webnovel

84 - Hukuman x Janji x Tujuan

Lucia mengunyah potato chip rasa coklat dan berdiri bersandar di samping Hisoka yang sedang menikmati pertandingan Gon melawan Gido. Dia dan Hisoka sedang menonton pertandingan pertama Gon di deretan paling atas yang berada di dekat pintu masuk dan keluar.

Gido adalah peserta yang bisa mengontrol gasing dan mengubah dirinya sebagai gasing. Dia adalah salah satu dari tiga orang yang datang memberi salam tradisional Nen kepada Gon, Killua dan Lucia di tempat loket pendaftaran.

Hisoka sedang berusaha tenang dan menahan harsatnya. Terlihat dengan sangat jelas dia tersenyum sangat lebar yang menyeramkan dengan ekspresi wajah pyschonya. Dia benar-benar sangat menikmati sensasi yang hanya bisa dimengerti oleh dirinya sendiri.

Dia melihat seluruh gerak gerik Gon saat melawan Gido. Tanpa sadar lengan dan bahu kanannya sedikit bergetar. Dia langsung memegangi bahu kanannya dan menekannya sekuat tenaga tanpa mengalihkan pandangannya dari Gon. Lucia yang melihat hal itu pun hanya bisa tersenyum tipis.

Lucia : Hisoka, mau?

Hisoka mengabaikan Lucia yang menyodorkan bungkusan potato chip ke arahnya.

Lucia : Hm, dia seperti hewan liar saja ya.

Hisoka : Ahh~ Dia sungguh menggelitik bagian bawahku...

Lucia : Hm, begitu ya... Ya sudah, aku mau balik ke kursi penonton dulu ya. Jika tidak, nanti oniichan akan curiga. Dah~

Hisoka : Hm... Ahh...

Lucia : (Dasar menjijikan dan menyebalkan! Kalau sudah seperti itu, dia akan ngawur saat diajak berbicara. Sebaiknya aku pergi saja.)

Lucia : Wah, seperti yang kukatakan semalam ya? Gon, kau babak belur! Hahahaha...

Gon hanya tersenyum kaku di atas kasurnya tanpa membalas perkataan Lucia. Terlihat salah satu tangannya kembali dibalut gips. Lucia memainkan gipsnya Gon dengan menusuk-nusuk pelan ke gipsnya Gon dengan jari telunjuknya.

Killua : Dulu lengannya yang patah, sekarang jari dan pergelangan tangannya yang patah (sambil menghela nafas berat)

Lucia tertawa senang saat melihat Killua menghela nafas dan mulai sewot. Killua mengomentari dan mengomeli Gon dengan panjang lebar. Killua seolah-olah bagaikan seorang istri yang menemukan barang sang suami yang dibeli secara diam-diam lalu disembunyikan dan akhirnya ketahuan.

Killua : Terus tulang humerus retak, tulang rusuk juga patah. Dua belas patah pada tulang kecil lainnya. Hanya kaki dan kepalanya saja yang selamat.

Lucia : Tapi luar biasa ya, dia masih hidup! Hahaha...

Killua mengabaikan Lucia. Dia terus menatap tajam dan serius ke arah Gon sambil terus mengomeli Gon tanpa henti.

Killua : Dokter bilang dalam empat bulan baru bisa sembuh total. Kau ini bodoh atau apa sih, hah?! Dasar bodoh!

Gon : Maaf... (merasa sedikit bersalah)

Lucia : Gon itu bukan bodoh tapi keras kepala! Hahahaha... Aku rasa dia pasti tidak merasa bersalah sama sekali. Benarkan, Gon? (sedang menggoda Gon)

Gon hanya mengulurkan lidahnya ke arah Lucia yang masih tertawa dan mengejeknya. Akan tetapi dia juga ikutan tertawa sambil memegangi kepalanya.

