webnovel

Tanpa Aba-aba, Dia Menabrak Punggungnya

Biên tập viên: Wave Literature

Ji Qingyang tersenyum saat mendengar kata-kata Su Xiqin, lalu berkata, "Saat ini, Presiden sedang tidak ada. Beliau sedang pergi untuk urusan bisnis. Saya akan segera mengirimkan naskah desain ini kepada Presiden Bai agar beliau bisa segera membahasnya."

Ternyata dia tidak ada. Berarti tidak ada kesempatan untuk berbicara dengannya, batin Su Xiqin. Ia mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, saya akan kembali dulu."

"Minum teh saja masih belum, kenapa cepat-cepat kembali?" tanya Ji Qingyang. Ia sudah berdiri dan hendak menuangkan teh untuk Su Xiqin.

Su Xiqin segera berdiri dan menolak, "Direktur Ji, tidak perlu repot-repot. Anda juga sedang sibuk. Saya juga harus kembali karena mau mengganti obat."

Karena Ji Qingyang tidak punya alasan untuk menghentikan Su Xiqin, ia berkata, "Kalau begitu, kembalilah dengan hati-hati. Jika ada kabar mengenai desain ini, saya akan mengabari Anda."

———

Su Xiqin meninggalkan ruangan direktur, lalu masuk ke lift dan menuju lantai satu. Saat pintu lift terbuka, wajah seseorang yang akrab muncul di hadapannya. Su Xiqin sangat terkejut dan membatin, Bukankah dia sedang pergi untuk urusan bisnis? Dia sudah kembali?

Su Xiqin tertegun ketika pintu lift akan tertutup lagi. Ia segera berjalan keluar dari lift, lalu berhenti di depan pria itu dan memanggil, "Tuan Bai..."

Bai Yanshen menatap Su Xiqin dan menebak, "Datang kemari untuk memberikan draft desain?"

"Benar," jawab Su Xiqin. Saat Bai Yanshen menatapnya, ia menundukkan pandangannya karena malu.

"Setelah keluar dari rumah sakit, rawatlah diri di rumah dengan baik," kata Bai Yanshen.

Nada bicara Bai Yanshen terdengar seperti nasehat yang diberikan oleh keluarga sehingga membuat Su Xiqin sedikit tidak nyaman. Meski begitu, ia tetap menjawab dengan lembut, "Terima kasih atas perhatiannya."

Dalam kalimat ini, tidak terlihat ada jarak di antara keduanya. Wajah Bai Yanshen tetap begitu datar tanpa ekspresi. Di saat seperti ini, seseorang berkata, "Tuan Bai, silakan masuk ke lift."

"Iya," jawab Bai Yanshen singkat.

"Kalau begitu saya permisi pergi dulu, Tuan Bai," kata Su Xiqin. Sebenarnya ia ingin mengucapkan terima kasih. Namun, terlalu banyak orang sehingga ia mengurungkan niatnya.

Saat Bai Yanshen baru maju satu langkah, ia tampak seperti tiba-tiba teringat sesuatu. Kemudian, ia memalingkan wajahnya ke arah Su Xiqin dan berkata, "Karena Nona Su sekarang ada di sini, selesaikan sekalian saja draftnya."

Ketika Su Xiqin berbalik menatapnya, Bai Yanshen sudah melangkah ke lift. Su Xiqin berdiri selama beberapa detik untuk berpikir, Apakah sebaiknya aku mengikutinya atau tidak?

Tak lama kemudian, terdengar suara yang mendesak Su Xiqin dari arah belakangnya, "Cepat masuk."

Su Xiqin segera berbalik badan dan menundukkan kepalanya, lalu ia masuk ke dalam lift. Bai Yanshen sendiri tidak masuk ke lift pribadi, namun ikut masuk dengan para karyawan di lift umum. Saat ini ada tiga karyawan di lift tersebut. Ditambah dengan dirinya dan Su Xiqin, total ada lima orang. Keadaan lift tidak ramai dan Su Xiqin berdiri tepat di sebelah Bai Yanshen sehingga perasaan gugup menderunya.

Untungnya, Bai Yanshen sedang berbicara dengan orang lain. Dengan begini, Su Xiqin dapat mengurangi rasa gugup dalam hatinya. Namun, setelah pria karyawan tadi turun di tengah jalan, hanya mereka berdua yang tersisa di dalam lift. Su Xiqin memecah keheningan dan berkata, "Tuan Bai, terima kasih atas bantuan Anda waktu itu." 

Bai Yanshen tidak menanggapi dan hanya menatap Su Xiqin lewat pantulan bayangan di pintu lift. Su Xiqin bisa merasakan aura yang begitu kuat dan untuk sementara waktu, ia tidak tahu harus berbicara apa. Padahal, lift terus berjalan naik. Namun, Su Xiqin masih tetap tidak tahu harus berbicara apa.

"Kamu sering terluka?"

Su Xiqin menatap Bai Yanshen yang berada di sampingnya dan menjawab, "Ini di luar dugaan."

"Hari itu, si kecil menangis dengan begitu sedih," kata Bai Yanshen dengan suara lirih.

Kata-kata Bai Yanshen membuat Su Xiqin menatapnya. Jadi, dia melihat Mo Jintian bersedih, lalu dia memanggil Xing Chensheng? Jika memang benar, dia benar-benar ramah, batin Su Xiqin. Lalu, ia berkata, "Tuan Bai benar-benar ramah."

