Druf terbangun agak siang. Dilihatnya kain yang membungkus bekas luka di jari jempolnya.
‘Dasar gadis ceroboh, ‘batinnya.
Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Diambilnya handphone di meja samping tempat tidurnya yang mewah. Tak butuh waktu lama suara yang sangat dikenalnya menyapa di sebrang.
‘iya Tuanku. Ada yang bisa saya lakukan untukmu? ‘
“Apakah lehermu ingin kupatahkan sepagi ini? Setidaknya saat kita hanya bicara berdua. Berhentilah memanggilku dengan kata ‘tuanku’ ,” ucap Druf.
Suara disebrang terkekeh.
‘Mau bagaimana lagi Druf. Kau sekarang sudah menjadi junjunganku.’
Druf mendengus kesal.
“Ayo dengarkan titahku, jika terjadi kesalahan kupastikan kau tak jantan lagi,“ ancam Druf.
‘Ampuuuunnntuannn... Aku percaya kau bisa lakukan itu. Hambamu yang setia ini siap laksanakan apapun titahmu. ‘
Kini giliran Druf yang tertawa. Ia memang selalu ingin tersenyum jika mendengar kelakar Brian. ***
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com