Killua yang merasa kesal pun sengaja duduk dipinggiran kasur yang ada di bagian kakinya lalu dengan sengaja menginjak dan mendorong tangannya Gon yang sedang dibalut gips dengan kuat. Seketika itu juga, Gon merasa kesakitan dan menunjukkan wajahnya yang tersiksa.

Killua : Minta maaf padaku tidaklah cukup dan tidak membantu tahu! Apa kau punya otak?!

Lucia yang melihat itu tertawanya semakin menjadi-jadi, dia yang iseng dan jahil pun sengaja membakar-bakar Killua sehingga Killua semakin menginjaknya dengan kuat.

Gon : Ugh...

Killua sudah merasa puas dan bangkit dari kasur.

Killua : Dengar ya! Jika satu kesalahan lagi, maka tamatlah riwayatmu!

Lucia hanya mengangguk-angguk tanda setuju.

Killua : Kau kan sudah tahu orang yang menderita pada salam tradisional Nen, bukan?! Bisa saja kau akan berakhir sama seperti mereka!

Lucia : Tapi Gon, kau sungguh beruntung ya?

Gon : Eh?

Killua : Benar. Kau beruntung, lukamu tidak lebih parah. Dasar! Kau pikir untuk apa si kacamata itu melatih kita?

Gon : Tapi kan... Lihat, aku baik-baik saja, bukan? (tersenyum kaku)

Killua : Hah? (mengernyit dahinya)

Gon : Aku hanya mendapat beberapa serangan, tapi itu bukan bahaya besar selama tidak mengenai bagian yang penting (tersenyum kaku)

Lucia : Hahahaha... Gon, kau sungguh luar biasa aneh! Apa benar begitu? (menyeringai)

Killua : Luci... Katanya dia baik-baik saja tuh. Kalau gitu, bantu aku menyiksanya sekali. Dia sepertinya belum sadar.

Lucia : Dengan senang hati (tersenyum)

Tiba-tiba suara bel kamar berbunyi. Lucia membuka pintu. Terlihat Wing datang dengan raut wajah yang menyeramkan. Tanpa berkata apapun Wing langsung menerobos masuk dan dengan cepat menghampiri Gon.

Gon : Wing-san, anou gome-- (Wing, um itu ma--)

Belum sempat Gon menyelesaikan kata-katanya, sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipinya Gon. Baik Killua maupun Lucia langsung tersentak kaget.

Lucia : (Meskipun aku tahu adegan ini pasti terjadi, tapi entah kenapa melihat secara langsung itu membuatku merasa kaget juga. Suara tamparannya terdengar sangat nyaring, rasanya pasti sakit sekali.)

Wing : Watashi ni ayamatte sougainai deshou! Ittai nani wo kangaeteru desuka?! (Permintaan maaf untukku tidaklah membantu! Sebenarnya apa sih yang kau pikirkan?!) *berteriak marah*

Gon terdiam seketika. Matanya sedikit bergetar. Dia tidak menyangka akan mendapatkan sebuah tamparan keras dari Wing.

Lucia dan Killua : . . . . .

Wing : Bukankah kau sudah tahu orang yang menderita pada salam tradisional Nen?! Bisa saja kau akan berakhir sama seperti mereka!

Lucia : Oh! Tadi itu oniichan juga berkata begitu, bukan?

Wing melihat ke arah Lucia.

Killua : Benar, barusan aku juga mengatakan itu padanya. Tapi dia tidak merasa bersalah.

Wing langsung menghela nafas berat. Lalu berusaha mengontrol dirinya supaya lebih tenang lalu menepuk pelan bahu kirinya Gon. Gon pun sedikit tersentak lalu menunduk karena merasa bersalah. Wing tersenyum tipis.

Wing : Mattaku... (Dasar...) Tapi syukurlah kau tidak terluka lebih parah.

Gon : Wing-san, hontou ni gomennasai (Wing, aku sungguh minta maaf.)

Wing tersenyum ramah lalu tiba-tiba tatapannya langsung kembali berubah 180° dengan tajam.

