webnovel

Impian kecil

"Sayang," panggil Kenzo kembali setelah beberapa saat menjeda ucapannya.

"Hem?" jawab Alona kembali dengan singkat.

"Saat aku sudah mandiri dan sukses nanti, aku akan mengajakmu makan di restoran yang mahal."

Alona tertegun sesaat, namun tidak dengan menatap wajah Kenzo.

"Aku janji," ucap Kenzo kembali.

"Tempat ini akan menjadi tempat bersejarah bagiku nantinya, aku tak apa. Tak perlu kemewahan, dimanapun dan kapanpun nanti, aku tetap ingin kesederhanaan seperti ini, Ken. Aku suka duduk di pinggir jalan begini, kita bisa menghirup udara yang segar di ruangan yang terbuka." Jawaban Alona membuat Kenzo merasa di gelitik dalam hatinya.

Bagaimana tidak? lagi-lagi Alona menunjukkan sikap yang tidak semua wanita di zaman ini akan demikian berpikirnya, andai saja mereka saat ini hanya tinggal berdua, mungkin Kenzo sudah memeluknya kembali. Untuk menunjukkan betapa dia sangat bahagia dan merasa beruntung memiliki Alona.

Hari mulai petang, mereka pun sudah menghabiskan makanan yang sejak tadi mereka santap di sertai dengan obrolan santai dan senda gurau dari kekonyolan yang Kenzo lakukan. Sehingga tanpa mereka sadari hari sudah kian gelap.

"Ehm, Sayang. Ayo, kita pulang!" ajak Kenzo di tengah jeda obrolan mereka.

Alona tersentak sesaat dan mendongakkan kepalanya menatap langit malam. Dia bahkan hampir lupa akan waktu bahwa hari sudah mulai gelap dan mengharuskannya segera pulang ke rumah meski dia masih ingin menghabiskan hari bersama Kenzo berdua.

"Kenapa waktu selalu cepat berlalu," gumam hati Alona.

"Aku antar, ya?" ujar Kenzo kembali membuyarkan lamunan Alona.

"Ah? An-tar? Ke-ma-na?" Alona menjawab dengan terbata-bata.

Kenzo mengernyit melihat sikpa Alona yang demikian.

"Yah, aku antar. Sampai di halte bus," bisik Kenzo pada Alona.

Alona menahan napasnya sejenak, dia memberanikan diri menatap wajah Kenzo dengan tatapan kosong. Lalu kemudian, Alona mencubit bagian perut Kenzo. Tadinya dia berpikir jika Kenzo akan mengantarnya sampai di depan rumah meski itu tidak lah mungkin faktanya.

"Aw, Sayang, sakit! Kenapa kau mencubitku?" tanya Kenzo kebingungan.

"Tidak apa, aku hanya ingin mencubitmu saja!" jawab Alona sambil melangkah lebih dulu melewati Kenzo yang masih meringis menahan bekas cubitan manja dari Alona.

"Hei, Sayang. Tunggu! Katakan kenapa kau mencubitku, apa kau sedang berpikiran yang tidak-tidak?" tanya Kenzo dari arah belakang berusaha mengejar langkah Alona yang semakin lama semakin dia percepat seolah sengaja mengerjai Kenzo yang berusaha mengejarnya.

Akhirnya Kenzo berhasil menangkap Alona dari belakang, lalu mereka berjalan bersama sambil bergandengan tangan menuju halte bus, mereka berjalan beriringan tanpa berkata sepatah kata pun. Mereka seolah menikmati detik-detik waktu sebelum kembali berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Kau tahu, Ken. Hal apa yang selalu aku takutkan ketika bersamamu?" tanya Alona begitu langkah mereka sudah berhenti di dekat halte bus.

"Emh… Kau takut ayahmu atau keluarga mu melihat kita berduaan?" tanya balik Kenzo.

Alona menggelengkan kepalanya.

"Emh… Kau takut aku aku menggigitmu?" tanya Kenzo kembali menggoda Alona.

Lagi-lagi Alona menggelengkan kepalanya.

"Lalu, apa? Akh, aku tahu… Kau pasti takut aku kelaparan lagi bukan?"

"Ih, Ken! Bukan!" jawab Alona menggelengkan kepalanya semakin cepat dan terlihat kesal karena sejak tadi Kenzo tidak bisa menebak hati dan pikirannya yang sebenarnya jawabannya cukup sederhana.

"Hahaha, ya ya ya. Maafkan aku, lalu apa yang kau takutkan, Sayang?" tanya Kenzo dengan nada serius. Dia menatap dalam wajah Alona, dan dengan lembut menyibak rambut poni di kening Alona.

"Waktu!" jawab singkat Alona.

Kenzo mengerjapkan matanya. Sejujurnya, dia pun merasakan hal yang sama seperti apa yang saat ini Alona pikirkan saat berdua dengannya. Akan tetapi, sebagai laki-laki tentu dia tidak ingin menjadi sosok yang lemah dan hatinya mudah luluh akan sesuatu yang dia pikir mampu untuk di laluinya.

"Aku selalu merasa takut waktu begitu cepat berlalu ketika berdua denganmu, Ken. Dan aku…"

"Sssttt…" Kenzo menempelkan jari telunjuknya dengan cepat tepat di bibir lembut Alona. Sehingga Alona menghentikan ucapannya begitu saja.

Perlahan, Kenzo menangkap kedua pipi Alona dalam genggaman tangannya. Lalu kemudian mengecup lembut ujung kepala Alona dengan sangat manis dan penuh kasih sayang. Sekujur tubuh Alona berdesir merasakan kecupan hangat bibir Kenzo di keningnya. Lantas Kenzo menarik tubuh Alona berada di dalam pelukannya.

"Aku sedang menahan diri untuk tidak mengatakannya padamu setiap kali kita berdua seperti ini, bahwa ketakutanmu juga aku rasakan sejak awal kita bertemu. Aku selalu takut saat waktu harus memaksaku mengakhiri pertemuan singkat kita, bukan berarti hari esok kita tidak mungkin bisa bertemu kembali. Akan tetapi, semua terasa berbeda saat aku melihatmu berlalu pergi sendiri tanpaku," ujar Kenzo sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh Alona.

Chương tiếp theo