webnovel

Hari Special

Hari-hari terus berlalu, Maya kerap sekali pergi kemanapun yang dia inginkan untuk mengenang kembali ketika masa kecilnya di kota itu, tentu saja di temani oleh Kenzo. Di tengah perkumpulannya dengan teman dan gengnya, dia terkejut saat Riyo berbicara satu hal.

Hari ini, jelang satu hari Maya akan berulang tahun. Kenzo baru menyadarinya setelah Riyo memberitahunya dan membuatnya sungguh kebingungan.

"Akh, parah elu, Ken. Ini pertama kalinya kau melupakan hari ulang tahun sahabat kecil kita." Riyo menegurnya dengan berbisik.

"Aku…"

"Ya ya ya, aku tahu. Hatimu sudah di kuasai Alona, hahaha."

"Diam kau!" balas Kenzo dengan nada kesal pada Riyo.

Setelah pulang dari sekolah, Kenzo menolak ajakan Maya untuk pulang bersama seperti hari biasanya. Hal itu terpaksa Kenzo lakukan lantaran dia ingin pergi ke suatu tempat untuk membeli sebuah kado special yang harus dia berikan pada Maya kali ini.

Kenzo ingin memberikan suatu kejutan yang tak terlupakan untuk sahabatnya itu, sedang Riyo yang diam-diam mengikutinya dari belakang akhirnya menampakkan diri ketika Kenzo sudah memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Lagi-lagi Kenzo kesal karena kepergok oleh Riyo yang diam-diam mengikutinya sejak tadi.

"Ayolah, rahasia di jamin aman. Aku janji tidak akan menceritakan hal ini pada Jihan, karena aku aku tahu dia akan memberitahu Alona nantinya, walau bagaimanapun Maya adalah sahabat terbaik kita sejak dulu, aku pun ingin melihatnya bahagia." Riyo menerangkan maksudnya yang demikian pada Kenzo.

"Hem, makasih, bro. Elu selalu paling bisa ngertiin gue," jawab Kenzo sambil menepuk bahu Riyo.

Lantas mereka mulai mencari kado masing-masing yang dia inginkan. Kenzo sendiri tampak kebingungan mencar kado yang pas untuk gadis seperti Maya yang sebenarnya memiliki sikap sedikit tomboy. Walau begitu dia tetap seorang wanita, bukan? pikir Kenzo di dalam hatinya.

Lama Kenzo berkeliling tidak jelas di ruangan yang sebenarnya begitu banyak kado indah yang bisa dia pilih untuk Maya. Akan tetapi, dia ragu memlihnya. Di tengah kebingungannya, Alona menelponnya dan dengan santai Kenzo menerima panggilan itu.

"Halo, Sayang. Kau sudah di rumah?" jawab Kenzo sambil berkeliling dan melihat-lihat benda-benda unik di depannya.

"Baru saja, ehm… Tadi, aku melihatmu di jalan, sepertinya kau sedang melamun sampai kau tidak bisa melihatku di sisi jalan," ujar Alona dari seberang sana.

"Oh ya? Ya ampun, maaf. Lagi pula, aku sedang mengendarai motor. Apa aku harus melihat sekeliling?" sahut Kenzo berniat menggoda Alona meski sejujurnya dia hanya ingin mengalihkan pembicaraan saja.

"Cih, kau terdengar mulai genit dan nakal!"

"Hahaha… Maafkan aku, Alona. Tadi aku memang sedang buru-buru," ujar Kenzo menerangkan.

"Kau… Sepertinya kau sedang di luar," tanya Alona menyelidik.

"Ah? Ehm… Aku, ya… Aku sedang di toko, aku membeli bahan untuk di kedai."

"Baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya dulu dan kabari aku saat kau sudah di rumah."

"Oke, Sayang. Emuach…" Kenzo berbisik menggoda Alona kembali.

Sedang Alona yang mendengar hal itu membuatnya tersipu malu. "Apaan sih dia, bukankah di tempatnya saat ini sedang ramai? Kenapa dia melakukannya? Dasar, dia tidak tahu malu." Alona mengomel namun dalam hatinya bergetar.

"Ken, kau sudah menemukan kado yang pas untuk Maya?" tanya Riyo menghampirinya.

"Ah? Ehm, belum. Aku bingung, kau tahu Maya sedikit pemilih karena dia tomboy."

"Itu dulu, Ken. Saat ini Maya kita sudah dewasa, dan tentu dia sudah menjadi feminim seperti wanita yang lainnya."

"Hem, mungkin. Tapi, akh sudahlah aku akan pikirkan nanti saat di rumah saja," jawab Kenzo serta beranjak pergi dari pusat perbelanjaan tersebut yang kemudian di susul oleh Riyo.

Begitu malam telah tiba, Kenzo sudah memutuskan apa yang akan dia berikan pada Maya. Dia sedang bersiap-siap untuk memberikan kejutan pada Maya setelah sebelumnya dia memberitahu ayah dan ibu Maya bahwa dia akan datang diam-diam malam ini. Ayah dan ibu Maya begitu senang tentunya menerima dann membiarkan kedatangan Kenzo menyelinap masuk untuk memberikan kejutan pada Maya.

"Ken…" panggil sang ibu yang kebetulan baru keluar dari luar kamarnya sehingga membuat Kenzo terkejut karena langkahnya mengendap-endap di ruangan.

Sang ibu pun terkejut begitu melihat Kenzo berdiri terpaku dengan sebuah kue tart mini di tangan kanan dan di tangan kiri Kenzo membawa sebuah kotak kado yang begitu manis. Kenzo gelagapan dan salah tingkah saat sang ibu menatapnya dengan tatapan yang tak biasa.

"Bu, ehm… Aku, aku…"

Sang ibu tersenyum saat melihat Kenzo gugup demikian.

"Ibu mengerti, pergilah!" titah pelan sang ibu.

"Ta-tapi, ibu…"

"Hem, ibu tahu. Kue itu untuk Maya bukan? Duh, kalian ini…" goda sang ibu.

"Ibu… Jangan berpikir macam-macam dan jangan beritahu ayah," ujar Kenzo merengek manja dengan malu-malu.

"Oh ya? Kenapa ayah tidak boleh mengetahuinya? Bukankah sejak kecil Maya sudah bersama kami juga?" tiba-tiba saja ayah Kenzo muncul dan membuat Kenzo semakin gugup.

"Ayah…"

"Hem, ini kado dari kami untuk Maya." Sang ayah menyodorkan sebuah kotak kado pada Kenzo.

Kenzo menerimanya dengan sedikit kesulitan dan tersenyum kemudian, tanpa banyak berkata lagi Kenzo beranjak pergi menuju rumah Maya. Dia sedikit gugup seakan detak jantungnya terus menabuh genderang di dalam sana, hingga beberapa menit kemudian dia sampai di rumah Maya.

Kenzo berjalan dengan cepat namun tetap dengan langkah kaki ringan untuk memasuki rumah Maya. Akan tetapi, secara bersamaan ayah Maya membuka pintu untuk Kenzo dan Kenzo sedikit terkejut lalu kemudian melempar senyuman lembut pada ayah Maya.

Chương tiếp theo