Wing : Iie, iie! Yurushimasen! (Tidak, tidak! Tidak akan kumaafkan!)

Gon : Eh?!

Wing kembali mengomeli Gon.

Wing : Bukankah aku juga sudah bilang sebelumnya? Belajar Nen itu harus bertahap secara perlahan-lahan dan harus mempunyai pengalaman yang cukup banyak!

(Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 83.)

Wing : Selain itu, aku juga mengatakan bahwa Ten itu adalah teknik pertahanan murni dan kau belum bisa meningkatkan kemampuan menyerangmu, ditambah kau masih bisa menerima luka dari serangan fisik. Musuh dengan Nen yang tangguh bisa menetralkan Ten-mu dan dapat menyerang serangan fatal! Jadi kau harus menyempurnakan Ten-mu dulu dan menunggu selama dua bulan sebelum bertanding. Apa kau sudah lupa dengan semua yang kukatakan?

Gon : . . . . .

Wing : Aku sungguh kecewa padamu, Gon-kun!

Gon : Maaf...

Wing : Killua-kun, apa kau tahu kapan Gon-kun akan sembuh total?

Killua : Dokter bilang sih butuh waktu sekitar dua bulan.

Gon : Eh? *Gon melirik Killua* (Sankyuu, Killua (Terima kasih, Killua))

Lucia yang tanduk devilnya masih keluar pun dengan sengaja mengatakannya dengan keras.

Lucia : Pfft. Lho, bukannya empat bulan ya? (menyeringai)

Wing langsung menatap ke arah Lucia lalu kembali menatap ke arah Killua. Seketika itu juga, Killua langsung pura-pura bersiul polos. Lucia tertawa kecil. Gon tersenyum canggung.

Wing : Wakarimashita (Aku mengerti) Kalau begitu, Gon-kun!

Gon : Ya! (merasa tegang)

Wing : Sebagai hukumanmu karena telah melanggar janji. Aku tidak mengizinkanmu bertarung selama dua bulan ini! Lalu kau juga dilarang keras berlatih dan mempelajari Nen! Mengerti?! (menunjukkan wajah garang)

Gon : Ya!

Wing : Jika kali ini kau ingkar janji, aku tidak akan mengajarimu lagi. Bagaimana?

Gon : Baiklah, akan kutepati janjiku.

Wing : Mana tangan kirimu?

Gon mengangkat tangan kirinya yang tidak terbalut gips. Wing mengikatkan tali berwarna biru muda ke jari kelingkingnya Gon sebagai bukti janji supaya Gon tidak melanggar janji dan terus teringat akan janjinya dengan Wing sewaktu melihat jari kelingkingnya.

Wing : Killua-kun, chotto... (Killua, ikut aku sebentar...)

Lucia ikut berpamitan dan menyuruh Gon untuk beristirahat. Dia mengikuti Killua dan Wing secara diam-diam dari belakang. Wing yang mengetahui hal itu membiarkan Lucia mengikuti mereka.

Wing : Killua-kun, apa dia oniichan yang kau maksud?

Killua menoleh ke arah Lucia lalu tersenyum.

Killua : Tidak. Dia adik perempuanku.

Wing : . . . . .

Lucia : Maaf jika aku tidak terlihat seperti anak perempuan (tersenyum)

Killua tertawa kecil.

Wing : Ah, maafkan aku...

Lucia : Tidak masalah, aku juga sudah terbiasa dengan hal itu.

Killua : Wing-san, kau memanggilku seperti ini bukan hanya ingin bertanya tentang hal ini, kan?

Wing : Tentu saja. Aku ingin tahu, sebenarnya apa tujuan kalian? Dan apa yang kalian kejar?

Killua : Kami benar-benar tidak punya tujuan khusus sih... Sebelum bertemu dengan Zushi dan kau, rencana awalku hanya mengumpulkan uang dengan cepat. Kalau Gon sih hanya untuk melatih dirinya karena dia ada sedikit urusan dengan orang yang bernama Hisoka. Hanya itu saja sih... Terus kalau Luci...

