webnovel

17

Jika Alveno matipun Clara rasa dia tidak akan sesedih itu. Ia hanya mempertaruhkan keberadaannya disini. Semua tokoh kerajaan harus tetap sama dengan kilas balik yang ia lihat sampai ia tahu jalan pulang.

"Tenang saja, tidak ada ada pesta duka" ucap Clara sambil berlari masuk kedalam istana dengan sebuah tas.

Charlos terkejut dengan per gerakan Clara yang tiba-tiba. Ia ikut mengejar Clara yang masuk kedalam istana.

"Clara tunggu!" panggil Charlos

"Apa?"

"Kau menemukan bunganya?"

"Maaf aku berbohong"

"Huft.... Apa kau yakin dengan obatmu itu? Jujur aja aku ragu, belum ada tabib yang menemukan obatnya Ra"

"Zaman sekarang memang gak ada yang tahu resepnya gimana, bersyukurlah kalian cewek kayak aku nyasar kesini" batin Clara

"Lebih baik kau menyaksikan aja. Jika Alveno malah mati. Silahkan penggal aku" ucap Clara sombong

Mereka berdua berjalan bersama menuju ruang tempat Alveno berada

"Kau sudah datang?!" Ucap ratu Angelina yang memang berharap pada ketidakpastian

"Maaf membuat anda menunggu yang mulia"

Sam yang melihat putrinya langsung menarik Clara untuk berbicara berdua sebentar, mereka mengasingkan diri namun tetap di dalam ruangan yang sama.

"Clara, apa yang kau lakukan?" Bisik Sam

"Tenang saja pa, ini benar-benar obat"

"Kau tidak pernah tahu obat racun ini bahkan sebelum kau hilang ingatan. Belum ada tabib yang menemukan obatnya"

Alveno sudah terbangun semenjak kehebohan saat Clara tiba tadi.

"Biarkan dia mencoba, bahkan jika obat yang dia beri itu tidak berhasil, kematian ku bukan kesalahannya" ucap Alveno dengan lemah

Clara yang mendengar itu langsung berbalik dan mendekat.

"Mari kita lihat, acara apa yang akan diadakan besok. Tenda duka atau... duel kecerdasan?" Ucap Clara ragu. Dia tidak tahu leluconnya terdegar tak sopan sekarang.

"Diva, bantu aku" ucap Clara

Bahan-bahan tambahan sudah diambilkan oleh semua tabib dan digiling halus oleh Diva. Clara mengeluarkan bunga Licos dan Porile dari tas yang ia bawa. Bunga itu direbus dengan sedikit air untuk mengambil sarinya. Setelah airnya berubah warna bunga itu digiling halus juga, semuanya dicampur dengan air rebusan itu kembali.

Selama proses pembuatan itu semua orang memperhatikan dengan seksama apalagi para tabib yang antusias. Clara pun membawa obat itu dengan hati-hati dan duduk dikursi samping ranjang Alveno.

"Minumlah, aku rasa kau bisa menahan rasa pahitnya kan?" Ucap Clara ragu

"Lagian semua obatan didunia ini masih beginian kan" Batin Clara

Alveno sudah duduk dan menggenggam ramuan buatan Clara. Ia masih menatap nya seolah berharap obat gak jelas itu bisa menyembuhkan nya.

"Kalau obat ini berhasil, kau akan memenangkan poin gadis tercerdas, tak ada adu kecerdasan untuk gadis terpilih karena kau akan menjadi pemenang nya" ucap ratu Angelina

Alveno mendekatkan obat itu pada mulutnya, karena tangannya yang terlihat bergetar Clara mencoba membantu Alveno menahan dan mengarahkan mangkok itu. Mata mereka saling menatap saat Alveno meminum Obat itu sampai habis.

"Tunggu sampai dia bereaksi" ucap Clara sambil menjauh dari sana

Tidak ada yang berkutik dari tempatnya menunggu hasil dari obat Clara sampai tiba-tiba Alveno terbatuk membuat semua orang heboh.

"Uhuk uhuk...."

Ratu Angelina panik dan mendekati Alveno, ia sudah berfikir Clara semakin meracuninya. Bahkan penjaga yang menjaga diluar mengunci ruangan agar Clara tidak bisa kabur padahal Clara diam ditempat menunggu ramuan itu bekerja sepenuhnya.

"Jika dirumah sakit racunnya langsung disedot dengan alat agar cepat, tapi dengan cara tradisional racunnya keluar lewat muntah darah" batin Clara yang berusaha mengingat pelajarannya

Hueekkkkkk

"Ini dia" batinnya lagi

Alveno muntah darah dan membuat seisi ruangan semakin panik. Sedangkan Clara berusaha tenang dari tatapan para dayang yang ikut heboh dan yang lainnya.

"Clara! Apa sebenarnya yang Alveno minum?" Cemas Sam. Dia takut Clara akan menjadi pembunuh

"Ra, cepat jawab" timpal Diva tak kalah paniknya.

