webnovel

Akhir Tantangan

Kay masih tertunduk dengan wajahnya yang terlihat sendu sementara Kiran mencoba menikmati steak yang dipesannya. Setelah kemarin mereka makan malam, hari ini Kay mengajaknya pergi dan sepertinya ada sesuatu yang tak beres. Kiran mengunyah makanannya pelan, dia bingung harus memulainya darimana. Dia belum siap menerima kenyataan yang buruk hari ini. Apakah kebahagiannya akan hilang begitu saja?padahal baru sekejap dia merasakan senangnya dicintai Kay.

"Oke. Semalam apa yang dibilang ayah?" Kiran memecah keheningan. Sendok Garfunya langsung dia letakkan dipiringnya. Kay kini menatap Kiran.

"Ran...Daddy aku udah usaha ngomong baik-baik sama Ayah kamu. Dia udah jelasin soal hubungan Daddy sama Tante Marsha."

"Terus?"

"Sini tangan kamu..." Kay meminta tangan kanan Kiran membuatnya sedikit aneh tapi Kiran hanya menuruti apa yang diinginkan Kay. Bisa jadi ini yang terakhir yang bisa dia lakukan.

"Kita kayanya kalo mau sama-sama pasti susah...terus. Aku kadang mikir kayanya bakalan terus aja gitu kalo kita pingin sama-sama."

"Jadi..kamu bilang gini karena ayah masih ga suka sama om Kenan?"

"Engga, Ayah kamu ga langsung terang-terangan bilang ga suka Daddy tapi...kemarin Daddy ceritain semua soal hubungan Daddy sama Tante Marsha dulu."

"Ayah pasti tambah cemburu." Kiran pesimis. Dia menundukkan kepalanya.

"Ran...kamu udah lakuin dengan cara kamu dulu begitupun aku. Kamu udah kasih kesempatan buat aku ngelakuin apa yang aku mau. Makasih."

"Kamu ngajak aku makan malam gini mau balas dendam sama aku?karena dulu kita pisah aku bikin kamu seneng dulu?"

"Engga, aku ga akan gitu, aku bahkan ga kepikiran gitu Ran. Aku cuman ngerasa kita perlu ngomong baik-baik."

"Iya, aku juga udah cape berantem sama kamu."

"Ran...aku jatuh cinta sama kamu sejak kita ketemu dikampus. Aku bahkan ga pernah ngejar-ngejar cewek kaya gitu dan sampe kaya gini. Aku ga tahu apa aku berlebihan atau engga sampe bawa-bawa Daddy. Waktu itu aku ga pernah tahu kalo ternyata ada cerita dibalik orang tua kita yang akhirnya bikin kita susah. Waktu aku putus dari kamu dunia aku kaya dijungkir balik. Aku baru pertama kali rasain patah hati dan itu ga enak." Kay dengan nada sedihnya jika mengingat kejadian itu. Tangan Ran yang ada dalam genggamannya dia usap halus.

"Aku ga mau kehilangan kamu lagi jadi

mulai sekarang ayo kita jalanin hubungan yang seurius." Kay dengan senyumannya membuat Ran yang sempat sedih menjadi tak percaya dengan omongan kekasihnya.

"Ma..maksud kamu?"

"Daddy sama om Arby udah ga ada masalah begitupun mommy sama Tante Marsha. Pokoknya mereka berempat udah temenan sekarang. Om Arby bilang dengan siapapun kamu pacaran, yang penting kamu suka, kamu seneng dan ga bikin kamu jadi anak nakal dia bakal dukung."

"issh....aku sebel.. ngapain sih daritadi kamu sosoan sedih?aku ga suka." Kiran segera menarik tangannya.

"Ya supaya tegang gitu. Udah jangan marah..." Kay menarik lagi tangan Kiran.

"Tapi kamu ga bohongkan Kay?"

"Engga sayang. Aku ga bohong kamu tanya aja Ayah kamu." Kay meyakinkan.

"Ini buat kamu, supaya cowok lain ga ada yang berani deketin kamu lagi." Kay dengan segala persiapannya segera memasangkan cincin dijari manis Kiran. Hal ini benar-benar diluar ekspetasi Kiran. Dia tak pernah mengharapkan ini. Hanya dengan orangtuanya mengijinkan hubungannya dengan Kay saja Kiran sudah senang.

