Hidupku berubah seperti mimpi buruk yang tidak kunjung berakhir. Aku masih belum mengetahui nasib Vincent hingga kini, lalu ada Evelyn Lance yang menerima hukuman karenaku. Dan Alex... perlahan Ia berubah menjadi Alex yang tidak kukenal lagi.
Setelah mengetahui seluruh cerita bahwa Vincent dan Paman Dante adalah orang yang sama, Alex masih tetap menjatuhkan hukuman rouge pada Evelyn semalam. Tentu saja semua yang tidak mengetahui keseluruhan faktanya mendukung keputusan Alex. Malam itu juga Evelyn menjadi rogue dan diusir pergi dari pack. Alex tidak mengijinkanku berbicara padanya sama sekali, Ia memaksaku berdiri di sebelahnya saat menjatuhkan hukuman pada Evelyn. Tidak ada yang dapat kulakukan saat melihat air mata jatuh di kedua pipinya, atau saat Ia berjalan keluar dari rumah pack sendirian.
Aku ingin membencinya... aku sangat ingin membenci Alex. Tapi takdir membuatku tidak bisa melakukannya karena aku adalah matenya.
Pagi ini Alex menugasi dua orang anggota pack untuk menjadi 'babysitter'ku. Mereka lah yang akan mengikutiku kemanapun aku pergi selama seharian ini. Sedangkan Alex pergi sejak subuh tadi bersama Jake dan beberapa anggota pack lain, instingku mengatakan Ia sedang mencari keberadaan Vincent.
"Luna, Mrs. Brennan meneleponmu." salah satu babysitterku muncul dari balik pintu kamarku dan Alex.
"Aku... Aku sedang tidak ingin bicara." gumamku tanpa memandangnya. Sekarang hampir semua orang di pack ini memanggilku dengan sebutan Luna. Kurasa Alex yang memerintahkannya, bahkan kedua orang tuaku sendiri mulai memanggilku Luna... Dan aku tidak menyukainya. Aku memang mate Alex, tapi aku bukan Luna pack ini. Kudengar biasanya seseorang dipanggil Luna setelah melewati beberapa prosesi upacara sebagai mate, kemudian baru sebagai Luna.
Kuhabiskan sepanjang pagiku di kamar untuk menyusun rencana, tapi hingga siang aku tidak menemukan cara untuk bertemu atau melakukan kontak dengan Vincent. Aku bahkan tidak bisa keluar dari kamarku tanpa ditemani seseorang.
Kamar kami di rumah pack yang baru cukup luas, dengan king size bed, satu set sofa berwarna abu-abu, meja kerja Alex, meja riasku yang belum pernah kusentuh, dan dua ruangan lain. Satu kamar mandi utama, sedangkan satunya lagi digunakan untuk walk in closet. Serta ada balkon luas di depan kamar kami yang membiarkan sinar matahari masuk ke dalam setiap pagi, tapi tentu saja saat ini dikunci untuk mencegahku kabur.
Semakin lama perasaan khawatirku pada Vincent semakin menggerogotiku. Bagaimana jika Ia tidak selamat? Apa yang akan kulakukan sendirian di dunia ini? Rasa bersalahku saja tidak akan cukup untuk menebusnya selama ini karena telah membuatnya bertanggung jawab untuk hidupku lalu mati sia sia.
Aku berdiri dari tempat tidurku lalu berjalan mengelilingi kamarku.
"Luna!" Aku tidak hapal semua nama anggota pack, tapi aku tahu kedua nama babysitterku, salah satunya bernama Charmaine. Ia sedang berdiri di depan pintu kamarku dengan ekspresi panik.
"Ada apa?"
"20 orang dari pack Silver Moon datang untuk menangkapmu! Kau harus segera pergi dari tempat ini. Yang lain sedang menghadang mereka di depan." Kedua mata Charmaine yang berwarna coklat muda menatapku dengan panik dan takut, "Sepertinya mereka tidak akan pergi sebelum bertemu denganmu, tapi anggota pack kita akan melindungimu... Kau—kau tidak perlu khawatir." Tapi jelas sekali Ia sangat khawatir saat ini.