Lucia : Aku hanya menemani oniichan dan Gon (tersenyum)

Killua : Begitulah, seperti yang dia katakan... Tapi aku lihat sih peserta di arena lantai 200, sepertinya semuanya ingin mengincar arena lantai teratas. Hm, kalau tidak salah namanya Battle Olympia? Aku sih tidak tertarik. Oh, kalau Gon, aku kurang yakin...

Killua mengatakan semuanya sambil melihat ke arah Lucia yang sedang sibuk memilih minuman di mesin penjual minuman yang berada disampingnya.

Killua : Gon bilang kalau dia hanya ingin bertarung dengan Hisoka.

Lucia kembali dengan membawa dua buah kotak minuman. Dia duduk disamping Killua lalu menyodorkan kedua minumannya ke arah Killua dan menyuruh Killua memilih satu lalu meminumnya. Killua menusukkan sebuah sedotan pada lubang minumannya.

Killua : Setelah aku melihat pertandingannya dengan Gido... (tersenyum lebar) Aku merasakan kalau dia menikmati situasinya...

Lucia : Bukan "merasakan" tapi dia benar-benar menikmatinya, oniichan. Kau tahu, Hisoka juga sama saja. Dia terangsang saat menonton pertandingan Gon. Sungguh menggelikan.

Killua : Eh? Maji de? (Eh? Serius?) Dia juga menontonnya?

Lucia : Ya! Ingat kan yang aku bilang mau beli snack? Aku bertemu Hisoka di deretan paling atas. Dia menonton pertandingan Gon dengan wajah psychonya.

Killua : Pantasan kau lama banget. Kupikir kau bosan terus kabur.

Lucia : Maunya sih gitu...

Wing : Ehm!

Killua dan Lucia melihat ke arah Wing.

Wing : Terus apa yang kau maksud dengan dia menikmati situasi itu, meskipun harus mengorbankan nyawanya?

Killua : Ya. Aku tahu, karena aku juga merasakan hal yang sama.

Lucia : Bagi kita, hal seperti itu sangat menantang dan menyenangkan, benar begitu kan oniichan? (tersenyum)

Killua membalas senyuman Lucia. Wing yang tidak bisa menerima dan mengerti pun tidak bisa tersenyum. Dia terus berpikir keras dan mencerna semua perkataan Killua dan Lucia dalam keadaan diam.

Killua : Begitulah. Ya, meskipun aku harus mengambil tindakan terlebih dahulu untuk dipertimbangkan juga.

Lucia : Hm, saat Gon di arena, dia kehilangan pandangan terhadap apapun dan hanya fokus di satu sisi saja ya (bergumam)

Killua : . . . . . (melihat ke arah Lucia lalu kembali melihat ke arah Wing) Ya, tapi tenang saja. Gon itu orangnya keras dan teguh pada pendiriannya, sekali dia memutuskan dia tidak akan mengubahnya lagi. Jadi kau tidak perlu khawatir, aku bisa menjamin kalau dia tidak akan mengingkari dan melanggar janjinya kok (tersenyum kaku)

Lucia : Pfft. Dia itu sungguh keras kepala sih.

Lucia melihat raut wajahnya Wing telah berubah. Wing merasa dia telah melakukan sesuatu yang salah dan hal itu tidak seharusnya dia lakukan.

Wing : (Mungkin aku harus segera menghentikan ini semua, sebelum semakin jauh dan terlambat? Tapi...)

Lucia : "Bukannya itu sungguh tindakan hal yang tidak bertanggung jawab jika kau berhenti di tengah-tengah seperti ini?"

Wing tersentak kaget karena tiba-tiba ada suara yang muncul di kepalanya, dia langsung melihat ke arah Lucia yang sedang tersenyum licik.

