"Lyss."
"Lyssa ku sayang."
Alyssa mendengus kesal, Ia kembali mendengar panggilan seseorang yang duduk di sampingnya. Pria itu sedang berusaha menarik perhatiannya.
"Lyssa! Tut...turutututt..."
"Blackpink! Tut...turututut..."
Suara yang semakin keras membuat Alyssa menutup matanya menahan kesal, akhirnya Ia menengok.
"Apaan, sih?" tanya Alyssa dongkol.
"Aku laper, Mamah tadi belum sempet masak."
"Lagian siapa suruh kamu nyulik aku ke apartement kamu kayak gini?"
"Biar kamu masakin aku." Alyssa menatapnya sengit.
Akhir-akhir ini emosinya naik-turun hanya karena pria bernama Alvin. Dan hal itu tidak baik untuk kondisi jantungnya, Alyssa tahu untuk itu Ia mencoba sabar menghadapi sikap Alvin yang selalu seenaknya padanya.
Contohnya saat ini, Alyssa baru keluar kelas setelah mata kuliah terakhirnya selesai Alvin dengan entengnya membawa Alyssa pergi ke apartement pria itu, entah apa maksudnya tapi Alyssa tak bisa kabur darinya.
"Memangnya apa yang mau kamu omongin, sampe aku harus menginap disini?" tanya Alyssa tak kuasa menahan penasarannya tentang Alvin yang ingin membicarakan hal serius dengannya.
"Buatkan aku makan malam dulu." kata Alvin menaik-turunkan alisnya. Alyssa memutar bola matanya jengah, Ia lantas menaruh ponselnya di atas meja kemudian bangkit bersiap untuk memasak.
"Mau makan apa?"
"Apa saja, asalkan itu buatan kamu aku makan." Alvin menyengir menampilkan giginya yang rapih dan putih.
Alyssa kemudian bersiap untuk memasak, awalnya membuka kulkas melihat bahan makanan apa yang bisa Ia masak.
Namun, nihil kulkas itu kosong tak ada bahan makanan selain....
Sebuah kue standar yang bertulisan I Love You di atasnya.
Alyssa lantas menatap ke arah Alvin yang hanya tersenyum.
"Apa ini?" tanya Alyssa.
"Kue." jawab Alvin singkat.
"Untuk apa? Kenapa ada tulisan seperti itu juga?"
"Untukmu sebagai ungkapan perasaanku padamu." Alyssa diam, Ia ingin berteriak senang saat itu juga tapi dia tak ingin mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Alvin.
"Kemarilah." pinta Alvin menepuk sofa di sampingnya. Alyssa menutup kembali kulkas tersebut dan berjalan ke arah Alvin, duduk di sampingnya sesuai permintaan pria itu.
Alvin menatapnya lekat, meraih tangan Alyssa di kecupnya urat nadi gadis itu.
"Aku ingin mengungkapkan sesuatu padamu." Alyssa hanya diam menunggu Alvin melanjutkan.
"Papah Ronal dan Mamah Monika, mereka bukan orang tua kandungku." ungkap Alvin dengan tatapan tak lepas dari manik mata Alyssa yang saat itu terlihat terkejut.
"Bagaimana bisa?"
"Aku baru mengetahuinya setelah pindah ke Amerika. Saat itu aku menemukan dokumen tentangku dan keluargaku di ruangan kerja Papah. Mereka akhirnya jujur dan cerita semuanya." Alvin menjeda.
"Keluargaku saat itu jatuh miskin, sampai akhirnya mereka menjualku yang baru saja berusia 5 bulan kepada Papah dan Mamah yang saat itu tak bisa memiliki anak."
"Entah aku harus bersyukur atau bagaimana, mereka bilang sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri dan menginginkan aku tetap bersama mereka. Akhirnya aku memilih tetap tinggal bersama mereka, aku tidak tahu apa keputusanku ini tepat. Aku terlalu membenci keluarga kandungku yang dengan mudahnya menjualku seperti itu."
"Kau tak boleh membencinya." Alvin menatap Alyssa.
"Kenapa? Mereka sudah menjualku Alyssa."
"Bagaimanapun juga mereka adalah orang tua kandungmu, yang melahirkanmu. Kau harus menghormatinya, aku yakin mereka menyayangimu."