Aku berdiri berdiri di tempatku dengan tenang sambil memandang Charmaine, entah kenapa aku tidak terkejut jika Edward Adler belum mati. Hanya saja kali ini Ia kembali pada saat yang tidak tepat karena Alex sedang tidak ada disini, dan Alex membawa kumpulan anggota pack terkuat bersamanya. Walaupun jumlah werewolf yang tinggal masih banyak, tapi hanya tersisa anggota pack biasa... mereka harus menahan puluhan werewolf petarung dari Silver Moon.
Aku tidak bisa berdiam diri disini dan membiarkan orang-orang yang tidak bersalah terluka.
"Dimana mereka?" tanyaku sambil mengambil salah satu parka milik Alex dari walk in closet.
"Di perbatasan hutan Ripper." jawab Charmaine sambil mengikuti langkahku dari belakang.
"Dimana Eloise?" Eloise adalah baby sitter keduaku.
"Ia ikut ma—matenya ke hutan Ripper, Eloise adalah salah satu werewolf wanita terkuat di pack ini." balasnya dengan sedikit terbata. "Luna kemana kau akan pergi?" tanyanya saat aku mengenakan sepatu lariku.
"Hutan Ripper."balasku pendek lalu mulai berlari menuruni tangga.
"Luna!" teriak Charmaine di belakangku. "Kau tidak boleh keluar dari rumah ini!"
"Apa kau bisa menyetir?"
"T—tidak." balas Charmaine dengan suara ketakutan.
Dengan sedikit frustrasi kuambil kunci mobil BMW milik Alex lalu berlari ke parkiran. Walaupun biasanya rumah pack dikunjungi banyak werewolf, tapi siang ini terasa sangat sepi. Rasa khawatir membuatku mempercepat langkahku.
"Luna!" Charmaine berusaha mengikutiku tapi sepertinya Ia tahu melarangku pergi hanya akan sia-sia.
Kami masuk ke dalam mobil Alex dan mulai mengemudi, aku bersyukur mobilnya memiliki sistem GPS karena aku tidak tahu kemana jalan tercepat menuju hutan Ripper. Sial, jika saja aku bisa berubah menjadi werewolf maka aku bisa sampai lebih cepat daripada menggunakan mobil.
Butuh waktu 20 menit untuk mencapai hutan Ripper, padahal normalnya mencapai 1,5 jam. Kami memotong jalan melalui peternakan Mr. Abernathy dan keluar langsung di persimpangan menuju hutan Ripper. Langit di luar mulai menggelap karena cuaca mendung, seakan cuaca hari ini pun berusaha menyamai suasana hatiku.
Charmaine menggenggam seat beltnya dengan kuat-kuat, panik kembali menghiasi wajahnya saat kami sampai. Aku memandangnya dengan sedikit perasaan simpati.
"Kau bisa tinggal di mobil, Charmaine." kataku sambil melepas seat beltku dengan terburu-buru. "Hubungi Alex atau Jake, atau siapapun yang pergi bersama mereka."
"Aku harus selalu berada di sisimu, Luna." balasnya dengan keras kepala lalu mengikutiku membuka seat beltnya.
Kubalikkan badanku untuk menatapnya, "Dengarkan aku, Charmaine, tidak akan ada yang menyalahkanmu jika kau tetap tinggal di mobil. Aku berjanji."
"Aku akan menyalahkan diriku sendiri." katanya sambil mengikutiku keluar dari mobil.
Kuhela nafasku lalu mengangguk padanya, Charmaine membalas anggukanku walaupun ekspresi ketakutan masih terlihat jelas di wajahnya. "Tidak apa-apa. Aku akan melindungimu." gumamku sambil memandang hutan gelap di depan kami. Deretan pohon yang rimbun dan berdekatan membuat hutan Ripper terlihat angker. Tapi ini bukan pengalaman pertamaku mengunjungi tempat ini. Kukepalkan tanganku untuk mengumpulkan keberanianku lalu mulai melangkah masuk ke dalam hutan.