Adel melongo, apa yang dia dengar kali ini benar - benar membuat telinganya berdengung hebat.
"Yang benar saja Bun? Bunda tidak sedang ngigau kan?"
"Kamu ini! Sopan santunnya kepada orang tua mana? Bundanya dikatakan ngelindur," Ucap bunda Adel ketus.
Adel menggaruk kepalanya yang tidak gatal, semua yang Adel dengar membuatnya tidak nyaman. Menikah? Yang benar saja?
"Kemarin ayah dan bunda sudah menentukan tanggalnya, kurang lebih dua bulan dari sekarang pernikahan kamu dilaksanakan. Kamu hanya perlu fitting baju karena semua yang menyangkut pernikahan sudah di selesaikan oleh Yusuf."
"Bun, Bunda ini serius? Bunda tidak sedang bercanda bukan?" Tanya Adel was - was.
"Kamu lihat wajah bunda kamu ini sedang bercanda atau tidak? Bunda ini serius, masa depan anak kok dibuat mainan," Gerutu Bunda kesal.
"Bukan begitu Bun, Bunda tahu sendiri kalau pria itu tidak ada. Bahkan dia tidak menghubungi Adel sama sekali, Sekarang Bunda mau mengatur pernikahan Adel dengan dia?"
"Hush... Dia itu tunangan kamu, jangan panggil pria itu. Biasanya kamu panggil Abang? Kenapa sekarang kamu tidak memanggilnya dengan sebutan abang?"
"Ehm, tidak apa - apa sih Bun. Cuma tadi terkejut saja saat Bunda mengatakan tentang pernikahan," Elak Adel salah tingkah.
Semua keputusan tentang mengakhiri pertunangan Adel dan Yusuf hanya kedua orang ini yang tahu, tapi kenapa malah Yusuf merencanakan pernikahan di saat Adel memutuskan untuk mengakhiri semuanya?
"Semua urusannya sudah diselesaikan oleh Yusuf, hanya kurang dua hal yaitu fitting baju pengantin dan mahar yang kamu minta itu apa?"
"Benar - benar gila ini, kenapa jadi seperti ini? Aku harus bagaimana?" Batin Adel resah.
"Bun, Adel ini masih kecil lo kalau Bunda lupa. Adel juga masih kuliah, kenapa Adel di paksa kawin saja sih?" Gerutu Adel dengan bibir manyun.
Bunda Adel tersenyum dan membelai kepala anak gadisnya yang mulai belajar untuk berbenah diri, dengan kerudung yang menghiasi kepalanya.
"Bunda juga sebenarnya tidak rela melihat kenyataan bahwa anak gadis bunda sudah mau menikah, kenapa waktu cepat sekali berlalu?"
"Makanya itu, Bun. Adel masih ingin melanjutkan kuliah di S2 dan masih belum memikirkan untuk menikah dalam waktu dekat ini."
Jawaban Adel membuat kening bundanya mengkerut, mencoba mencari apa yang sedang disembunyikan oleh putri kecilnya ini dari dirinya.
"Ada apa, heem?" Tanya bunda Adel dengan mata teduhnya membuat Adel kebingungan mau menjawab apa pertanyaan dari bunda tercintanya.
"Tidak ada apa - apa, Bun. Hanya saja Adel belum bisa melakukan pernikahan dalam waktu dekat ini. Adel masih ingin fokus kuliah dulu untuk saat ini," Jawab Adel dengan lirih.
Bunda Adel sudah merasa ada sesuatu yang sedang terjadi antara putri dan calon menantunya. Sejak pertama kali Yusuf meminta untuk segera melangsungkan pernikahan tanpa membawa Adel pulang ke rumah terlebih dahulu.
"Kalau memang tidak apa - apa, tidak ada lagi alasan untuk kamu menolak apa yang diinginkan ayah dan bunda. Ayah sudah cukup senang memiliki Yusuf sebagai menantu dan sepertinya Yusuf adalah orang yang diinginkan oleh ayah dan bunda kamu ini untuk bisa mendampingi seumur hidup kamu."