Sekitar 3 kali Alveno muntah darah yang tidak terlalu banyak. akhirnya batuknya berhenti diikuti berhentinya kehisterisan semua orang.

"Emm.... Sudah?" Ucap Clara dengan cengiran nya, ia tidak berbicara sama sekali saat kehebohan tadi. Ia merasa canggung ketika bicara tiba-tiba lagi

"Sudah lega kan?" Ucap Clara beranjak mendekati Alveno

"Sudah" ucap Alveno datar, meski badannya masih lemas dan bajunya terkena darah.

"Darah yang keluar ini membawa racun itu keluar, kau hanya butuh makanan penambah darah dan energi sekarang. Lukamu itu sudah dibersihkan jadi gak ada sisa racun disana" jelas Clara

Alveno memang merasa badannya tidak se menyakitkan tadi apalagi saat dia meminum obat itu. Dia kira saat itulah ajalnya datang. Tapi sekarang ia hanya merasa lemas seperti berpuasa dua hari.

"Terimakasih, rasanya lebih baikan sekarang. Sesuai janjiku kau boleh memberikan satu permintaan" ucap Alveno

Semua yang diruangan masih tak menyangka Clara benar benar mengobati Alveno. Para tabib sudah sibuk mencatat bagaimana Clara membuat ramuan tadi. Ratu Angelina sudah tersenyum bahagia melihat Alveno membaik.

"Emm.... Akan ku pikirkan" ucap Clara

"Clara, boleh kah aku memeluk mu?" Ucap ratu Angelina tiba-tiba yang mengejutkan semua orang. Sedangkan Clara masih ragu untuk mengangguk atau menggeleng.

"Tentu yang mulia" ucap Clara saat Diva menyenggol nya dengan siku

Clara mendekat dan dipeluk ratu Angelina, kepalanya diusap ratu Angelina seolah sedang memeluk putrinya.

"Terimakasih" ucap Ratu Angelina. Selang beberapa lama Clara pun dilepaskan dari pelukan sang ratu.

"Baiklah sesuai yang aku janjikan, adu kecerdasan gadis terpilih resmi dimenangkan Oleh Clara" ucap sang ratu. Semua yang disana bertepuk tangan akan kehebatan Clara malam itu.

Setelah selesai dengan urusan Alveno Clara diperintahkan untuk merawat Alveno dibantu oleh Diva. Karna Clara yang menyembuhkan Alveno jadi dia harus mengurus Alveno sampai akhir.

Clara berjalan keluar hendak menuju kamarnya di Istana, kali ini dia harus tinggal sebagai perawat Alveno, bukan hanya sekedar gadis terpilih. Ayahnya Sam sudah pulang dengan lega tadi.

"Kerja bagus Clara, dari mana kau mendapatkan info tentang obat itu?" Tanya Sam saat hendak pulang tadi pada anaknya

"Aku tidak ingat Yah, aku hilang ingatan kan" ucap Clara sambil tertawa seolah bercanda

"Berarti ingatanmu tak sepenuhnya hilang. Syukurlah. Ayah pulang dulu" pamit sang ayah tadi.

Ditempat lain Brienna sudah heboh mendengar berita kesembuhan Pangeran Alveno. Ia senang Alveno sembuh tapi ia tidak senang dengan tindakan Clara yang sedang menjadi trending topik, para pelayan sedang terkagum dengannya bahkan ratu Angelina membuat dia memenangkan adu kecerdasan besok. Seolah Clara mempunyai kartu Joker. Belum lagi hadiah Alveno sebuah permintaan bebas. Kepala Brienna sedang panas sekarang. Ia mendengar berita ini dari Rezvan.

"Bagaimana bisa dia tahu obat itu. Aku tahu itu menyelamatkan Pangeran Alveno tapi seharusnya aku lah gadis itu. Sekarang seisi istana memujinya" gerutu Brienna

"Aku harus memikirkan ide. aku harus menang, bukan hanya menang saimbara tapi juga memenangkan hati pangeran" batinnya.

Dilain tempat putri Bianca juga terkejut dengan berita yang pangeran Charlos bawakan.

"Kamu serius bang?" Ucap Bianca

"Aku serius, tadinya waktu aku menyusul dan menemukannya di hutan dia kira aku penjahat dari istana jadi dia bilang gak berhasil menemukan bunga yang dia maksud. Ternyata dia berhasil"

"Bunga apa penawarnya?"

"Licos...dan Porile?" Charlos berusaha mengingat nama nya

"Itu bunga liar kan? Bukannya itu bunga beracun? Jika ada hewan yang memakannya akan keracunan"

"Aku juga gak paham, dia sempat diragukan juga tadi"

Dikamarnya Clara langsung membersihkan diri, bajunya penuh degan keringat dan ranting yang menyangkut saat dihutan tadi. Ia harus segera beristirahat untuk hari besok

"Kenapa aku merasa terjebak di istana ini sekarang" ucap Clara pada pantulan diri ya di cermin kamar mandi

.

.

.

~Jangan lupa untuk beri power stone dan komentar yah~🥰🥰

Chương tiếp theo