"Pas kan?" Lagi-lagi Kay yang banyak bicara. Kiran terharu sekarang. Lelaki yang dia tinggalkan dulu justru berbuat baik padanya. Keputusannya saat itu benar-benar sebuah kesalahan. Kini air mata haru yadi sedikit menetes.

"Kok nangis?" Kay melihat Kiran mulai mengambil tisu dan menghapus pelan air matanya.

"Aku udah jahat sama kamu, aku ninggalin kamu, aku pergi sama orang lain tapi kamu malah baik sama aku."

"Sayang yang udah kejadian ya udah aja, ga usah diinget-inget lagi. Kita bikin lembaran baru. Udah ya...."

"Dasar cowok aneh.." Kiran sambil senyum-senyum mengingat nama kontak Kay dulu di handphonenya.

"Tunggu aku pulang dari Australia sayang, udah itu pasti aku sama orang tua aku kerumah kamu." Kay dengan romantis mengecup punggung tangan Kiran. Bagi Kiran ini adalah malam paling membahagiakan dalam hidupnya. Jika ada list 10 malam terbaik mungkin ini masuk dalam daftar.

"Iya, aku pasti nunggu kamu." Kiran kali ini menjawab tanpa ragu.

"Ya udah kita makan lagi..."

"Kamu tuh belum makan daritadi, aku udah hampir habis nih."

"Masih ada menu lain yang udah aku siapin buat kamu. Pokoknya malam ini aku udah siapin semua buat kamu. Aku sengaja reservasi disini supaya lebih privat."

"Aku udah curiga, daritadi aku ga liat orang lain disini." Kiran dengan wajah tersipu. Kini tak ada lagi penghalang untuk cinta mereka. Segala rintangan yang dulu Kiran takuti sudah Kay hadapi.

****

Flasback

"...dengan latar belakangan hubungan saya dan Marsha apa boleh anak saya deket sama Kiran?" Kenan memandang seurius kearah Arby yang masih menghisap rokoknya dengan nikmat.

"Awalnya saya pikir Kay masih pacaran sama Ran tapi waktu Bayu main kerumah saya jadi tahu kalo mereka udah ga sama-sama. Rasanya saya ga berhak menentukan siapa yang boleh Deket sama Ran, saya gimana anaknya aja."

"Belakangan saya denger Kay deket lagi sama Ran. Memang terkesan berlebihan saya bicara ini sama Arby karena toh saya ga tahu mereka bakalan berkahir gimana tapi....Kay itu punya ketakutan sendiri untuk deketin Ran gara-gara hubungan saya dan Marsha." Ucapan Kenan disambut tawa kecil oleh Arby.

"Duh..dasar anak-anak."

"Mungkin Ran ada cerita?"

"Dia cuman sempet ngejelasin kalo Kenan sama bundanya ga ada hubungan apa-apa lagi kayanya di juga punya ketakutan."

"Saya pernah jadi korban karena keegoisan orang tua saya dulu karena belajar dari itu saya ga mau anak saya kaya gitu. Orang tua mana yang ga pingin anaknya senengkan?"

"Iya, bapak-bapak kaya kita apa sih yang dicari lagi selain bikin keluarga seneng."

"Jadi ga ada masalah ya?diantara kita ga ada satupun sesuatu yang jadi dendam. Saya menerima Ran seperti anak saya sendiri, saya harap Arby pun bisa menerima Kay kecuali kalo Kay ada nakal dan bikin ulah boleh Arby hubungi saya. Saya akan coba berpikir terbuka untuk kesalahan anak saya."

"Ya silahkan aja selama Ran seneng, saya akan pantau itu. Jangan tegang gitu Ken..." Arby kini sudah berani merangkul bahu Kenan.

"Ah...syukur seengaknya kalau ada apa-apa saya bisa hubungin Arby." Kenan mengeluarkan handphone miliknya lalu mencatat nomer Arby. Sejak itu mereka pun mengobrol banyak hal dan menjadi lebih akrab sesama bapak-bapak.

***

Chương tiếp theo