Bai Yanshen langsung menoleh dan menatap Su Xiqin dengan tatapan yang mendalam yang seolah-olah menembus pikirannya. Tatapan itu membuat Su Xiqin segera memalingkan wajahnya.

Ding!

Saat suara denting lift terdengar, pintu lift terbuka dan Bai Yanshen bertanya, "Apakah kamu sering menemui hal-hal baik seperti itu?"

Su Xiqin tidak tahu apakah luka di dahinya menjadi penyebab dari lambatnya ia berpikir. Ia pun hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Ia hanya diam saat melihat Bai Yanshen dan tidak mengatakan apa-apa. Tidak ada suara dan hanya ada keheningan.

Perasaan yang begitu dalam perlahan mengalir di otak Su Xiqin. Ia mengerutkan kening sambil melihat pria yang berpostur ramping dan tinggi itu keluar dari lift. Ia berpikir, Apa maksudnya? Apa itu berarti dia tidak antusias dengan kehidupan ini? Sehingga membuat tindakannya tidak bersemangat?

Su Xiqin belum menemukan jawabannya, namun pintu lift akan segera tertutup dalam sekejap. Ia segera bergegas mengikuti Bai Yanshen dengan berjalan di belakangnya. Matanya menatap punggung Bai Yanshen, kemudian ia menunduk dan memikirkan apa yang tadi dikatakan oleh pria itu.

Bai Yanshen tiba-tiba berhenti berjalan. Su Xiqin yang sedang menundukkan kepalanya karena memikirkan sesuatu jelas tidak menyadari bahwa pria yang berjalan di depannya mendadak berhenti melangkah sehingga ia sendiri tidak melambatkan langkahnya. Saat ia terus berjalan sambil menunduk dan melihat ada sepatu hitam tepat di depannya, sudah terlambat baginya untuk menghentikan langkah. Tanpa ada aba-aba, ia langsung menabrak punggung Bai Yanshen.

"Aw..." kata Su Xiqin sambil menutupi dahinya. Ia menabrak Bai Yanshen dengan dahi yang masih terluka sehingga rasanya begitu sakit.

Bai Yanshen merasakan tubuh yang hangat dan lembut menabrak punggungnya. Ia pun membalik badan, lalu melihat Su Xiqin memegang dahinya dengan wajah pucatnya. Ia mengernyitkan alisnya saat melihat Su Xiqin dan wajahnya menjadi dingin. "Apa mengenai lukamu?" tanya Bai Yanshen, "Biarkan aku melihatnya."

Su Xiqin terdiam dan Bai Yanshen mengulurkan tangannya ke arah Su Xiqin. Lalu, saat Bai Yanshen melihat warna merah di perban tersebut, ia berkata, "Bagaimana bisa kamu berjalan dengan ceroboh seperti itu?"

Su Xiqin sudah tidak memiliki kekuatan untuk menjawab Bai Yanshen. Ia hanya ingin menutupi dahinya untuk meringankan rasa sakitnya. Bai Yanshen melihat wajah Su Xiqin yang semakin pucat pasi, lalu bertanya, "Apa kamu bisa berjalan?"

"Bisa," jawab Su Xiqin dengan suara lirih.

Banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar situ sehingga Bai Yanshen dan Su Xiqin menjadi pusat perhatian banyak orang. Namun, Bai Yanshen tidak memperdulikannya. "Masuklah ke ruanganku dulu," ujarnya.

Su Xiqin berpikir bahwa ia tidak akan bisa masuk dan membicarakan sesuatu dengan keadaan seperti ini. Ia tetap berusaha tenang, lalu berkata, "Tuan Bai, Anda lihat dulu saja draft desainnya. Saya akan pulang dulu. Saya punya obat di rumah."

"Bagaimana bisa kamu kembali dengan keadaan seperti ini? Masuklah ke ruanganku dulu."

Saat Bai Yanshen hendak mengulurkan tangan untuk menolong Su Xiqin, wanita itu tersentak dan seketika memundurkan langkahnya. "Saya bisa berjalan sendiri," tolak Su Xiqin.

Mata Bai Yanshen menatap Su Xiqin dalam-dalam. Lalu, ia berbalik badan dan berjalan menuju ruangannya. Su Xiqin berjalan mengikutinya dan kali ini ia fokus menatap ke depan tanpa berani berpikir macam-macam. Saat mereka melewati meja sekretaris, Su Xiqin mendengar sapaan hormat dari sekretaris, "Tuan Bai..."

Setelah Bai Yanshen melewati sekretaris tersebut, Su Xiqin menatap ke arah sekretaris itu. Ia melihat bahwa sekretaris itu tampak begitu terkejut. Apa mungkin sekretaris itu terkejut karena penampilanku? batin Su Xiqin.

Su Xiqin tetap berjalan mengikuti Bai Yanshen, lalu masuk ke ruangannya. Saat mereka masuk ke ruangan, Su Xiqin mendengar nada perintah yang seolah-olah menyuruhnya untuk berbalik dan menutup pintu, "Tutup pintunya."

Namun, Su Xiqin sengaja tidak menutup pintu. Dengan begini, ia tidak merasa sedang ditindas.

Chương tiếp theo