webnovel

DI MALAM YANG SUNYI

[Torak, kamu harus kembali.] Suara Raphael bergema di kepala Torak. [Dia takut padamu.]

Sang Lycan tidak menjawab, tapi dia mengeluarkan geraman yang mengancam kembali. Matanya yang haus darah menatap Raine seraya dia menundukkan kepalanya.

Sesaat kemudian, suara tulang yang bergemeretak terdengar. Saat struktur tubuh sang Lycan perlahan berubah dan sang monster kembali ke wujud manusianya.

Mata Torak masih tidak kembali ke warnanya semula, tapi masih dalam warna merah darah yang menakutkan. Namun, dari ekspressi wajahnya, mereka dapat tahu kalau dia telah mengambil alih kendali dirinya lagi.

Baju yang Torak kenakan masih utuh, hanya saja jejak darah yang terciprat disana, mengotori hampir seluruh bagian tubuhnya.

Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh Raine, tapi gadis itu menepis tangannya kembali.

Penolakan ini sungguh menyakiti Torak, walaupun ketika dia melihat tangannya dan darah yang menodai bajunya serta pemandangan meregerikan yang ada di belakangnya, Torak dapat mengerti kenapa Raine bereaksi seperti itu.

"Torak, biarkan Belinda mengobatinya." Raphael telah berdiri di belakangnya bahkan sebelum dia sadari. "Dia tengah terkejut." Raphael menepuk pundak Torak sebagai tanda agar dia mundur.

Torak menutup matanya kembali, mencoba untuk mengembalikan pikirannya yang berantakan. Dia kecewa, tidak pada penolakan Raine, tapi pada dirinya sendiri.

Torak mundur dan membiarkan Belinda, yang entah sejak kapan telah berada disana, untuk membujuk wanitanya.

Torak telah menghancurkan segalanya.

***

Langit sangatlah kelam dan angin sangatlah dingin.

Malam terlihat kesepian, sama seperti seorang pria yang tengah menatap sebuah jendela dari jauh. Dia meletakkan tangannya ke dalam saku.

Dari tubuhnya, terpancar aura yang dominan seraya bibirnya yang terkatup rapat.

"Bagaimana dia?" Torak bertanya, bahkan ketika orang yang tengah menghampirinya berjalan tanpa mengeluarkan suara.

"Dia baik- baik saja sekarang Alpha," Belinda menjawab dengan bersungguh- sungguh.

Hari merupakan hari kedua setelah kejadian dimana Torak kehilangan kendali atas monster di dalam dirinya dan mengamuk tepat dihadapan Raine.

Setelah melakukan investigasi mendalam atas kejadian tersebut, fakta di balik peristiwa tersebut terkuak. Werewolf mabuk, yang Torak telah bunuh dengan cara yang brutal, baru saja kehilangan pasangannya. Torak samar- samar mengingatnya sebagai seorang pejuang.

Kehilangan pasangan jiwa adalah merupakan keterpurukan terberat bagi Lycan dan werewolf. Hanya sedikit diantara mereka yang dapat melewati keputus asaan tersebut.

Dengan Torak membunuhnya, sebenarnya itu merupakan hal yang baik, jadi pria itu dapat mengakhiri penderitaannya. Karena apabila kondisinya dibiarkan terus menerus seperti itu, dia akan menjadi liar dan buas, dan akan berakhir lebih menyedihkan lagi.

Torak sama sekali tidak memiliki penyesalan karena telah membunuh pria itu, karena tidak peduli apapun alasannya dan tidak peduli apa pembelaannya, tidak ada satupun yang boleh menyentuh Raine dan siapapun yang melakukan hal tersebut, tidak sepantasnya hidup untuk melihat hari esok.

Satu- satunya penyesalan yang mengganggu pikirannya adalah; Raine telah mempercayai dirinya, dia telah menunjukkan beberapa kemajuan.

Raine tidak lagi seperti gadis kecil yang ketakutan, yang bahkan tidak berani untuk menatap mata orang lain. Dia bahkan keluar dari kamar tidur mereka atas keinginannya sendiri.

Kalau saja Torak dapat menyingkirkan situasi mencekam yang terjadi, Torak akan sangat bangga padanya saat ini.

Dan juga fakta bahwa Raine telah memanggil namanya.

Gadis itu memanggil namanya. Walaupun dengan suara yang samar. Torak bersumpah kalau itu adalah suaranya, suara yang seperti sebuah harmoni dari bidadari. Memanggil padanya, dalam situasi yang putus asa.

Suara Raine masih bergaung di dalam kepalanya, tapi ketakutan yang terselubung di dalam suara itu membuat Torak tidak tenang.

"Apakah dia sudah makan?" Torak bertanya lagi tanpa membalikkan badannya untuk melihat Belinda yang tengah berdiri disebelahnya.

Wanita paruh baya itu melihat ke arah Torak menatap sejak tiga jam terakhir ini.

Raine sangat mudah ketakutan hanya dengan sedikit gerakan, dia bahkan menjadi lebih paranoid daripada dirinya yang sebelumnya. Gadis yang malang…

"Dia makan sedikit…" Belinda menjawab.

Raine tidak dapat mencerna makanannya dengan benar, dia akan muntah setelah makan tiga suap dari bubur atau sup yang disediakan. Susu yang diantarkan padanya hampir sama sekali tidak tersentuh.

Torak tidak dapat menahan ini lagi.

Dia telah ingin menemui Raine sejak di detik pertama Belinda membawanya pergi dari mansion.

Alasannya adalah; Raine akan dengan mudah ketakutan kalau dia dibiarkan tinggal di dalam mansion, hal ini akan terus menerus mengingatkannya pada kejadian mengerikan itu.

Namun, Torak tahu lebih baik kalau itu bukanlah alasan sebenarnya kenapa Belinda membawa Raine kerumahnya.

Raine telah melihat sisi brutal dari Torak dan untuk melihatnya langsung dan tidur di tempat yang sama dengan Torak akan sangat sulit bagi Raine saat ini.

Sebenarnya, Torak dapat mengerti dengan alasan ini, tapi sisi dirinya yang impulsive dan ikatan diantara mereka telah menjadi lebih kuat dan membuat dirinya tidak bisa jauh dari Raine.

Ditambah lagi pada kenyataan bahwa Raine tidak dalam kondisi yang baik.

"Apakah dia…" suara Torak hampir menghilang. "…menanyakan diriku?" ada sebuah kesukaran dalam suaranya.

Chương tiếp theo