"Jika mereka menyayangiku, mereka tak akan menjualku hanya karena masalah ekonomi mereka rela menjualku bahkan mereka tak berjuang apapun untuk mempertahankaku."
"Aku tahu, tapi setidaknya jangan membenci mereka." Alvin menatap tak percaya pada gadis di depannya, Ia sudah malas untuk melanjutkan percakapan ini.
Alvin tiba-tiba bangkit lalu mengangkat tubuh Alyssa ala bridal, gadis itu memekik kaget.
🌼🎀🎀🎀🎀🎀🌼
"Jadi karena itu kamu pindah?" tanya Alyssa, saat ini mereka sudah berada di atas kasur dengan saling berhadapan.
"Bukan." jawab Alvin.
"Itu hanya kepingan kisah yang ingin aku sampaikan padamu." tambahnya.
"Lalu?"
"Apa?"
"Lalu apa alasanmu pindah saat itu?" Alvin menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Alyssa, pria di depannya menggeleng lalu merengkuh tubuhnya.
"Aku ingin tidur bersamamu malam ini."
"Jawab dulu pertanyaanku." kata Alyssa dengan sedikit berontak untuk melepaskan pelukan pria itu, namun hasilnya nihil.
"Aku sudah bilang jangan tanyakan hal yang tidak aku sukai."
"Jawaban itu penting buatku." ucap Alyssa pelan. "Kenapa?"
"Entahlah, aku merasa kamu pergi saat itu karenaku." Alvin mengelus rambutnya pelan.
"Itu memang salahmu."
"Apa?"
"Kau sudah membuatku jatuh cinta sampai aku tak bisa melupakanmu, kamu harus tanggung jawab dengan itu. Jangan tinggalkan aku." Alyssa mendongak untuk melihat wajah Alvin.
"Tidak nyambung." komentarnya. Alvin terkekeh.
"Itu pernyataan."
"Tapi aku butuh jawaban." Alvin akhirnya menjauhkan diri dan terduduk begitu saja di atas kasur, perlahan tangannya membuka kancing kemejanya satu persatu. Alyssa menatapnya bingung, gadis itu memalingkan pandangannya dari perut kotak-kotak Alvin saat kemejanya terbuka bahkan sudah tak melekat di tubuhnya.
Alyssa memekik kaget saat Alvin sudah ada di atas tubuhnya dengan bertelanjang dada.
"Al__vin..."
Sial, suaranya kenapa harus bergetar.
"menyingkirlah... Jangan seperti ini...." kata Alyssa. Alvin justru menahan senyumnya.
"Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu." Alyssa memberanikan diri untuk menatap mata Hazel Alvin yang terlihat menggelap, menahan sesuatu yang Alyssa tidak tahu apa.
"Maksudmu?" Alvin menyeringai, pria itu lantas menenggelamkan wajahnya di tekukan Alyssa menghirup aroma tubuhnya yang menenangkan.
Alyssa meneguk salivanya sendiri saat Alvin mencium lehernya hingga naik ke telinganya, lidahnya bermain disana. Alyssa tak kuasa menahan geli hingga suara bisikan itu terdengar membuat bulu kunduknya merinding.
"I want you."
Alvin beralih untuk menatap Alyssa dengan tatapan lembut.
"Bolehkah?" Alvin seolah meminta ijin padanya, tapi Alyssa hanya diam. Gadis itu tak tahu harus berkata apa.
"Yes or no?" untuk pertama kalinya Alvin memberikannya penawaran.
"You look so beautiful." Alvin mengusap bibir Alyssa dengan ibu jarinya.
"i really wan't you. Please say yes." ucapnya sebelum akhirnya melayangkan ciuman lembut pada bibir gadis itu. Alvin cukup senang mendapatkan respon yang di inginkannya, Alyssa membalas ciumannya bahkan wanita itu sudah mengalungkan tangan di lehernya.

Alvin melepaskan pagutannya, menatapnya dengan tatapan gairah.
"Aku akan berhenti jika kau tak menginginkannya." kata Alvin dengan nafas naik turun.
Selang beberapa detik, Alyssa hanya diam. Alvin hendak bangkit dari atas tubuhnya tapi tangan Alyssa yang berada di lehernya mecegahnya.
Alvin menatapnya dengan bingung.
"Yes."
🌱🌺🌺🌺🌺🌱