Adel terdiam, melihat wajah bundanya yang terlihat sangat antusias sekali membuat Adel merasa bingung. Adel tidak tega jika harus mengecewakan bunda tercintanya tapi dia juga tidak ingin menikah dengan pria yang sudah tidak memberinya kabar sama sekali dan tiba - tiba muncul lalu mengatakan tentang pernikahan.
"Sekarang kalau tidak ada masalah, kamu tidak bisa membantah semua yang bunda katakan. Persiapkan diri kamu untuk menikah dua bulan lagi. Nanti akan bunda kabari tentang semua persiapannya dan kapan kamu harus fitting baju," Lanjut bunda Adel dengan antusias.
"Bun... Adel masih ingin bersenang - senang terlebih dulu, bukannya menikah."
"Sudah! Jangan ada bantahan lagi, kamu harus menuruti semua yang dikatakan oleh bunda dan ayah."
Telak. Adel tidak lagi menjawab apa yang diputuskan oleh bundanya. Melihat mata wanita yang sudah melahirkannya, membuat Adel tidak bisa menjawab.
"Ini kan pernikahan Adel, yang menjalani semuanya nanti juga Adel. Boleh Adel pikirkan terlebih dahulu?" Ucap Adel mencoba merayu.
Bunda Adel hanya menggelengkan kepalanya, menolak apa yang berusaha diusulkan oleh Adel dengan tegas. Bunda Adel sudah merasa sangat menyukai Yusuf, dan sudah sangat yakin jika Yusuf akan membahagiakan putri manjanya ini dengan kedewasaan pria itu.
"Kamu kalau mau menolak, katakan saja langsung kepada ayah kamu sendiri. Bunda tidak mau ikut campur lagi dengan sesuatu yang mungkin akan membuat bunda terkena serangan jantung nanti," Ucap bunda Adel dengan ketus.
"Bunda... Bunda jangan ngomong gitu dong... Bunda kalau sakit, Adel bagaimana nanti?" Sahut Adel takut.
"Kalau kamu sayang pada bunda dan tidak mau membuat bunda terus kepikiran sama kamu, pernikahan ini harus kamu terima. Bunda dan Ayah sudah sangat yakin dengan Yusuf, dia bisa membawa kamu ke pernikahan yang penuh dengan kebahagiaan. Percayalah dengan filling seorang bunda, bunda tidak akan menjerumuskan anaknya sendiri hanya untuk memenuhi keinginan bunda. Bukannya sebelum menerima Yusuf, kamu istikharah? Dan jawabannya apa dari Allah?"
"Ya... seperti yang Bunda katakan tadi,"
"Nah... sekarang apa lagi yang kamu pikirkan? Allah sudah memberitahu semuanya melewati do'a yang kamu minta, kamu masih meragukan Allah?"
Adel menggeleng, semua yang dikatakan oleh bundanya benar. Allah sudah memberitahu jawaban dari doa - doa yang dia minta sendiri tetapi karena Adel merasa kesal dengan Yusuf, dia lupa semuanya. Lupa dengan janji yang sudah Allah berikan di saat dia berdoa dan meminta.
"Bun... Adel pikir - pikir dulu ya? Please...," Ucap Adel dengan mengedip - ngedipkan matanya, mencoba merayu bundanya sekali lagi.
"Tidak ada kalimat "di pikirkan lagi", bunda dan ayah tidak mau mendapatkan malu karena kamu tidak mau menikah dengan Yusuf. Kamu mau mengoleskan kotoran di wajah bunda dan ayah?"
Adel menggeleng, membayangkan apa yang akan terjadi jika dia menolak apa yang dikatakan oleh bundanya. Adel sama saja dengan membuat kedua orang tuanya telanjang di depan umum.
"Kalau kamu tidak mau membuat bunda dan ayah ini malu, jangan membuat ulah. Apapun itu, pikirkan baik - baik terlebih dahulu. Pikirkan apa yang akan terjadi dengan ayah dan bunda jika kamu melakukan apa yang ada di dalam pikiran kamu saat ini," Ucap bunda Adel dengan serius.
Adel terdiam, membisu tanpa bisa menjawab lagi. Semua yang dikatakan oleh bundanya sudah ada di dalam pikirannya. Seorang ibu memang malaikat yang selalu mengerti semua yang sedang dipikirkan anak - anaknya tanpa perlu diberitahu.
"Bun... Bunda cenayang ya?"