Lucia : "Walaupun bakal merepotkanku, baik oniichan maupun Gon, meskipun kau tidak mau mengajari mereka lagi, aku yang akan membantu mereka. Tapi kusarankan, sebaiknya kau mengajari mereka hingga akhir karena kau yang telah memulainya duluan. Bukankah begitu, Wing-san?" (tersenyum)

Wing : Jangan-jangan kau...

Lucia : Benar, kau tidak perlu sekaget itu, karena ini salah satu dari kekuatan Nen-ku, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya juga. Meskipun kau mau merahasiakan atau menyembunyikannya, semuanya yang ada dipikiranmu itu akan kuketahui (tersenyum)

Killua : Luci, kenapa kau tiba-tiba menggunakan telepati padanya? Apa yang kalian bicarakan?

Lucia : Oniichan, Wing-san menyesal karena telah membantu kalian (tersenyum)

Killua : Hee, sokka. Demo mou osoi yo. Mou shicchattan dakara, ore mo Gon mo (Hee, Begitukah? Tapi itu sudah terlambat. Karena kita sudah tahu, aku dan juga Gon.) *tersenyum*

Wing : . . . . .

Killua : Jika kau telah menyesal dan ingin berhenti mengajari kami, kami akan mencari orang lain atau kami akan belajar sendiri. Kau tidak perlu merasa bertanggung jawab. Lagian aniki, Hisoka dan juga Luci bisa menggunakan Nen. Aku dan Gon bisa belajar dari mereka dan segera mengetahuinya.

Lucia tersenyum senang saat mendengar perkataan Killua. Setelah itu, Killua beranjak pergi dari sana dan meninggalkan Wing yang masih terpaku diam di sana. Tiba-tiba Wing membuka suaranya.

Wing : Wakarimashita! (Aku mengerti!) Sesuai yang adikmu katakan padaku, aku harus menyelesaikan apa yang sudah kumulai. Lagian masih ada banyak hal yang harus kuberitahu. Zushi menunggu kalian di apartemenku. Kau dan Gon juga bisa berlatih bersamanya.

Killua berpikir sejenak lalu tersenyum.

Killua : Tidak. Tidak perlu.

Wing : Hah?

Killua berjalan santai ke arah pintu masuk Arena Surga.

Killua : Aku tidak bisa membiarkan Gon tertinggal di belakang. Aku akan menunggu Gon yang sedang berusaha menepati janjinya, setelah itu aku akan berlatih bersamanya.

Wing : Gon-kun ni tsutaete kudasai! (Tolong beritahu pada Gon!) Aku akan ajarkan dia latihan Nen lainnya. Katakan padanya untuk berlatih Ten setiap hari! *sedikit berteriak*

Killua terus berjalan ke depan menuju pintu masuk Arena Surga tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, dia hanya mengangkat satu tangannya ke atas sebagai sebuah tanda jawaban. Lucia belum beranjak pergi dari sana.

Lucia : Apa aku boleh ikut belajar? Meskipun aku sudah tahu tapi aku ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang Nenku dan memerlukan latihan dasarnya. Dan... Ada yang ingin kuketahui juga (tersenyum)

Wing : Bagiku bertambah atau tidaknya satu orang itu tidaklah berpengaruh.

Lucia : Terima kasih (tersenyum)

Wing : Boleh aku tahu apa kekuatan Nenmu itu?

Lucia : Menurutmu aku ini pengguna Nen apa? (tersenyum)

Wing : Kau bisa membaca pikiranku dan juga telepati. Masaka Tokushitsu ka... (Jangan-jangan Spesialisasi...?)

Lucia hanya tersenyum tanpa memberikan jawaban. Setelah itu Lucia berpamitan kepada Wing, dia membungkukkan badannya sedikit lalu berlari mengejar Killua yang semakin jauh dari belakang.

-Bersambung-

DITUNGGU VOTE DAN KOMENTARNYA YA 💕

Chương tiếp theo