dari saya, kan boleh beda..." Karina masih tersenyum dan menatap Alvano.
"Nama kamu siapa?" Alvano menaikkan salah satu alisnya.
"Ka-Karina..." Karina lalu mengulurkan tangannya.
"Karina? Karina siapa?" Alvano tak menghiraukan uluran tangan Karina dan justru mengambil sebuah map di meja nya.
Karina menarik tangannya dan menatap tangannya, seakan agak kecewa karena tidak di terima.
"Karina Fredella" Karina tersenyum lebar.
"Ohh...yasudah sana pergi..." Alvano kembali duduk.
Callista langsung menarik tangan Karina.
"Maaf Pak...temen saya memang agak gila..." Callista menunduk sekilas.
"Ayo pergi...malu-maluin lo..." Callista langsung menarik Karina.
"Ra! Lo tau gak sih?! Itu tadi model terkenal!!!" Karina masih membayang-bayangkan.
"Iya, gua inget" Callista menyedot minumannya.
"Ra! Sumpah...gua seneng banget ketemu dia..." Karina tersenyum gembira.
"Lebay lo" Callista melempar tisu.
Namun Karina hanya melamun sambil tersenyum membayang kan seorang Alvino itu.
"Permisi, Pak...saya mau ke ruangan saya..." Callista tersenyum canggung.
"Ohh...ini ruangan kamu?" Alvano menatap ruangan di sebelahnya.
"I-iya..." Callista mengangguk sekilas.
"Silahkan..." Alvano melanjutkan menatap laptop nya.
*
"Karina kemana sih...udah di tungguin dari tadi gak dateng-dateng...apa dia lembur lagi? Kok gak bilang..." Callista mengerutkan kening.
"Cek!" Callista ber decak sebal, lalu memutuskan mencari Karina di dalam kantor.
Saat di lorong-lorong Callista berhenti...suatu penampakan yang mengejutkan.
Karina sedang ber duaan dengan Alvano.
"Hahh...mereka ngapain?" Callista langsung mundur dan mengintip dari tembok.
"Sa-saya mau ngasih surat buat mas...ehh..." Karina berfikir.
"Pak maksudnya..." Lanjut Karina.
"Surat? Surat apa?" Alvano menaikkan salah satu alisnya.
"Cinta..." dengan lancang Karina mengucapkannya.
Callista yang menonton dari kejauhan pun membelalakkan mata.
"Bego, dia ngapain kek orang tolol?!" Callista mengerutkan kening.
"Kamu kira saya mau terima surat dari orang kaya kamu?" Alvano menempelkan kedua tangannya ke tembok menempelkannya di antara kepala Karina.
Karina langsung menaikkan kedua alisnya.
"Mau cium saya?" Karina bertanya.
Callista yang menatap dari jauh justru kesal, seakan membendung malu yang tak terbatas.
"Pengen gua seret pulang!" Callista menghela nafas berat.
"Ha? Pede!" Alvano langsung meninggalkan Karina.
Karina hanya menatap kepergian Alvano.
"Gak papa kok...kan sepi!" Karina berteriak.
Saat Karina mau menyusul Alvano, tiba² Callista langsung menarik kerah baju Karina.
"Pulang! Jangan malu-maluin lagi lo!" Callista menyeret Karina keluar kantor.
"Aduhh..." Karina merengek.
*
"Lo gak ada urat malu nya sama sekali sih, Na! Bikin malu gua aja!" Callista memijat keningnya.
"Ya maaf...kelepasan soalnya...saking ganteng nya..." Karina tersenyum kikuk.
"Ampun gua" Callista menghela nafas